My Blog List

Tuesday 16 March 2010

Pondok Jejaka

Satu

Usaha keras Yuda selama ini akhirnya membuahkan hasil juga. Dengan wajah sumringah ia menunjukkan namanya yang mejeng diantara nama-nama lain yang dinyatakan lulus SPMB pada kedua orang tuanya. Di Fakultas Teknik Elektro salah satu universitas negeri favorit di Depok. “Yuda lulus ma, pa,” katanya pada kedua orang tuanya. “Anak mama memang pinter deh,” sahut sang mama sambil memberikan cium sayang di pipi anak bungsu kesayangannya itu. “Papa tekor nih ma,” kata sang papa. “Kenapa pa?” tanya sang mama. “Papa kan janji akan membelikan sepeda motor baru buat Yuda kalo lulus SPMB ma,” jawab sang papa. Yuda senyum-senyum kegirangan mendengar kata-kata sang papa. Sepeda motor baru yang diidamkannya selama ini menggantikan sepeda motor lamanya akhirnya jadi juga dihadiahkan oleh sang papa. Dengan kondisi ekonomi keluarga mereka yang jauh diatas rata-rata, Papa Yuda adalah salah seorang pengusaha perantauan yang sukses di Makassar, sebenarnya bisa saja sang papa membelikan sebuah mobil untuk Yuda. Namun cowok ganteng satu ini memang belum pernah punya keinginan untuk memiliki mobil sendiri. Saat ditanyakan oleh sang mama apa alasannya tidak mau memiliki mobil sendiri dengan enteng Yuda menjawab, “Lebih enak naik sepeda motor ma. Kalo membonceng cewek, lebih mesra.” Sang mama hanya bisa mencubit sayang pipi anak bungsunya ini. Sambil ngeledek, “Anak bungsu mama ini ternyata genit ya. Kecil-kecil udah playboy.” Yuda hanya nyengir lucu mendengar ledekan mamanya itu. Yuda memang anak yang unik. Diantara dua saudaranya yang lain dia memang lebih sederhana dalam penampilan. Mas Yudi dan Mbak Yenny, masing-masing kakak pertama dan keduanya, dua-duanya mengendarai mobil dalam keseharian mereka. Sejak masih tinggal di Makassar dulu dan juga saat ini, dimana keduanya sedang menimba ilmu, kuliah di Pulau Jawa. Mas Yudi kuliah di PTN Teknik yang ada di Bandung, sedangkan Mbak Yenny kuliah di PTN yang ada di Yogyakarta, tak jauh dari rumah kakek dan nenek keluarga Yuda. Meskipun berasal dari keluarga mampu, Yuda dan kakak-kakaknya memang serius dalam hal pelajaran. Karena itu wajar saja mereka semua dapat lulus di PTN favorit yang ada di Pulau Jawa. “Kapan dong pa, Yuda dibelikan sepeda motor barunya?” tanya Yuda menagih janji sang papa. “Nanti aja di Jakarta ya Yud. Supaya gak repot-repot membawanya dari sini,” “Oke deh pa. Makasih ya papa dan mama tersayang,” jawab Yuda sambil mencium pipi kedua orang tuanya bergantian. Setelah itu cowok ganteng bertubuh tinggi langsing atletis itu siap-siap ngacir meninggalkan kedua orang tuanya yang masih sibuk membolak-balik surat kabar berisi pengumuman SPMB itu. “Mau kemana sayang?” tanya sang mama. “Ke rumah Reny ma. Mau pamit sekaligus mutusin dia. Soalnya repot kan pacaran jarak jauh. Lagian di Jakarta banyak cewek-cewek manis ma, kasihan kalau Yuda cuekin mereka. Kalo disini kan Reny masih bisa ketemu cowok lain di sekolah, dia kan baru naik kelas 2,” jawab Yuda enteng. Mama dan papanya hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban dari anak bungsunya yang ternyata berbakat playboy itu. Kedua orang tua Yuda memang tak terlalu mempermasalahkan “bakat” sang anak yang suka gonta-ganti pacar itu. Karena meskipun Yuda begitu, dia tak pernah melakukan hal-hal yang dapat merusak masa depannya. Buktinya sekolahnya tetap lancar dan cewek-cewek yang pernah dipacarinya pun masih tetap berhubungan baik dengannya. Malah masih sering berkunjung ke rumah Yuda yang terletak di salah satu kompleks perumahan mewah di Kota Makassar. Reny yang tadi disebut Yuda adalah pacarnya yang terakhir. Teman satu sekolahnya yang waktu dipacarinya masih duduk di kelas 1. Yuda memang salah satu idola cewek-cewek di sekolahnya. Gimana gak jadi idola. Anaknya pinter di kelas, penampilan fisik oke, olah raga jago, kaya tapi sederhana dan supel dalam bergaul. Oleh karena itu setiap orang yang mengenal Yuda sangat senang bergaul dengannya. Prestasinya juga membanggakan. Yuda pernah menjadi utusan propinsinya untuk menjadi anggota Paskribaka di Istana Merdeka. Selain itu, saat ia menjadi kapten kesebelasan sepak bola sekolahnya Yuda menghantarkan kesebelasannya menjadi juara pertama dalam Kompetisi Sepak Bola antar pelajar se-propinsi. Cowok yang sempurna? Kayaknya iya. Bukankah itu yang anda sukai saat membaca cerita-cerita seperti ini kan? Hehe.

Dua

Yuda disambut oleh Mas Yudi di Bandara Internasional Sukarno-Hatta Cengkareng. Sesuai dengan perintah kedua orang tuanya melalui telepon, kakak pertamanya itu ditugaskan untuk membantu Yuda dalam mengurus proses penerimaan mahasiswa baru di kampusnya. Kebetulan Yudi berada di Bandung, maka menurut kedua orang tua mereka cukuplah kakak tertua Yuda itu yang membantu, mama dan papa Yuda tak perlu harus ke Jakarta untuk mengurusi keperluan Yuda. “Bawa oleh-oleh apa Yud buat gue?” sambut Mas Yudi sambil menjawil telinga adik bungsunya itu. Wajahnya tersenyum lucu. “Dasar deh Mas Yudi, bukannya nanya kabar mama sama papa, malah nanya oleh-oleh,” jawab Yuda pura-pura cemberut. Sumpah, meski cemberut wajah Yuda tetap aja ganteng lho. Selanjutnya kedua kakak beradik yang ganteng-ganteng itu berpelukan hangat melepas rindu. Setelah acara melepas rindu usai, Mas Yudi mengajak Yuda untuk meninggalkan bandara. “Kita istirahat dulu hari ini, besok berangkat ke Depok cari kos buat kamu. Setelah itu mendaftar ulang ke kampus jelek kamu itu,” kata Mas Yuda. “Enak aja. Kampus Mas Yudi yang jelek. Wek,” jawab Yuda sambil meleltkan lidahnya. Sembarangan aja Mas Yudi ini bilang kampus Yuda jelek. Itu kan kampus paling favorit se-Indonesia. Dengan mengendarai mobil sedan milik Mas Yudi, kedua kakak beradik itu melaju di jalan raya Jakarta menuju hotel di kawasan Senayan untuk beristirahat.

Tiga

Fakultas Teknik Elektro sudah ramai saat Yuda dan Mas Yudi tiba. Setelah memarkirkan mobilnya, Mas Yudi mengajak Yuda melihat papan pengumuman yang berisi tata cara pendaftaran ulang bagi mahasiswa baru. Papan pengumuman itu sudah ramai di rubungi oleh mahasiswa baru. Untunglah kedua kakak beradik itu memiliki ukuran tinggi badan diatas rata-rata, hampir 180 cm, sehingga mereka tak perlu kerepotan untuk melihat pengumuman. “Oke deh. Kamu kan udah tau apa yang harus dibawa untuk daftar ulang. Sekarang kita cari kos dulu buat kamu. Besok kamu sudah bisa daftar ulang kemari,” kata Mas Yudi. “Oke Mas,” jawab Yuda. “Mas, bingung juga nih cari kos disini. Kita tanya orang-orang aja dulu,” ajak Mas Yudi disambut anggukan Yuda. “Liat di papan pengumuman yang deket gedung itu deh mas. Disana banyak tuh selebaran informasi tempat kos,” terang seorang cewek manis saat mereka bertanya-tanya tentang lokasi tempat kos. “Boleh kenalan kan, nama gue…,” kata Yuda pada cewek itu. Cepat Mas Yudi menarik tangan adik bungsunya yang mulai muncul tabiat playboynya itu. Urusan cari kos belum beres malah sibuk kenalan nih anak. Cewek itu hanya tersenyum malu-malu. Benar saja di papan pengumuman itu tertempel banyak selebaran informasi kos. Satu per satu pengumuman itu dibaca oleh Mas Yudi. Akhirnya matanya tertumbuk pada sebuah pengumuman yang cukup unik isinya. “Kalo elo ngerasa ganteng, enggak sombong, en berasal dari keluarga baek-baek, buruan dateng deh ke kos-kosan . Fasilitas lengkap dan dijamin bebas dari narkoba en pergaulan bebas mahasiswa-mahasiswi. Masih tersisa dua kamar kosong. Buruannnn sebelon keabisan. Untuk informasi, hubungi Ivan di nomor HP : 081XXXXXXX,” (Nomor handphone sengaja disembunyikan untuk menghindari iklan dan aksi coba-coba yang mungkin anda lakukan dengan menghubungi nomor tersebut. Kalau ternyata nomor yang ditulis beneran punya gay atau biseks gak masalah. Kalau punya lesbian gimana? Kan elo rugi pulsa. Hehehe). Mas Yudi segera menghubungi nomor hand phone itu. “Masih sisa satu kamar kosong lagi ya? Hmm.. satu setengah juta setahun. Mmm belum termasuk bayar tagihan listrik dan telepon? Ada ac ya? Boleh punya televisi dan komputer di kamar? Ada garasi buat kendaraannya ya? Oke deh kita coba liat ke situ. Alamatnya dimana? Hmm disitu ya. Oke, oke. Kami kesitu ya. Nama saya Yudi. Makasih Van. Klik,” “Gimana mas?” tanya Yuda. “Kayaknya lumayan. Ayo kita liat ke situ sekarang,” “Ayo,”

Empat

Mencari kos-kosan ternyata tak sulit. Lokasinya tak terlalu jauh dari jalan raya Depok. Kos-kosan itu berupa rumah yang terawat bersih dan rapi. Dipintu rumah terdapat tulisan . Di garasi terdapat dua buah mobil sedan dan satu sepeda motor. Sepertinya kos-kosan itu diperuntukkan untuk kalangan menengah. “Males ah disini mas. Kayaknya mewah banget,” kata Yuda saat melihat kos-kosan itu. “Kamu ada-ada aja deh. Entar papa dan mama marah ke Mas Yudi, kalo kamu mas masukin kos-kosan yang kumuh. Ayo turun kita liat ke dalam,” Tak lama setelah memencet bel, Mas Yudi dan Yuda disambut oleh seorang cowok ganteng bercelana pendek yang membukakan pintu. “Yudi ya,” kata cowok itu yakin. “Iya. Ivan ya,” “Yap betul. Silakan masuk mas,” jawabnya. Ruangan dalam kos itu bersih dan terawat baik. Ruang tengah sepertinya diperuntukkan untuk tempat ngumpul-ngumpul, ada tiga orang cowok, yang juga ganteng-ganteng sedang duduk diatas karpet menonton televisi yang sedang menayangkan acara Buser. Ketiga cowok ganteng itu mengangguk ramah pada Mas Yudi dan Yuda. Sepertinya ini kos anak baik-baik, batin Mas Yudi. Ivan mengajak Mas Yudi dan Yuda duduk di kursi tamu. “Siapa yang mau kos nih? Dua-duanya?” tanya Ivan. “Enggak, adik saya ini aja. Yuda namanya. Kalo saya kuliah di Bandung,” “O gitu. Mau liat kamarnya sekarang?” “Yang punya kos kamu Van?” “Bukan Mas. Kita berempat yang ngekos disini. Yang punya kos tinggal di Tangerang Mas. Rumah ini dikontrak per tahun. Awalnya kami ada lima orang yang ngontrak bareng-bareng. Karena yang dua udah lulus, jadi kita perlu dua orang lagi untuk ngisi kamar yang kosong mas. Kalo yang ngontrak lima orang kan biaya kontrakannya per orang jadi gak terlalu berat mas,” “Hmmm… Terus kok kamarnya tinggal satu. Katanya butuh dua,” tanya Mas Yudi lagi. “Kemaren udah ada satu temen yang baru masuk mas. Yang pake kaos biru itu,” tunjuk Ivan ke arah seorang cowok ganteng berkulit hitam manis. Kayaknya cowok itu berasal dari daerah Indonesia timur. “O gitu ya. Kita boleh liat kamarnya?” “Boleh mas,” Ivan kemudian menunjukkan kepada Mas Yudi dan Yuda kamar yang masih belum ada penghuninya itu. Didalam kamar itu sudah tersedia tempat tidur spring bed besar. Meja belajar. Dan meja kosong yang bisa digunakan untuk meletakkan televisi. Kamarnya cukup luas. Mas Yudi langsung tertarik. Sedangkan Yuda terlihat ogah-ogahan. Cowok ganteng itu sebenarnya tak mengharapkan tempat kos yang lumayan mewah seperti itu. Namun untuk menolak Mas Yudi dia merasa tak enak. Dibenaknya terfikir untuk mencari kos lain tahun depan, setelah ia mengetahui situasi di sekitar kampusnya. Tak berlama-lama Mas Yudi segera membayar uang kos itu pada Ivan. Barang-barang Yuda yang ada di mobil segera diangkat ke dalam kamar. Cowok-cowok penghuni kos itu membantu mengangkati barang-barang Yuda ke kamar. Mas Yudi semakin senang dan yakin kos itu cocok buat Yuda karena melihat keramahan penghuni kos itu.

Lima

Malam itu Mas Yudi menginap di kos Yuda, memastikan bahwa tempat kos itu memang seperti apa yang dibayangkannya. Satu per satu penghuni kos berkenalan pada Mas Yudi dan Yuda. Ivan berasal dari Aceh. Kulitnya putih dan tidak terlalu tinggi. Mungkin tingginya sekitar 168 cm. Tubuhnya langsing berotot. Katanya dia turunan Arab, pantas saja tubuhnya rame dengan bulu-bulu halus. Pada wajahnya terlihat jelas bekas cukuran. Saat ini ia duduk di Semester lima Fakultas Ekonomi. Ali, asal Magelang. Sawo matang, lebih tinggi dari Ivan dan langsing. Hidungnya mancung bagus mirip Keanu Reeves. Anaknya suka tersenyum, memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih. Sama dengan Ivan, Ali juga kuliah di semester lima Fakultas Ekonomi. Darwin, asal Palembang. Kulitnya putih dan matanya sipit mirip turunan Cina. Tubuhnya paling kekar diantara mereka. Kekerannya itu dapat terlihat jelas karena Darwin suka memakai kaos yang berukuran ngepas pada tubuhnya. Sepertinya anak satu ini rajin olah tubuh. Tubuhnya kokoh dan tingginya sama dengan Yuda. Saat ini ia masih duduk di semester tiga Fakultas Teknik Arsitektur. Stefanus, asal Ambon. Kulitnya hitam manis. Wajahnya ganteng sekali. Bulu matanya lentik. Dia ini yang penghuni baru. Darwin yang mengajaknya pindah ke kos ini. Mereka memang sama-sama kuliah di semester tiga Fakultas Teknik Arsitektur. Meskipun tidak sekekar Darwin, namun Stefanus punya tubuh yang oke juga. Kesimpulan Mas Yudi setelah menginap malam itu adalah teman-teman kos Yuda baik-baik. Tak ada yang menunjukkan prilaku bermasalah. Tak ada narkoba disitu, merokok saja mereka juga tidak. Sex bebas juga sepertinya tidak, meskipun cowok-cowok itu sering menerima tamu cewek-cewek cantik, maklum aja deh soalnya mereka kan ganteng-ganteng wajar banyak cewek yang suka, namun mereka menerima tamu-tamu cewek itu hanya terbatas hingga teras depan saja. Tak ada satupun tamu cewek mereka yang diajak duduk di ruang tamu, apalagi sampai ngamar. Akhirnya Mas Yudi merasa tak perlu berlama-lama menemani Yuda di kos barunya itu. Keramahan penghuni kos memang membuat Yuda dan Mas Yudi dapat cepat bergaul dengan mereka. Karena itu Mas Yudi tak merasa kuatir Yuda kesulitan bergaul dengan mereka. Apalagi Yuda dan juga Mas Yudi punya bakat untuk cepat bergaul dengan orang lain. Meskipun Yuda kurang sreg dengan kos itu, ia bisa menyembunyikan hal itu sehingga tidak mengganggu komunikasinya dengan penghuni kos yang lain. Setelah membereskan segala urusan Yuda akhirnya Mas Yudi memutuskan untuk kembali ke Bandung keesokan sorenya. Sebelumnya ia sempat membawa Yuda ke Glodok dan membelikan adik bungsunya itu televisi, radio tape dan seperangkat komputer. “Sepeda motor gue gimana dong Mas?” tanya Yuda pada kakak tertuanya itu. Papanya sudah mentransferkan untuknya uang pembelian sepeda motor itu. “Entar sepeda motor kamu beli sendiri deh. Kamu bisa ajak temen-temen kamu disini untuk nolongin nyarinya, mereka kan udah paham Jakarta. Lagian kamu kan udah cocok bergaul sama mereka,” tanggap Mas Yudi. Dengan diantarkan sampai ke pintu gerbang seluruh penghuni , Mas Yudi berangkat ke Bandung sendirian dengan mengendarai mobil sedannya. Enam

Perkuliahan baru akan mulai minggu depan. Karenanya kegiatan penghuni kos lebih banyak diisi dengan hanya menonton acara televisi di rumah. Seluruh tayangan dari berbagai stasiun televisi ditonton oleh cowok-cowok itu. Saking seringnya menonton acra televisi, Yuda sampai hapal jadual acara di televisi yang selama ini tak diketahuinya. Waktu di Makassar cowok ganteng ini memang sangat jarang menonton acara televisi. Lebih sering kegiatannya diisi dengan belajar atau bawa ceweknya jalan-jalan. Penilaian Yuda pada cowok-cowok, teman-teman barunya di kos itu sama dengan Mas Yudi. Baik-baik dan tidak melakukan hal-hal aneh. VCD player saja tak ada disitu. Sepertinya cowok-cowok itu tak pernah nyetel film deh. Sesekali Ivan dan Darwin yang punya mobil, mengajak mereka jalan-jalan malam. Nongkrong sambil makan malam di luar, rame-rame. Lumayan juga buat menghilangkan kebosanan Yuda ngedekem seharian di kos. Namun dua hari setelah kepergian Mas Yudi, Yuda mulai melihat keanehan pada diri teman-teman kosnya itu. Yuda jadi bingung dan penilaiannya mulai berubah. Tempat kos itu tidak memiliki kamar mandi di dalam kamar tidur. Kamar mandi terdapat di bagian belakang rumah, dekat dapur. Jumlahnya dua. Satu kamar mandi kecil untuk buang hajat dan satu lagi kamar mandi yang berukuran besar, ukurannya tiga kali tiga meter, biasanya digunakan untuk mandi. Berkaitan dengan kamar mandi inilah keanehan yang dirasakan Yuda pada teman-temannya itu. Saat akan pergi ke kamar mandi, cowok-cowok itu dengan cuek melenggang dari dalam kamar tidurnya hanya menggenakan cawat doang. Tubuh-tubuh atletis mereka santai saja melintas melalui ruang tengah tempat anak-anak yang lain nonton televisi. Yuda benar-benar kaget saat pertama kali melihat kebiasaan mereka itu. Meskipun waktu di Makassar dulu ia sering melihat cowok hanya menggenakan cawat doang, namun itu hanya ada di kolam renang. Kalau melihat cowok berkancut di rumah Yuda belum pernah. Dan ia merasa janggal dengan itu. Cowok yang pertama kali dilihatnya seperti itu adalah Darwin. Dengan santai ia melintas memamerkan tubuh kekar berototnya yang hanya ditutupi celana dalam doang itu. Malah di samping televisi dengan menumpukan tangannya pada dinding, ia berhenti cukup lama menayakan acara apa yang sedang ditonton. Bulu-bulu halus ketiaknya yang lebat itu dipamerkannya pada para pirsawan. “Ngapain Win?” tanya Yuda waktu itu. Ia merasa risih melihat Darwin berpose santai seperti itu. “Mau mandi Yud,” jawab Darwin cuek. “Kok,” “Santai aja. Cowok semua juga kan,” jawabnya enteng. Yang laen hanya tertawa-tawa. Malah Ali nyeletuk santai, “Gede juga Win,” katanya. Setelah Darwin beres mandi dan keluar hanya dengan handuk doang. Giliran Ivan yang dengan santai melepaskan seluruh busananya di depan anak-anak. Diapun kemudian berjalan santai menuju kamar mandi dengan celana dalam mungilnya. Yuda tambah bingung. Pikirnya itu hanya kebiasaan Darwin seorang. Akhirnya satu per satu teman-temannya berbuat seperti itu. Yuda hanya bisa melotot bingung melihat mereka. Sejak hari itu, akhirnya Yuda mulai terbiasa dengan kebiasaan mandi penghuni kos . Malah kinipun dia juga ikutan cuek aja pake cawat doang menuju kamar mandi. Hanya yang masih belum dapat dimaklumi oleh Yuda adalah kesukaan teman-teman barunya itu yang lain. Yaitu mandi bareng-bareng di kamar mandi besar. Yuda sampai melongo di depan pintu kamar mandi besar yang tidak mereka tutup pintunya itu saat melihat keempat teman barunya sedang asik mandi bareng, berebut air dibawah shower sambil tertawa-tawa dan membanding-bandingkan ukuran kontol masing-masing. Tentu saja Ivan yang turunan Arab menjadi jawara dalam acara itu. Kontolnya yang masih tidur aja udah segede terong plus dihiasi jembut halus lebat keriting itu, dipamerkannya pada teman-temannya. “Kontol begini nih yang bisa bikin cewek gak bisa nafas,” katanya sambil tertawa bangga. Yuda baru sadar kalau sedang melongo melihat mereka saat tiba-tiba Stefanus, si Ambon memanggilnya untuk bergabung bersama mereka. Serta merta ditolaknya ajakan itu, segera Yuda meninggalkan mereka menuju ruang tengah pura-pura menonton televisi. Namun fikirannya melayang pada kelakuan teman-temannya itu juga pada kontol keempat teman-temannya itu yang punya ukuran lebih besar dari rata-rata, tak jauh berbeda dari kontolnya sendiri.

Tujuh

Hari itu malam minggu. Keempat teman barunya semuanya ngilang dari kos. Kata mereka ngapel ke tempat cewek masing-masing. Ditinggal sendiri, Yuda kemudian menelpon Reny ke Makassar. Dari pada belum punya cewek di Jakarta, mendingan manfaatin yang ada aja dulu, batinnya. Bosan menelpon akhirnya Yuda pergi tidur ke kamarnya. Hampir pukul sebelas malam, tiba-tiba ia dibangunkan oleh Ali. Karena lupa mengunci pintu kamarnya, Ali bisa masuk ke kamar Yuda. “Kok udah tidur sih. Malam minggu nih. Ayo ke ruang tengah. Anak-anak bawa film bagus tuh buat di tonton,” ajak Fajar. Ogah-ogahan Yuda mengikuti langkah Fajar. Di ruang tengah dilihatnya teman-temannya sudah ngumpul di depan layar televisi. Yuda melotot melihat apa yang mereka tonton. Ternyata teman-temannya itu sedang nonton film porno. Di layar televisi terpampang adegan seorang cewek cantok sedang dientot oleh dua cowok berkontol besar sekaligus. Satu melalui memek dan satu melalui lobang pantat. Di atas karpet di dekat teman-temannya itu berserakan kemasan kepingan vcd porno berbagai judul dengan jumlah yang tak sedikit. Setidaknya ada dua puluh kemasan. “Dapet vcd player dari mana nih?” tanya Yuda bingung. “Anak-anak kan pada punya televisi dan vcd player masing-masing di kamar Yud. Cuman kan lebih enak nonton bareng-bareng di ruang tengah daripada nonton sendiri di kamar. Jadi dibawa kemari deh playernya Darwin,” jawab Ivan. “Dapet film darimana? Sampe banyak begini lagi” tanya Yuda lagi. Satu persatu judul yang tertara pada kemasan vcd itu dibacanya. Ngelihat dari gambarnya kayaknya vcdnya oke-oke deh. Dan sepertinya temanya seragam. Orgy. Dengan jumlah cowok lebih banyak daripada ceweknya. “Gimana sih Yud. Masak cowok gak punya film ginian. Kita punya semua. Elo ada gak?” ini Ali yang ngomong. “Mana ada. Tinggal di Makassar semua dong. Masak gue bawa kemari,” jawab Yuda. “Kalo elo mau nyari, entar kita ajak ke Glodok deh. Disana banyak,” sambung Darwin. Eh ternyata Darwin pake kaca mata. “Kalo nonton ginian harus pake kaca mata Yud. Biar jelas kelihatannya. Gue kan udah minus setengah,” jawab Darwin menanggapi komentar Yuda karena baru mengetahui kalo cowok ganteng yang punya tubuh kekar atletis itu ternyata memakai kaca mata. Tampang Darwin jadi kayak Clark Kent deh. Ganteng, atletis, dan berkaca mata. Rambut pendeknya yang model belah samping itu membuatnya semakin mirip dengan Clark Kent. Yuda pun kemudian ikut larut pada tontonan porno itu. Anak satu ini emang udah punya bakat doyan nonton gituan sejak dari SLTP. Dapat tontonan bagus kayak begini tentu saja tak dilewatkannya. Volume suara televisi yang cukup besar, memperdengarkan erangan dan desahan aktor dan aktris porno yang sedang ngentot itu, tentu saja menambah cepat bangkitnya birahi penonton. Yuda saja berulangkali membetulkan posisi duduknya. Kontolnya yang ngaceng keras terasa mendesak di selangkangannya.

Delapan

Usai film pertama, mereka langsung nyambung lagi dengan film berikutnya. Film kedua ini bercerita tentang dua orang cewek yang dikerjai delapan cowok di sebuah bengkel mobil. Kedua cewek itu datang ke bengkel dengan tujuan untuk mereparasi mobil yang mereka bawa. Ternyata disana mereka harus melayani nafsu binal kedelapan montir ganteng dan kekar-kekar itu. Yuda merasa sangat terangsang melihat cewek-cewek itu dientot rame-rame oleh kedelapan cowok itu. Kontolnya yang sudah mengeras sangat ingin untuk segera mengeluarkan sperma. Biasanya sambil nonton film porno di kamarnya di Makassar, Yuda ngocok. Tapi kali ini tentu saja tak mungkin. Untuk pura-pura ke kamar atau kamar mandi buat ngocok tentu saja dia merasa malu. Dilihatnya keempat teman barunya itu santai-santai saja melihat adegan mesum di layar televisi. Yuda memang belum pernah mengentot dengan siapapun. Paling-paling untuk menumpahkan spermanya dilakukannya dengan ngocok di kamarnya atau di kamar mandi. “Duh jadi pengen ngocok nih,” tiba-tiba Stefanus nyeletuk. “Gue juga,” sambung Ivan. “Ke kamar dulu ah. Mau ngocok,” kata Stefanus. Teman-temannya tertawa. “Ngapain di kamar sih. Disini aja. Kok mesti malu sih. Cowok semua kan. Sama-sama punya kontol,” kata Darwin. “Iya juga ya. Ya udah deh disini aja,” Stefanus tanpa malu-malu langsung mengeluarkan kontolnya dari balik celana pendeknya. Mata Yuda langsung melotot melihat kontol Stefanus yang hitam dan besar seperti Pisang Ambon itu. Dengan santai si Ambon menggenggam batang itu kemudian mengocoknya, sambil matanya tetap menatap layar televisi. Ivan kemudian mendekati Stefanus. Duduk disebelah cowok itu, iapun kemudian mulai mengocok batang kontolnya sendiri. “Gak ikutan Yud?” tanya Ali. Yuda hanya menggeleng. Ia benar-benar tak percaya melihat teman-teman barunya yang sepertinya baik-baik itu ternyata tak malu-malu ngocok di depan orang. Tiba-tiba Darwin mendekatinya. Tubuh kekar cowok ganteng itu sangat rapat pada tubuh Yuda. “Kok malu-malu sih Yud. Keluarin aja. Atau perlu gue bantu,” katanya. Tangan Darwin langsung meremas tonjolan kontol Yuda yang tercetak membesar di selangkangannya. Di dekatnya, dilihatnya Ali juga sudah mulai mengocok kontolnya sendiri. Bibirnya tersenyum pada Yuda. “Ayo Yud,” katanya kemudian. Yuda berusaha menyingkirkan tangan Darwin dari selangkangannya. Namun cowok berotot itu tak memperdulikan. Dengan paksa ditariknya celana pendek Yuda sehingga kontol besar milik cowok ganteng itu menyembul ke luar. “Win, jangan,” kata Yuda. Tangannya menepis tangan Darwin yang mulai menggenggam kontolnya yang besar dan kemerahan itu. Namun Darwin tak peduli. Dengan lembut diremasnya kontol Yuda. “Jangan menolak. Entar gue patahin nih kontol,” jawab Darwin dingin. Yuda mengkeret juga mendengar ancaman Darwin. Meskipun tak rela, akhirnya Yuda membiarkan Darwin memainkan kontolnya. Tangan Darwin yang menggenggam batang kontolnya kemudian bergerak naik turun mengocok batang kontol milik cowok Makassar itu. “Kontol lo bagus ya Yud, besar dan merah. Merahnya kayak kontol gue deh. Liat nih,” tangan Darwin yang satu lagi langsung mengeluarkan kontolnya sendiri. Kontol yang besar dengan kepalanya yang mirip jamur, besar dan merah. Batangnya gemuk dan berurat. Yuda terperangah melihatnya. Ia sudah pernah melihat kontol Darwin saat masih tidur, rupanya kalau sudah bangun kontol Darwin benar-benar dahsyat bentuknya. Yuda kemudian melirik ke arah Ivan dan Stefanus. Mata Yuda terbelalak melihat apa yang dilakukan oleh kedua cowok ganteng itu. Didepan matanya dilihatnya Stefanus sedang asik menjilat-jilat kepala kontol Ivan yang besar. Sementara Ivan merem melek sambil terus mengocok kontol Stefanus. Ivan tak menyangka Stefanus mau melakukan itu pada Ivan. “Kenapa Yud? Mau digituin juga?” tanya Darwin. Yuda menggeleng lemah. “Enak kok. Coba aja. Ali sini lo. Jilat nih pala kontol Yuda,” perintah Darwin pada Ali. Si ganteng Ali kemudian mendekati Yuda. Dengan tersenyum dipandanginya wajah Yuda. Sesaat kemudian kepalanya sudah menyusup ke selangkangan Yuda. Lidahnya tanpa permisi segera menjilati celah lobang kencing Yuda yang sudah basah oleh precum. “Ohh..,” desah Yuda tanpa sadar. Kepala kontolnya terasa hangat dan basah oleh lidah Ali. “Enak kan Yud?” bisik Darwin di telinganya. Kurang ajarnya lagi, Darwin menggelitik daun telinga Yuda dengan ujung lidahnya. Kontan saja cowok yang baru lulus SMU itu menggelinjang. Yuda pengen melawan, dan melepaskan dirinya dari kedua cowok itu. Namun saat ini ia benar-benar terangsang hebat. Tak pernah ia merasakan lidahnya dijilati seperti itu sebelumnya. Ditambah lagi dengan kocokan tangan Darwin pada batang kontolnya dan jilatan-jilatan Darwin pada telinganya. Tubuhnya menggeliat. Bulu kuduknya dirasakannya berdiri. Ia tak sanggup menahan gairahnya yang bangkit menggelora. Gairahnya mengalahkan akal sehatnya. Selama ini ia tak pernah merasa memiliki penyimpangan dalam orientasi seksual. Yuda tak pernah merasa terangsang secara seksual pada laki-laki. Saat melihat cowok-cowok itu hanya bercelana dalam saja ke kamar mandi ia tak merasa tertarik. Saat melihat cowok-cowqok itu mandi bareng telanjang bulat ia merasa jengah. Namun ternyata saat ini, ia terangsang hebat oleh perlakuan kedua cowok itu padanya. Kontolnya mengeras dan berdenyut-denyut dalam genggaman Darwin dan jilatan lidah Ali. Diantara rangsangan yang dialaminya, Yuda merasa bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Kedua cowok itu terus mengerjai Yuda. Sementara itu Ivan dan Stefanus malah semakin meningkatkan aktifitas mereka. Keduanya sudah telanjang bulat dan saling menjilat kontol temannya. Mereka melakukan 69 diatas karpet. Suara kecipak dari mulut mereka terdengar keras. Keduanya rupanya sedang asik melakukan seruputan batang kontol. Diselengkangannya, Ali semakin agresif memuluti batang kontol Yuda. Batang kontol Yuda asik dikulum dan dihisapnya. Darwin tak lagi melakukan kocokan pada kontolnya. Tangan cowok itu bergerilya meremas pahanya, sambil mulutnya asik menetek di dada Yuda yang sudah telanjang. Kaos yang dipakai oleh Yuda tadi sudah dilepaskan Darwin. Dan Yuda rela saja ditelanjangi oleh cowok ganteng itu. Kelakuan Ali semakin binal. Paha Yuda kini dikuaknya lebar-lebar. Mulut dan lidahnya menyerbu buah pelir Yuda. Dan yang lebih nakal lagi sesekali lidahnya menjilat dan menyedot celah pantat Yuda. Cowok Makassar itu benar-benar keenakan. Ia belum pernah ngentot dengan siapapun. Diperlakukan Ali seperti itu tentu saja membuatnya tergila-gila. Apa yang dilakukan Ali padanya tak dihiraukannya lagi. Termasuk saat cowok asal Magelang itu mulai menyodok-nyodok celah lobang pantatnya dengan jari. Saat Ali berkonsentrasi di daerah celah pantat dan buah pelir Yuda, Darwin menggantikan posisi Ali memuluti batang kontol Yuda. Cowok ganteng yang sangat jantan itu dengan lahap menghisap batang kontol Yuda. Tanpa ragu atau merasa jengah melakukannya pada makhluk yang sama-sama sejenis dengannya. Darwin sangat menikmati kontol Yuda yang besar dalam mulutnya. Saking seriusnya memuluti batang Yuda tak diperdulikannya lagi ludahnya yang sudah membanjir, meleleh dari batang besar itu.

Sembilan

“Van, entot gua dong,” tiba-tiba terdengar Stefanus ngomong dalam desahannya. Seperti tadi, Yuda kembali kaget. Tak disangkanya pergumulan para cowok ganteng dan jantan ini akan sampai ke sana juga. Dikiranya tadi para cowok ini hanya sekadar saling membantu mengeluarkan sperma dengan melakukan kocokan kontol atau melumat kontol temannya. Rupanya tak hanya itu. rupanya tempat kos para homo. Tempat para cowok bermain cinta dengan sejenisnya. Pantas saja dalam selebaran pengumuman kos mereka terdapat kata-kata dijamin bebas dari narkoba en pergaulan bebas mahasiswa-mahasiswi. Rupanya mereka melakukan pergaulan bebas tidak dengan mahasiswi disini. Tapi dengan sesama mahasiswa. Cowok bercinta dengan cowok. Tak perlu cewek disini. Lalu mengapa tadi mereka mengaku ngapel ke tempat ceweknya pada Yuda tadi? Apakah itu hanya sekadar kebohongan semata? Yuda tak tahu jawabnya. Yang pasti saat ini Yuda sedang menungging pasrah di lantai dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Dibelakangnya Ali sibuk menjilati lobang pantatnya. Sementara dibawahnya Darwin terus menyelomoti batang kontolnya. Tepat dibawah muka Yuda, paha mulus dan berotot milik Darwin mengangkang lebar. Kontol besarnya berdiri tegak bergoyang-goyang. Berkali-kali Yuda melirik batang besar segeda timun itu. Ia merasa tergoda untuk merasakan batang itu dalam mulutnya. Namun perasaan jengahnya masih ada. Ia masih merasa aneh bila kontol milik cowok lain masuk ke dalam mulutnya. Akhirnya dibiarkannya saja kontol itu tetap mengacung tegak disana. Diantara merem meleknya ia masih sempat memandangi Ivan dan Stefanus yang kini sedang asik bersenggama melalui anus. Duduk diatas pangkuan Ivan yang juga duduk di sofa, dengan penuh semangat Stefanus menggoyangkan pantatnya naik turun dengan cepat dan keras. Mengeluar masukkan kontol Ivan yang sebesar terong dalam lobang pantatnya yang penuh bulu itu. Yuda benar-benar tak percaya, kontol Ivan yang sebesar terong itu bisa masuk seluruhnya dalam celah lobang pantat Stefanus yang sempit. Dalam pandangan Yuda, sepertinya Stefanus sangat menikmati entotan kontol Ivan dalam lobang pantatnya itu. Erangan-erangannya menunjukkan ia sangat keenakan saat Ivan yang memeluk pinggangnya dengan erat itu menggoyang-goyangkan pantatnya membalas goyangan Stefanus. Selangkangan Stefanus yang meski hitam namun mulus itu terlihat sangat kontras dengan batang kontol dan selangkangan Ivan, si Arab, yang putih mulus berbulu lebat itu. Racauan Stefanus dan Ivan diantara erangan mereka, menjawab pertanyaan Yuda tentang cowok-cowok itu. “Gimanah Vanhh. Enakhh.. sshhh…,” kata Stefanus. “Ouhh… enak banget. Ahhh… ahhhh..,” “Enak mana sama memek Fanny, cewek elo? Ohhh…,” “Enak ini dong… ahhh… lebih sempit. Lebih njepit…shhh… lebih keras cengkeramannyahhh.. ouhhhh… ada kontol ama pelernya lagihhh… ihhh… gue kocok nih kontol elohhh… ohhh..,” racau Ivan. Ternyata mereka ini bukan homo tulen rupanya. Penghuni ini rupanya rombongan cowok biseks, yang bisa menikmati memek cewek tapi lebih doyan silit cowok yang memang lebih menjepit dan memiliki kemampuan mencengke

Saturday 13 March 2010

Basic Instinct #7

#7

“hey!” teriak andi. Lalu dengan sigapnya, ia lari mendekat ke arah ranjang dan langsung menubruk tubuh bowo sehingga keduanya sekarang bergulat di atas ranjang. Keduanya sama-sama telanjang. Karena tenaga andi lebih kuat, andi sepertinya yang akan memenangkan pergulatan tersebut. Ia menindih tubuh bowo. Andi memegang kedua tangan bowo dan membekapnya.

“jangan harap kamu bisa lari. Kamu akan mati!” cerca andi. Namun, saat itu juga bowo membalikkan keadaan. Ia dengan sisa-sisa kekuatan mendorong tubuh andi sehingga andi terjerembab di bawah ranjang. Bowo berusaha untuk turun dari ranjang dan keluar kamar. Ia tahu, harus segera mencari senjatanya untuk melumpuhkan andi. Namun, karena bowo sudah tidak mempunyai tenaga, ia tak mampu untuk keluar kamar. Baru sampai di depan pintu, kaki bowo sudah di pegang oleh andi dan langsung menjatuhkannya. Keduanya lagi-lagi bergumul, kali ini di atas lantai. Andi yang lebuh kuat, kembali menindih tubuh bowo. Kali ini, ia membawa bolpoint yang tadi ditunjukkannya kepada bowo. Bolpoint itu akan ditusukkan ke leher bowo. Dengan susah payah, andi mengarahkan bolpoint tersebut ke leher bowo. Tangan andi dipegangi oleh bowo, sehingga terjadi saling adu kekuatan. Bowo berpikir bagaimana ia bisa melepaskan diri dari dekapan andi. Karena ia sudah lemas tidak punya kekuatan lebih. Akhirnya, dengan sisa-sisa kekuatan, bowo mendorong tubuh andi sekali lagi. Memang, dorongan itu tidak sampai membuat andi terjerembab seperti tadi. Akan tetapi paling tidak, dorongan itu bisa membuat dirinya lepas dari tindihan andi. Untuk sekali lagi, bowo berusaha keluar kamar. Kali ini dengan merangkak karena ketidakmampuannya untuk berdiri. Andi sendiri kembali mengejar bowo.

“mau kemana kau?” teriak andi. Ia berdiri dan mengejar bowo. Bowo dengan sekuat tenaga merangkak sambil mencari dimana senjatanya berada. Bowo melihat senjatanya berada di bawah meja. Dengan susah payah ia mendekati senjata tersebut dan mengambilnya. Bowo akhirnya memang bisa mendekati senjata tersebut dan hampir saja mengambilnya, sayang sebelum itu terjadi andi sudah menubruknya lagi.

“brukkk...!!!” tubuh bowo lagi-lagi ditindih oleh andi. Dengan posisi tengkurap dan ditindih oleh andi, tangan bowo masih berusaha untuk meraih pistolnya.

“hahahaha...saatnya kamu merasakan apa yang dirasakan pria-pria sebelumnya” andi berkata sambil mengarahkan bolpoint ke leher bowo. Andi tidak tahu apabila bowo sedang berusaha untuk mengambil senjata. Hingga, Dorrrr......... Terdengar suara tembakan. Entah apa yang terjadi. Tubuh andi yang masih berada di atas tubuh bowo tiba-tiba tersungkur. Bowo bangkit dan berusaha melihat keadaan andi. Ia melihat andi terkapar dengan luka tembakan tepat di dadanya. Darah mengucur dari dadanya tersebut. Nafasnya masih terdengr sedikit. Kemudian, bowo mengambil telepon. Ia ingin menghubungi polisi. Dengan tenaga yang tersisa sedikit, bowo melaporkan kejadian yang baru saja terjadi dan meminta bantuan segera. Tepat setelah ia menelpon, tenaga bowo habis dan langsung jatuh pingsan.

Bowo tersadar dari pingsan dan mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit. Ia tidak tahu sudah pingsan berapa lama dan apa yang selanjutnya terjadi. Saat itulah, masuk polisi, rekannya di kantor. Dari polisi tersebut, bowo baru tahu apabila ia sudah pingsan lebih 12 jam lamanya. Bowo juga diberitahu apabila kasus pembunuhan sudah terungkap dengan kematian andi. Mendengar itu, bowo menjadi lega. Namun disisi lain, ia masih menyimpan rasa trauma dan tekanan. Entah apa penyebabnya. Untuk itu, ia memutuskan untuk cuti dalam waktu tidak terbatas.

Seminggu setelah kasus itu, bowo masih shock. Dia hanya berada di apartemen terus. Rio sudah beberapa minggu tidak pernah terlihat, tiba-tiba muncul. Ia mendatangi apartemen bowo. Dengan pakaian penuh warna dan membawa makanan, ia berdiri di depan pintu. Cukup lama menunggu, akhirnya bowo membuka pintu. Saat itulah, rio melihat sosok bowo yang terlihat kacau. Wajah bowo terlihat kusam dengan bulu kumis dan cambang yang tidak pernah dicukur. Selain itu, saat membuka pintu, bowo hanya mengenakan celana pendek. Pemandangan yang tidak biasa karena sehari-hari bowo selalu berdandan rapi dan necis. Tapi, itu sepertinya tidak jadi masalah bagi rio, ia malah menyukai penampilan bowo yang seperti itu.

“mau apa kesini?” tanya bowo acuh.

“hanya ingin menjenguk”

“aku baik-baik saja”

“tapi, apa yang aku lihat tidak seperti yang kau katakan” kata rio yang masih berdiri di depan pintu.

“sudahlah, aku tidak ingin diganggu” kata bowo sambil mencoba menutup pintu lagi, tapi dihalangi oleh rio.

“paling tidak, perbolehkan aku masuk 10 menit” rayu rio. Bowo masih diam saja.

“5 menit...” rayu rio lagi. Bowo masih diam saja. Tapi akhirnya ia menyerah dan memperbolehkan rio masuk. Di dalam kamar, rio langsung meletakkan tas plastik berisi makanan di atas meja makan.

“mau makan?” rio coba melumerkan hati bowo. Tapi, hati perasaan bowo masih tak bergeming. Ia tak menghiraukan rio. Ia malah keluar dari kamar menuju balkon, duduk di kursi untuk merokok sambil melamun. Akhir-akhir ini, itulah yang sering dilakukan oleh bowo. Melihat bowo seperti itu, rio jadi merasa kasihan. Tetapi, ia menepis jauh perasaan kasihan tersebut karena ada rencana yang harus ia lakukan.

Setelah selesai meletakkan makanan, rio keluar munyusul bowo di lobi. Ia kemudian duduk di sebelah bowo. Rio menggeser sedikit duduknya sehingga berdempetan langsung dengan bowo. Bowo masih diam saja tak mempedulikan.

“kok dari tadi diam saja?” tanya rio. Tak ada jawaban dari bowo.

“tidak suka dengan kehadiranku ya?” tanya rio lagi yang diikuti dengan meletakkan tangan kirinya di atas paha bowo. Rio sedikit mengusap-usap paha bowo itu. Bowo lalu menengok dan memandang mata rio. Mereka berpandangan selama 10 detik tanpa ada yang berbicara. Rio ternyata melihat kesempatan dalam kondisi seperti ini. Ia menyorongkan mukanya dan mencoba mencium bibir bowo. Namun sebelum keinginan rio tercapai, bowo sudah memalingkan muka. Bahkan ia beranjak dari tempat sofa dan berdiri menjauhi rio.

“kalau sudah tidak ada urusan, pulang saja” kata bowo datar. Merasa tersindir, rio bangkit dari kursi. Tapi bukan untuk pulang, melainkan tetap berusaha untuk menggoda bowo lagi.

“kenapa kamu berubah, apa salahku?”Tak ada jawaban dari bowo.

“apa aku yang telah menyebabkan kamu menjadi seperti ini?lalu kemudian kamu marah padaku?” tanya rio lagi setengah memberondong. Rio lalu mendekati bowo lagi, sekarang dari belakang bowo yang sedang berdiri. Dengan lembut, ia meraba punggung bowo yang bidang dengan tangannya. Ia usap dengan lembut ke seluruh bagian. Bowo masih saja terdiam, namun tidak melepaskan diri dari tangan rio. Bowo kemudian setengah menengok.

“sudahlah, lupakan saja. Semua ini tidak ada hubungannya denganmu” ucap bowo yang kemudian membalikkan badannya mengahadap rio. Sekarang mereka berdua berhadap-hadapan. Mata mereka saling memandang.

“jadi, apakah masih ada kesempatan bagi kita berdua?” tanya rio dengan sedikit tersenyum manis ke arah bowo. Ia juga menaikkan tangannya dan menyentuh dada bowo yang sedikit berbulu. Rio memainkan bulu-bulu halus tersebut. Bowo masih saja terdiam. Dan rio sepertinya merasa bahwa keterdiaman bowo adalah jawaban iya. Lalu, dengan lebih berani, rio mulai beraksi. Bukan tangan yang menyentuh dada bowo, sekarang lidah dan mulutnyalah yang berada di dada bowo. Ia jilati dada dan kedua puting bowo. Seperti sudah tersihir, bowo diam saja.

“aaahhh...” bowo mulai terangsang. Namun itu tidak berlangsung lama. Bowo kemudian tersadar dan mencoba melepaskan diri dari rio. Tapi rio sepertinya sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Ia pegangi tangan bowo dan menahannya supaya tidak beranjak.

“please...” ucap rio dengan muka sedikit memelas. Bowo tak bereraksi apa-apa. Rio kemudian menuntun tubuh bowo dan merebahkannya ke atas sofa. Lalu rio duduk dia atas tubuh bowo, dan mulai mencium bibir bowo. Awalnya bowo belum membalas ciuman tersebut, namun karena ganasnya ciuman rio, ia akhirnya terangsang dan mau melayani permintaan rio. Ia mengimbangi ciuman rio dengan memainkan lidahnya. Sekarang mereka sudah berciuman dengan panasnya. Tangan mereka juga sudah saling meraba tubuh pasangannya. Tangan rio memilin-milin puting bowo, sedang tangan bowo meremas-remas buah pantat rio. Puas dengan berciuman, rio mengalihkan bibirnya untuk memagut leher bowo.

“arggghhh...” birahi bowo semakin naik. Ia hanya mendesah untuk mengekspresikan kenikmatan yang ia dapatkan. Puas dengan bagian leher, bibir rio makin turun ke bawah. Ia sekarang menjamah dada dan puting bowo. Tidak hanya dijilati, tapi juga disedot kuat-kuat.

“ough...ouh...” tubuh bowo menggelinjing. Rio memang lihai dalam mengoral. Tidak lama rio bermain-main dengan dada bowo, sekarang ia mulai mendekati bagian paling penting, yaitu kontol bowo. Kontol bowo masih terbungkus celana hitam pendek. Sudah terlihat besarnya karena kontol bowo menegang. Rio awalnya meraba halus kontol dibalik kain hitam tersebut. Ia juga menjilati sebentar sebagai sensasi.

“please, suck my dick...” pinta bowo yang sudah tidak tahan. Sambil tersenyum, rio kemudian menari celana hitam tersebut. Menjulurlah kontol super gedhe milik bowo. Kontol coklat tua, dengan urat yang terlihat karena kontol tersebut sedang menegang, serta dihiasi dengan bulu jembut yang lebat namun rapi disekitar kontol. Rio benar-benar suka dengan kontol milik bowo.

“i like it...” kata rio manja. Ia mengusap seluruh bagian kontol, termasuk meraba-raba biji pelernya. Lalu ia mulai menggunakan lidahnya untuk menjlati bagian demi bagian kontol bowo.

“aahhh...ahhh...” desah bowo. Jilatan rio makin ganas, ia sekarang juga mengocok pelan kontol tersebut, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Ia menelannya mentah-mentah. Lalu setelah dikocok dengan mulutnya, ia menyedot kontol tersebut saat berada di dalam mulut.

“argggggghhhhhhh...........” bowo merasakan nikmat sampai tubuhnya menggelinjing. Rio dengan sigap, mengoral kontol bowo. Kontol bowo berdenyut-denyut karena sedotan yang dilakukan oleh rio.

“ough..shit...ough....” berulang kali bowo hanya bisa mendesah karena nikmat taktala kontolnya disedot dari dalam mulut rio. Rio bahkan memainkan jari-jarinya di sekitar lobang anus bowo.

“ah...lagi rio, lagi...ough....” desah bowo. Rio semakin bersemangat mengoral. Hingga sekitar 5 menit kemudian, bowo akan mencapai klimaks.

“rio, aku mau keluar, ough....” ucap bowo tersenggal-senggal. Rio semakin bersemangat mengoral.

“ough..ough..ough...arrggghhhhhh...!!” bowo sampai berteriak saat mencapai klimaks. Crot...crot..crot.... pejuh putih kental keluar dari kontol bowo dan mengenai muka rio. Rio dengan senang menerima semburan pejuh tersebut.

“ah..ah..” bowo masih mendesah karena kenikmatan yang tersisa. Kemudian, rio membersihkan sisa pejuh yag tumpah di sekitar perut dan paha bowo. Ia menjilatinya dan kemudian menelannya. Bowo sendiri masih mengatur nafas. Kontolnya sudah kembali ke ukuran biasa. Setelah selesai, rio memandang wajah bowo dengan tersenyum. Bowo membalas senyuman itu. Dengan penuh kemesraan, Bowo menarik tubuh rio ke atas dan memeluknya erat. Mereka kembali berciuman dan bergumul di atas sofa. Sepertinya ronde ke dua tidak akan lama lagi berlangsung. Puas bergumul di atas sofa, bowo menggendong tubuh rio dan membawanya masuk ke apartemen. Ia lalu merebahkan tubuh rio di atas ranjang. Kemudian, ia melucuti pakaian rio satu demi satu hingga telanjang bulat. Tanpa bisa menahan gairahnya, bowo langsung menindih tubuh rio dan mereka kembali bergumul. Dua sosok tubuh pria telanjang berada di atas ranjang sedang melampiaskan nafsu birahinya. Dengan posisi di atas, bowo menciumi leher rio.

“ough..ough...” rio mendesah pelan. Setelah itu, bowo berhenti dan berkata sesuatu kepada rio.

“sudah lama aku ingin melakukan ini lagi padamu”

“aku juga?” jawab rio tak kalah romantis. Lalu, bowo bergerak turun dan mengarah di lobang pantat rio. Penuh kelembutan bowo mencium lobang anus rio.

“ah...” rio lagi-lagi mendesah pelan karena rasa nikmat. Setelah itu, bowo langsung bersiap-siap untuk memasukkan kontolnya ke lobang rio.

“iyah, masukkan saja” pinta rio yang sepertinya sudah tidak sabar. Dan bles...

“arghhh..” keduanya sama-sama menggerang saat kontol bowo memasuki lobang anus rio.

“lebih dalam..please...fuck me...!”

“oh yeah...oh yeah...” bowo mulau mendorong maju mundur pantatnya. Kontolnya keluar masuk dari lobang rio. Wajah keduanya merah padam bercampur keringan karena kenikmatan yang di dapat.

“ough..ough..ough...” erang bowo.

“yeah..yeah..fuck me...fuck me...” erang rio tak mau kalah memberi semangat kepada bowo. Bowo yang disemangati, seperti mendapat angin semakin mempercepat gerakan kentotannya. Kontolnya yang keluar masuk dari lobang anus rio sangat memberikan sensasi yang luar biasa. Sesekali ia menundukkan badan untuk sekedar mencium bibir seksi milik rio. Dan selanjutnya, ia kembali mengobok-obok pantat rio dengan kontolnya.

“yeah..yeah...ough...ough....” gerakan pinggul bowo sangat luwes.

“ough..ough..ough..” rio yang terlentang menerima kentotan bowo, juga terlihat sangat menikmatinya. Tangan kanan rio mengocok sendiri kontolnya. Hingga akhirnya, keduanya akan mencapai klimaks.

“ough...ough..” bowo mempercepat gerakan pinggulnya.

“ough..ough..arghhhhhhhhh..........!!!”crot..crot... pejuh keluar dari kontol bowo. Ia benamkan kontolnya dalam-dalam di lobang anus rio sehingga pejuh yang keluar seperti tertanam di “rahim” rio.

“ah..ah..ah..” bowo menikmati sisa-sisa kenikmatan sambil mengatur nafas. Sementara itu, rio masih saja mengocok kontolnya sendiri, tak berapa lama.

“ough..ough..oughhhhhhhhhh....” crot..crot..pejuh keluar dari kontol rio sambil mengenai perutnya. Keduanya lalu saling berpandangan sambil tersenyum. Kemudian bowo merobohkan tubuhnya ke rio. Ia Memeluk erat rio dan merebahkan kepalanya di dada rio. Keduanya bisa mendengar deru nafas dan detak jantung mereka satu sama lain. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Saat itulah, tanpa bowo sadari, tangan rio mengambil suatu barang dari saku celananya. Barang itu adalah bolpoint.

The end ..................................................

Basic Instinct #6

#6 Pagi itu, suasana kantor polisi masih sepi. Bowo sudah datang dan langsung masuk ke ruangannya. Masih dengan pikiran yang kacau, ia mulai membuka file-file yang ada. Saat itulah, matanya tertuju pada sebuah novel. Novel tersebut adalah novel yang ditulis oleh Rio. Sempat bowo akan mengambil novel tersebut, tapi tiba-tiba ia urungkan niat tersebut. Bowo sepertinya sudah bertekad untuk melupakan rio.Saat keluar dari ruangan kerjanya, tak sengaja Bowo berpapasan dengan Rio yang baru saja keluar dari ruang interogasi. Keduanya tampak kaget dengan pertemuan tersebut. Mata mereka saling beradu. Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut mereka. Tetapi, beradunya mata mereka mempunyai banyak makna. Bowo melihat diri rio yang sangat menyedihkan. Ia sebenarnya merasa kasihan dan ingin menolong. Merasa tidak mampu berbuat apa-apa, Bowo-lah yang terlebih dahulu membuang muka. Ia beranjak pergi dan masuk ke ruangannya lagi. Sedangkan Rio masih tetap memandang sosok bowo dengan perasaan yang campur aduk.

Di dalam ruangan, pikiran Bowo semakin bingung. Ia belum mampu memecahkan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Semakin ia berpikir, semakin ia merasa pusing. Namun, satu hal yang masih kuat ia rasakan adalah perasaannya terhadap rio. Ia semakin menyadari bahwa ia sayang pada rio. Bowo berpikir keras, bahwa ia harus berbuat sesuatu untuk rio.

Dengan wewenang yang ia miliki, bowo melakukan sesuatu untuk bisa melegakan hatinya, sekaligus menolong rio. Ia memutuskan untuk membebaskan rio dari tahanan dengan alasan kurang bukti. Apa yang ia lakukan adalah hal yang sangat berani. Akan tetapi, karena ia sudah bertekad dan siap menghadapi semua resikonya, bowo tetap melakukan hal itu.

Rio berbaring di atas ranjang dengan pikiran yang menerawang jauh. Ia masih memikirkan pertemuan dengan bowo tadi. Ia membayangkan mata dan tatapan bowo yang sangat tajam. Hati rio menjadi miris mengingat apa yang sedang dialaminya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena berada dalam penjara. Ah, seandainya...pikir rio dalam hati. Dan tiba-tiba saat rio masih dalam lamunan, seorang opsir polisi membuka pintu jeruji. Rio bangkit dan duduk di bibir tempat tidur. Rio berpikir mungkin ia akan di interogasi lagi atau mungkin juga ada tamu yang ingin menjenguknya.

“Sodara rio, silahkan kemasi barang-barangmu” kata opsir tersebut. Rio belum paham dengan apa yang baru saja dikatakan oleh polisi tersebut. Ia masih belum beranjak dari duduknya.

“cepat kemasi barang-barangmua!waktunya tidak banyak!” kata polisi itu lagi dan akhirnya membuat rio bergegas mengemasi barangnya. Setelah selesai, rio langsung keluar dari ruang tahanan. Saat di jalan, ia sempat bertanya pada polisi tersebut.

“saya akan dipindah kemana?” rio menduga ia akan dindahkan.

“tidak kemana-mana. anda bebas” jawaban dari polisi yang membuat rio kaget.

“bebas?” tanya rio keheranan.

“iya, penyidik kurang bukti sehingga anda dibebaskan” jelas polisi sambil menyerahkan beberapa barang sitaan milik rio.

“beruntung kamu, pak bowo sudah membantumu sehingga kamu bisa selamat” kata polisi lagi. Mendengar perkataan itu, rio kaget.

“tapi hanya untuk sementara. Paling nanti kamu kembali lagi jika kami sudah mendapat bukti lebih” kata polisi itu lagi sambil meninggalkan rio sendiri. Dalam hatinya, belum habis keheranan akan kebebasannya dari penjara, rio semakin kaget karena ini berkat bowo yang sudah membantunya. Lebih jauh lagi, rio juga semakin yakin jikalau bowo masih menyimpan rasa kepada dirinya.

Siangnya, Andi datang ke kantor polisi dan langsung menemui bowo. Dengan nada marah, ia menanyakan masalah pembebasan rio. Andi merasa sudah dilangkahi wewenangnya karena ia yang memegang kasus ini. Apalagi ada komitmen dari bowo bahwa ia tidak akan ikut campur dan menyerahkan semua masalah kepada andi.

“pak, kenapa bapak membebaskan rio?padahal....”

“sudah ndi, saya sudah membuat keputusan” kata bowo memotong perkataan andi.

“bapak tidak bisa seperti ini. Bukankah kasus ini saya yang pegang?”

“saya minta maaf soal kelancangan ini. Tapi, bagaimanapun juga saya atasan kamu. Dan saya berhak melakukan apapun”

“tapi mengapa bapak tidak membicarakan dengan saya dulu?” nada bicara andi semakin naik.

“tidak harus saya membicarakan denganmu. Semua ada ditangan saya. Oh iya, mulai saat ini saya yang akan pegang kasus ini lagi”

“pak...” kata andi setengah merayu.

“sudah ndi, tidak ada yang akan dirubah. Ini sudah menjadi keputusan” terang bowo sambil berdiri dan lalu menatap keluar jendela. Andi yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, masih berusaha mengambil hati bowo. Ia lalu mendekati bowo. Langsung saja ia memeluk tubuh bowo dari belakang.

“pak...” bisik andi sambil terus mempererat pelukannya. Bowo yang kaget dengan perilaku andi, menjadi merasa jengah. Tanpa berkata apa-apa, ia melepaskan diri dari pelukan andi dan kemudian keluar ruangan. Andi untuk kesekian kalinya merasa disakiti.

Pagi harinya, kepolisian dihebohkan dengan penemuan sosok mayat. Ada tanda-tanda kekerasan dari tubuh tersebut. Sepertinya mayat laki-laki tersebut disiksa terlebih dahulu sebelum di bunuh. Dan yang lebih mengagetkan adalah, laki-laki tersebut mati karena ditusuk lehernya dengan bolpoint dan diketemukan dalam keadaan telanjang seperti penemuan mayat laki-laki beberapa hari lalu yang sempat menjadi kasus besar. Pihak kepolisian langsung melakukan penyidikan. Bowo yang kembali menangani kasus-kasus pembunuhan, berusaha untuk mencari petunjuk lebih. Meskipun bukti sudah meyakinkan bahwa mayat yang ditemukan sama persis dengan yang dulu, akan tetapi bowo belum berani memastikan apabila kedua kasus tersebut berkaitan.

“pak, sudah pasti dua mayat tersebut berkaitan. Dan saya juga yakin, pelakunya adalah rio yang kemarin kita bebaskan” bujuk andi. Bowo masih saja diam.

“pak..apa lebih baik kita menangkap lagi rio. Ini tindakan jaga-jaga”

“jangan...bukti-bukti yang mengarah ke dia belum cukup. Nanti akan sia-sia seperti kemarin”

“kurang bukti bagaimana pak?kemarin saat ia ditahan, tidak ada kejadian pembunuhan. Tapi lihat, baru 1 hari bebas sudah ada pembunuhan lagi. Itu kan bisa dijadikan bukti kalau dia pelakunya!” andi semakin sengit mempertahankan argumennya.

“belum..belum saatnya. Kita harus cari bukti lain dulu”

“arghhh.....!!! bapak kenapa sih? Jangan-jangan, bapak masih berhubungan dengan, sehingga...”

“jangan bahas itu lagi” potong bowo dengan nada yang terlihat marah.

“ingat, saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya”

“maaf pak...” andi berkata pada bowo. Karena jengkel, bowo pergi meninggalkan andi.

Bowo keluar kantor untuk mencari udara segar. Ia benar-benar dibuat pusing dengan kasus ini. Bowo mengambil mobil dan langsung memacunya di jalanan. Tanpa ia sadari, ada mobil yang membuntutinya. Dan seperti sudah bisa ditebak, yang berada di dalam mobil adalah rio. Rio mengikuti bowo dengan tujuan yang tidak jelas. Ia hanya membuntuti tanpa ada keinginan untuk menyalip apalagi menemui bowo. Ia hanya membuntuti. Mobil bowo berhenti di depan sebuah coffe shop. Ia lalu memesan sesuatu dan duduk di tempat yang dekat dengan jalan. Bowo sepertinya ingin menikmati jalanan untuk bisa melepaskan kepenatan yang ada dipikirannya. Di tempat lain, rio masih membuntuti bowo. Dari kejauhan ia memandang sosok bowo dengan penuh kerinduan. Ingin rasanya ia mendekat dan menyapanya. Namun, ia ragu-ragu. Ia merasa bowo masih belum memaafkannya. Untuk sesaat, rio ingin melihat bowo dari dekat. Dengan hati-hati, ia turun dari mobil dan berjalan mendekati dimana bowo duduk.. Rio mengenakan kacamata dan topi untuk mengelabui. Saat sudah merasa dekat, rio berhenti dan kembali memandang bowo dari jauh. Rio memandang bowo dengan pikiran yang menerawang jauh. Saat rio sedang asyik memandangi bowo, tiba-tiba saja bowo melihat sosok rio. Memang bowo belum yakin kalau itu adalah rio. Bowo memandang sosok dikejauhan yang memakai kacamata dan sedang mengamatinya. Sesaat ia pandang dengan seksama. Rio yang menyadari keberadaannya diketahui bowo, bergegas pergi karena takut ketahuan. Ia lari menuju mobil. Bowo melihat rio lari menjadi semakin penasaran. Ia mengejar, tapi sayang gagal. Rio sudah masuk mobil dan pergi dari tempat itu.

Pagi harinya, ditemukan lagi mayat dengan kondisi tubuh yang sama dengan kemarin. Dan yang lebih menghebohkan, mayat yang ditemukan adalah mayat anggota kepolisian. Penemuan mayat tersebut membuat kasus ini semakin rumit saja. Bowo menjadi sangat pusing. Belum ada petunjuk jelas tentang kasus ini. Terlintas dalam pikirannya untuk melakukan saran andi untuk kembali menahan rio. Ia ragu, apakah rio benar tidak melakukan pembunuhan. Bowo mengingat perkataan rio saat mereka habis bercinta bahwa ia sama sekali tidak membunuh. Kata-kata rio tersebut sangat tulus dan tidak terlihat sedang berbohong. Larut malam ia baru pulang dari kantor. Dalam perjalanan, ia mendapat sms bahwa andi mendapat info penting. Bowo diminta untuk menemuinya di apartemen andi. Sebenarnya bowo malas untuk ke sana, tapi karena berpikir ini adalah tugas, ia pun segera menuju apartemen andi.

“masuk pak..” andi mempersilahkan bowo masuk kamar.

“maaf, menghubungi bapak selarut ini. Silahkan duduk” kata andi. Bowo duduk di sofa yang sudah tidak terlalu empuk.

“tidak apa-apa” jawab bowo singkat.

“saya ambil minum dulu” andi bergegas ke dapur. Saat sendirian, bowo mengamati kamar andi. Ia menilai kamar tersebut sudah berubah. Jauh berubah dari saat terakhir ia datang ke apartemen ini. Bowo merasa kamar ini semakin gelap saja. Tak berapa lama, andi datang dengan membawa minuman. Ia lalu duduk di samping bowo.

“apa yang kamu dapat ndi?” tanya bowo tanpa basa-basi. Ia sepertinya tidak ingin berlama-lama.

“oh itu....” jawab andi sekenanya. Ia ternyata tidak serius dengan ini. Ada maksud lain saat ia memanggil bowo ke apartemennya. Andi masih saja diam saat bowo menunggu jawaban darinya.

“sudahlah...” kata bowo sambil bangkit dari sofa dan berniat keluar. Tapi tangannya di pegang andi.

“sebentar pak. Tolong, ada yang ingin saya bicarakan” bujuk andi. Beberapa saat, bowo masih saja berdiri. Tapi akhirnya mau duduk lagi. Namun, raut mukanya menunjukkan ketidaknyamanan. Andi membenahi duduknya mendekat ke arah bowo.

“pak..apa perasaan bapak terhadapku?” tanya andi. Mendengar pertanyaan tersebut, bowo kaget. Ia kembali memandang ke arah wajah andi.

“pak..jawab?”

“hm..tidak ada apa-apa. Saya menganggap kamu sebagai rekan kerja, atau paling tidak teman” jawab bowo diplomatis.

“benarkah itu?” andi seperti bersedih.

“iya, tidak ada keraguan dalam diriku”

“lalu, soal itu. Hubungan seks yang sudah saya dan bapak lakukan?” tanya andi lagi.

“lupakan soal itu, anggap saja itu tidak pernah terjadi” terang bowo yang membuat andi semakin bersedih. Tidak hanya itu, perasaan andi seperti dicabik-cabik. Andi tidak menyangka bowo akan berkata seperti itu. Dengan menahan perasaan yang campur aduk, andi tetap bersikap normal.

“maaf ndi, jika saya sudah membuatmu sakit hati. Tapi hanya itu yang bisa aku katakan. Itu lebih baik daripada nanti-nanti”

“iya. Oh, silahkan diminum pak..” pinta andi. Bowo mengangguk pelan. Ia lalu mengambil cangkir dari meja dan meminumnya.

“bapak kelihatan capek?” tanya andi. Bowo yang sudah minum sedikit, mendengar perkataan andi samar-samar. Ia juga mulai merasa pusing. Pandangan matanya mulai kabur.

“pak...kenapa pak?” bowo masih mendengar suara andi, tapi sudah semakin kabur. Hingga akhirnya...

Bowo membuka mata dengan berat. Kepalanya sangat pusing. Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi. Beberapa saat, ia baru menyadari sesuatu. Ia ternyata sudah dalam keadaan terikat di atas ranjang dan mulut terbungkam. Selain itu, ia mendapati juga apabila ia telanjang bulat. Bowo bingung, apa yang sedang terjadi. Ia hanya mengingat bahwa ia berada di apartemen andi. Dan sekarang ini masih berada disini. Saat itulah, andi masuk ke kamar dan mendekat ke ranjang. Melihat andi, bowo kaget. Andi hanya tersenyum. Ia duduk di bibir ranjang. Ia mendaratkan tangannya di wajah bowo. Ia mengelus-elus wajah tampan bowo dengan lembut. Bowo tidak mau, ia membuang muka. Tapi andi memaksa. Dengan kasar, andi memalingkan muka bowo ke arahnya. Sambil tersenyum licik, andi berkata sesuatu:

“kenapa?kaget?” tanya andi. Ya, bowo kaget dengan diri andi. Ia tidak menyangka bahwa pria yang ada dihadapannya adalah andi. Ia seperti tidak mengenal sosok tersebut karena sangat berbeda dengan biasanya. Sosok yang sehari-hari terlihat biasa, jarang berbuat kasar, dan tidak pernah menunjukkan sifat licik. Namun saat ini, itulah yang dilihat bowo dari andi. Sosok yang penuh kebencian dan kemarahan.

"heran dengan diriku?” tanya andi pada bowo seperti bisa membaca pikiran bowo.

“tidak perlu heran, karena ini juga karena kamu!” andi berkata sambil berdiri dari ranjang. Ia menuju meja dan mengambil sesuatu dari laci. Lalu ia menunjukkan barang tersebut ke arah bowo. Melihat barang tersebut, bowo sangat kaget.

“hahahahaha.... ini khan yang selama ini kamu cari?” andi kembali mendekat ke arah bowo. Barang itu adalah bolpoint. Ya, hanya sebuah bolpoint tapi penuh dengan jawaban.

“sebentar lagi kamu akan merasakan bolpoint ini juga” andi mendaratkan bolpoint itu di kulit leher bowo sambil tertawa kecil. Bowo sekarang sadar, bahwa andi adalah pangkal dari semua permasalahan yang terjadi. Meskipun begitu, bowo masih belum percaya ini semua.

“oke, sebelum semuanya mulai, aku akan sedikit bercerita mengapa aku bisa seperti ini”.

Kemudian, andi menceritakan semuanya dari awal. Ini semua karena dendam. Rio, penulis novel yang menjadi ide pembunuhan adalah pria yang sudah merebut cinta pertama andi. Pria yang dicintai andi berpaling ke rio dan meninggalkannya. Oleh sebab itu, andi ingin balas dendam dengan menjerumuskan rio. Dengan membunuh orang seperti dalam novel yang ditulis rio, semua kesalahan akan ada pada diri rio. Dari situlah dendam andi akan terbalaskan karena bisa melihat penderitaan rio. Akan tetapi, kebebasan rio telah membuat dendam andi semakin memuncak. Oleh sebab itu, ia mulai melancarkan aksinya lagi. Satu demi satu rencana ia lakukan. Andi membunuh pria seperti yang pertama dulu ia lakukan. Dengan begitu, rio akan menjadi tersangka lagi.

“begitulah ceritanya..” bowo mendengarkan penjelasan dengan sedikit rasa takut. Ia belum bisa menebak apa yang akan dilakukan andi terhadapnya. Andi lalu membuka penyumbal mulut bowo.

“lalu, apa hubungannya dengan ini semua?” tanya bowo langsung.

“jelas ada. Karena kamu adalah penghalang untuk bisa membalas dendamku. Selain itu, kamu sudah menyakitiku berulang kali. Tidak ada salahnya jikalau aku bisa menghilangkan nyawamu”

“tapi, apa yang kamu lakukan tidak akan menghasilkan apa-apa”

“siapa bilang, aku akan bisa tidur nyenyak jika kamu dan rio tersiksa”

“aku gak yakin dengan itu”

“diam kamu! Sepertinya sudah saatnya untuk memulai. Tapi sebelumnya, ada sesuatu darimu yang ingin aku dapatkan” andi berkata sambil memasang muka nakal.

“apa yang akan kamu lakukan” bowo penasaran. Andi mendekat tubuh bowo yang tergolek tak berdaya di atas ranjang. Andi ternyata ingin menikmati tubuh bowo untuk terakhir kali. Ia mencium bibir bowo dengan kasar. Bowo tidak mau berusaha melepaskan diri. Andi tetap saja memaksa, sehingga terjadi pertarungan bibir. Puas dengan itu, mulut andi menciumi leher bowo.

“arghhh...” sontak birahi bowo naik. Andi semakin gila saja. Ia menciumi leher bowo sambil meremas-remas kontol milik bowo.

“argh..arghh...” bowo menggerang karena rasa sakit. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tapi sia-sia saja karena ikatan yang begitu kuat. Bibir andi semakin ke bawah. Sekarang, bibir itu menikmati dada milik bowo. Ia kulum kedua puting bowo yang hitam nan ketat. Kemudian ia hisap kuat-kuat.

“ough..ough..” bowo tetap saja menggerang pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Puas dengan puting, andi sudah siap untuk memainkan kontol milik bowo. Kontol panjang yang sangat indah. Dengan lembut, andi memegang kontol bowo yang masih lemas. Ia mulai meraba dan mengelus-elus pelan kontol tersebut. Bowo hanya bisa menikmati itu, meskipun ia sebenarnya tidak ingin menikmati itu. Hingga akhirnya, kontol bowo pun menegang. Saat itulah, andi mulai menggunakan mulut untuk mengoral. Ia masukkan kontol bowo ke dalam mulut dan mulai menyedotnya.

“ahhh....” bowo menggelinjing saat kontolnya di sedot dari dalam mulut andi. Selain itu, kocokan tangan andi, semakin membuat rasa nikmat yang begitu hebatnya.

“argh..arghh...argh...” erang bowo. Andi sendiri begitu menikmati kontol bowo. Sudah lama ia merindukan ini. Ia memasukkan dan mengeluarkan kontol bowo dari mulutnya. Ia jilati dengan penuh kelembutan seperti makan es krim. Ia sangat begitu memuja kontol bowo.

“argh...argh...” untuk beberapa saat, bowo sudah akan mencapai klimaks. Andi semakin mempercepat kocokannya pada kontol bowo.

“agh..arghh..argh...” bowo menggerang semakin lama semakin keras karena rasa nikmat yang memuncak.

“oh..oh..arghhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!” crot..crot... akhirnya, kontol bowo mencapai klimaksnya. Kontol tersebut mengeluarkan pejuh yang cukup banyak, hingga mengenai muka andi.

“oh..oh..oh...” bowo terlihat berkeringat. Ia merasakan rasa antara sakit dan nikmat. Andi sendiri setelah sukses membuat bowo muncrat, menjilati sisa-sisa pejuh yang tercecer disekitar selangkaan bowo. Andi seperti kucing yang menjilati sisa-sisa makanan.

Selesai dengan itu, ternyata andi belum puas sampai disitu. Ia bangkit dari ranjang dan mulai membuka bajunya satu persatu.

“kamu mau apa lagi ndi?” tapi andi tidak menjawab pertanyaan bowo. Ia sepertinya sudah kesetanan. Tapi saat akan beraksi, tiba-tiba hp milik andi berbunyi.

“ah..sialan” andi dengan kesal mengangkat telpon. Andi lalu keluar kamar. Saat andi sedang mengangkat telpon itulah, bowo berusaha untuk melepaskan ikatan pada tangannya. Dengan susah payah, ia berhasil melepaskan ikatan tali di tangannya. Ia juga bisa melepaskan ikatan pada kakinya. Namun, saat akan turun dari ranjang, andi sudah masuk ke dalam kamar lagi. Keduanya sama-sama kaget.

Bersambung

...............................................

Basic Instinct #5

Di balik jeruji besi yang gelap dan pengap, tubuh rio digantung dengan kedua tangannya dirantai dan dikaitkan dengan atap. Ia hanya mengenakan celana dalam saja. Wajahnya tampak kusut dan capek. Sudah lebih dari 10 jam ia ditahan tanpa diberi makan atau minum. Ia juga belum dimintai keterangan apapun, dan tidak diperbolehkan untuk menghubungi siapapun. Ia hanya bisa meratapi nasibnya. Namun, dibalik wajahnya yang pasrah, ia sebenarnya tidak takut dengan apa yang akan dihadapinya. Sepertinya ia sudah terbiasa dengan kerasnya hidup yang harus dijalani.

Sekitar pukul 6 sore, 3 orang polisi terlihat berada di luar sel. Namun hanya seorang yang masuk, ia adalah andi. Sedangkan dua polisi lain berjaga di luar. Andi masuk dan langsung mendekati tubuh rio yang tergantung lemah tak beradaya. Dengan muka sok, andi memegang dagu rio dan mengangkat mukanya supaya melihat matanya. Namun, tatapan andi dibalas dengan ludahan oleh rio. Kontan saja andi marah dan membalas perlakukan rio dengan tamparan keras di muka rio.

“kurang ajar!!” teriak rio sambil mengayunkan tangan kanannya ke pipi rio. Tidak hanya itu, ia kemudian meninjukan juga tangannya ke perut rio, hingga rio melenguh kesakitan.

“arghgh....”

“masih mau lagi?” tantang andi. Kemudian dia berjalan mengitari tubuh rio.

“inilah akibatnya jika tidak menuruti perkataanku. Sudah kubilang jangan mendekati bowo, kamu malah tidak menggubris dan semakin kelewatan. Apa sih yang sebenarnya kamu inginkan??” kata andi keras sambil mengangkat muka rio sekali lagi. Kali ini, rio diam saja tak menjawab. Ia hanya menatap tajam mata andi.

“ayo jawab!” tanya andi lagi sambil meninju perut rio. Tidak puas dengan itu, ia menggunakan kakinya dan menendang paha rio.

“arghhhhhhhh, polisi bajingan!” teriak rio kesakitan.

“hahahahaha...memangnya kenapa kalau aku bajingan? Toh, aku tetap menang. Lihatlah sekarang dirimu, apa yang bisa kamu lakukan?”

“tunggu saja nanti” jawab rio pendek.

“maksudmu, menunggu bantuan dari bowo?cuh....” balas andi sambil meludah tepat dimuka rio.

“apa yang bisa ia lakukan sekarang? Ia sudah tak bisa apa-apa lagi! Lagipula, aku tahu bahwa kamu mendekati dia karena ingin menyelamatkan dirimu dari kasus. Iya kan? Ayo jawab!!!” suara andi semakin meninggi. Tapi rio tetap saja diam, ia tak menggubris perkataan andi.

“okelah kalau kamu diam saja. Itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Yang jelas, kamu akan habis. Tidak ada jalan keluar bagimu” kata andi.

Kemudian ia memanggil dua orang polisi yang tadi menunggu diluar sel. Andi kemudian meminta tongkat polisi yang biasa digunakan untuk memukul. Dengan kode yang ia berikan, salah seorang polisi menarik celana dalam rio sehingga sekarang ia tergantung dengan tubuh telanjang. Lalu, andi dengan kejamnya memasukkan tongkat tersebut ke dalam anus rio.

“arghhhhhhhhhhh..........!!!” rio berteriak sejadi-jadinya karena merasakan sakit yang luar biasa.

“ini khan yang kamu inginkan dari bowo!” ucap andi sambil memasukkan tongkat lebih kedalam dan kemudian memilinnya. Bisa dibayangkan betapa sakitanya anus rio. Ia hanya bisa berteriak dan menggerak-gerakkan tubuhnya sambil berusaha melepaskan rantai di tangannya. Namun usaha yang sia-sia. Ia tetap berada pada posisi yang sama. Di pihak lain, andi semakin gila menyiksa tubuhnya. Ia sodok-sodokkan tongkat itu dengan cepat, sehingga rasa sakit yang dirasakan rio semakin menjadi-jadi. Rio sampai mengeluarkan air mata karena rasa sakit yang belum pernah ia rasakan.

“come on honey..enak bukan??” ejek andi. Ia kemudian menghentikan siksaan pada tubuh rio. Namun, bukan berarti rio bisa bernafas lega. Selepas andi keluar dari sel, ternyata dua orang polisi yang menyertai andi juga seorang yang gila. Dua polisi bertubuh besar dan hitam itu, mendekati tubuh telanjang rio yang semakin lemah. Mereka berdua mulai meraba-raba tubuh rio, mulau dari anus, kontol rio sampai pentilnya. Sepertinya mereka ingin mendaptkan kepuasan dari tubuh rio. Mereka pun melepaskan seragam yang dikenakan satu per satu. Sekarang, mereka berdua telanjang bulat dengan kontol yang besar. Satu polisi berada di depan rio, sedang yang satunya lagi membelakangi.

“apa yang mau kalian lakukan?” tanya rio bingung. Ia berusaha melepaskan diri, tapi sia-sia. Polisi-polisi tersebut bertindak semakin liar. Yang mencoba mencium paksa bibir rio, tapi rio menolaknya. Kemudian, ia ganti mencoba memagut leher rio.

“arghhhhh...” birahi rio sontak naik. Apalgi kemudian pria tersebut mengarahkan lidahnya dikedua putingnya. Dijilat dan digigit kedua putingnya sampai merah. Sedangkan polisi yang dibelakang, berjongkok dan menusuk-nusuk lobang anus rio dengan jarinya. Rio semakin kesakitan.

“bajiangan semua kalian! Polisi maniak!! Arggg...!!!” rio berontak., tapi semakin ia berontak, kedua polisi tersebut semakin gila-gilaan. Polisi yang didepan sekarang sudah menjamah kontol rio. Digenggamnya kontol tersebut kemudian ditarik-tarik. Rio merasakan perih. Lalu, kontol rio tersebut dikocok cepat, hingga berdiri. Tanpa sungka-sungkan, polisi tersebut kemudian jongkok dan mengulum kontol rio. Ia hisap kontol rio dengan penuh nafsu.

“ah..ah...” rio merasakan antara sakit dan nikmat. Ia hanya bisa mengadahkan kepala karena tidak tahu harus berbuat apa. Polisi yang di depan tidak jauh berbeda. Puas mengobok-obok lobang anus rio dengan jari, ia mengganti jari dengan kontolnya yang cukup besar. Ia mencoba memasukkan paksa kontolnya tersebut.

“ah, bajingan! Arghhhh....!” teriak rio saat tahu anusnya akan dibobol. Polisi yang dibelakang, kemudian membisikkan sesuatu ke telingan rio sebelum mulai mengentot.

“jangan takut, aku bisa memuaskanmu seperti halnya pak bowo” bisik polisi tersebut nakal.

“kurang ajar! Lepaskan aku!” rio masih saja mencoba untuk berontak, tapi tetap saja sia-sia. Ia akhirnya pasrah saat kontol polisi tersebut memasuki lobang anusnya dengan paksa.

“arrgghhh...” baik rio maupun polisi tersebut sama-sama teriak saat kontol itu masuk. Lalu, dengan sadis dan binal, polisi tersebut menghabisi pantat rio. Bahkan ia juga menggigit dan mencakar tubuh bagian belakang rio. Lebih dari satu jam rio mengalami penyiksaan seksual yang menyakitkan. Kedua polisi tersebut saling bergantian “memperkosa” rio. Rio sampai mau pingsan. Tapi ia berusaha untuk tetap sadar. Akhirnya, penyiksaan tersebut usai setelah polisi yang kedua puas mengentoti pantat rio. “thx's baby, tubuh kamu benar-benar nikmat” kata polisi yang pertama.

“bener banget, pantes pak bowo doyan ama kamu, hahahahaha....” lanjut polisi yang kedua.

Keduanya lalu mengenakan pakaian yang teserak di sel dan kemudian keluar dari sel. Keadaan rio di dalam sel semakin mengenaskan. Sekarang, tubuhnya berdarah-darah. Ia sampai ingin mati karena merasakan sakit yang luar biasa. Namun, ia bertekad tetap bertahan dan akan membalas dendam.

...................

Bowo sedang bingung. Akibat peristiwa tadi pagi, ia menjadi linglung. Bukan karena perilaku seksualnya yang sudah diketahui oleh orang-orang kantor, tapi lebih karena pengkhianatan yang dilakukan oleh rio. Ia merasa sudah mempercayainya, tapi rio tega membohonginya. Malam itu, ia sendirian di dalam apartemen. Hujan sedang turun dengan lebatnya. Ia merenung dan mencoba meresapi apa yang sudah terjadi. Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Ia tidak tahu siapa yang datang. Setelah pintu dibuka, ternyata andi yang datang. Andi berkata bahwa ia mampir karena hujan diluar sangat lebat, kurang aman bila tetap berada dijalan. Bowo langsung mempersilahkan andi masuk.

“gimana pak?sudah agak baikan?” tanya andi membuka obrolan.

“lumayanlah, sudah tidak sepusing tadi” jawab bowo sambil merebahkan pantatnya di sofar yang empuk. Andi duduk di depan bowo, sambil mengamati perawakan bos-nya itu yang sangat menarik. Bowo duduk di sofa dengan kaos tanpa lengan, sehingga terlihat dadanya yang bidang dan sedikit bulu ketiaknya menyembul. Selain itu, bowo mengenakan celana jins yang dipotong sehingga menjadi celana pendek. Sangat seksi! Andi sampai menelan air ludah saat melihat itu semua.

“mau minum apa ndi?” tanya bowo tiba-tiba memecah lamunan andi pada tubuh bowo.

“eh...gak usah repot” andi berkata dengan terbata-bata. Sepertinya ia malu ketahuan mengamati tubuh bowo.

“okelah, nanti kalau haus ambil sendiri ya!”

“oke, bos”. Kemudian terjadi kesenyapan sebentar. Sepertinya andi datang tanpa tujuan yang jelas, ia tidak mempunyai bahan obrolan.

“ndi, aku mungkin mau lepas dari kasus itu dulu” kata bowo.

“iya pak, saya tau. Gak usah khawatir, nanti saya tangani” jawab andi. Bowo berkata seperti itu sebenarnya dengan berat hati. Ingin rasanya bagi dia untuk tetap memegang kasus ini. Tapi, karena kasus ada kaitannya dengan rio, penari club yang sudah bercinta dengannya, ia menjadi enggan. Bowo ingin menjauh dan melupakan rio dari pikirannya. Andi sendiri sepertinya memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati bowo. Sudah lama ia menunggu-nunggu saat seperti ini.

“bapak kelihatannya capek?” ucap andi.

“iya ndi, makanya itu saya mau tidur dulu”

“kalo gitu tidur aja pak, gak usah terbebani dengan saya. Nanti saya akan pulang kalau hujan sudah reda” jelas andi. Kemudian, bowo pun beranjak tidur. Ia melepaskan kaos dan celananya, sehingga hanya tidur memaki celana dalam. Andi mengamati itu semua dari jauh dengan hati deg-degan karena sedang menunggu sesuatu.

Satu jam selanjutnya, bowo sudah tertidur pulas. Andi masih berada di dalam apartemen. Setelah menunggu saat yang tepat, ia beranjak dari kursi dan mendekati ranjang dimana bowo tidur. Sampai di bibir ranjang, ia amati sebentar tubuh indah milik bowo yang sudah lama ia idam-idamkan. Lalu ia menarik selimut yang dipakai bowo. Bowo tertidur terlantang. Kemudian, andi dengan pelan-pelan duduk di bibir ranjang. Dan dengan penuh keberanian ia menarik celana dalam hitam yang dikenakan bowo. Ia tarik dengan pelan-pelan supaya bowo tidak terbangun. Setelah menariknya sedikit, sekarang andi sudah bisa melihat kontol bowo dari dekat. Ia amati dengan seksama, betapa indahnya kontol bowo yang setengah menegah dengan bulu-bulu lebat disekitarnya. Hingga akhirnya, ia memberanikan diri untuk mulai bertindak. Ia letakkan tanggannya di atas kontol tersebut, lalu ia mainkan sebentar. Melihat bowo tidak bereraksi, ia lalu menlanjutkan aksinya dengan mengocok kontol tersebut pelan-pelan. Dan karena sepertinya sudah tidak sabar, ia langsung menggunakan mulutnya untuk mengoral. Saat memasukkan kontol tersebut ke dalam mulut itulah, tiba-tiba bowo terjaga. Bowo terjaga karena merasa ada yang aneh dengan kontolnya. Dan saat ia melihat, ternyata andi sudah berada di selangkangannya sambil memegangi kontolnya yang sudah menegang penuh.

“ndi, apa-apaan ini!” teriak bowo kaget dan mengubah posisi tubuhnya dari terlentang menjadi duduk. Bowo juga mengambil bantal untuk menutupi kontolnya.

“pak...” andi berkata sambil naik ke atas ranjang mendkati bowo.

“ndi, sadar ndi!” ucap bowo. Tapi ternyata andi sudah gelap mata. Ia tetap saja mendekati bowo. Bahkan, setelah dekat, Andi menarik bantal yang digunakan bowo untuk menutupi kontolnya dan kembali memegang kontol tersebut. Bowo hanya diam melihat itu semua. Sekarang ia paham, bahwa ini yang diinginkan andi. Dan karena ia merasa iba, ia diam saja. Andi melanjutkan aksinya. Ia kembali mengoral kontol bowo dengan mulutnya.

“arghh....” bowo mulai mendesah. Baru kemaren malam kontolnya disedot rio, dan sekarang sudah disedot oleh andi.

“argh...” bowo menggeliat memperbaiki posisi duduknya dengan rebahan. Melihat bowo sudah nyaman dengan ini semua, andi menjadi semakin bebas. Ia mengoral kontol bowo dengan penuh nafsu. Sudah lama ia menginginkan ini semua. Setiap kali andi menyedot kontolnya dari dalam, bowo selalu menggerang pelan.

“argh...argh...” bowo mendesah sambil memejamkan mata dan meringis. Namun, ternyata andi menservis kontol bowo tidak lama. Ia berhenti dan kemudian membuka semua pakaiannya. Sekarang ia telanjang bulat juga. Setelah itu, ia menindih tubuh bowo. Ia menciumi leher, ketiak dan dada bowo dengan penuh nafsu. Ia sepertinya sudah tidak bisa mengendalikan nafsunya. Bowo yang berada dibawah, hanya menikmati saja tanpa bereaksi yang berlebihan. Sambil menciumi tubuh bowo, andi menggesek-gesekkan kontolnya yang sudah tegang pada kontol bowo. Jadinya kontol mereka saling bergesekan yang menimbulkan rasa nikmat. Naik turun tubuh andi supaya kontolnya menggesek kontol bowo. Mereka berdua sudah saling memacu birahi di atas ranjang. Setelah puas saling menggesek-gesek konto, andi menghentikan aksinya. Dia sekarang mengambil posisi jongkok di atas tubuh bowo. Sepertinya dia ingin supaya kontol bowo memasuki lobang anusnya. Sebelum mulai, ia amati dulu wajah tampan bowo yang berkeringat. Bowo sepertinya juga sudah tidak sabar ingin segera terpuaskan. Bowo tidur terlentang dengan kedua tangannya menopang kepala, sehingga ia seperti pamer bulu ketiak yang lebat. Andi sangat bergairah melihat sosok bowo di atas ranjang saat itu. Setelah itu, andi bersiap-siap memasukkan kontol bowo ke dalam lobangnya. Ia pegangi kontol bowo yang sudah tegang penuh, kemudian ia sedikit demi sedikit menurunkan pantatnya dan memposisikan kontol bowo tepat di lobang anusnya. Setelah pas, ia langsung menurunkan badannya sehingga sekarang kontol bowo sudah terbenam di dalam lobang andi.

”ahhh....” andi mengerang saat lobangnya dimasuki kontol bowo. Begitu juga dengan bowo, ia langsung merasakan kenikmatan pada kontolnya karena masuk ke dalam lobang pantat yang masih sempit.

“ough...pantatmu sempit banget ndi...” ucap bowo.

“argh..argh....bapak suka khan?” tanya andi sambil menggoyang-goyangkan pantatnya supaya mendapatkan kenikmatan.

“argh..argh...argh,..iyah, enak ndi. Ayo terus!!” pacu bowo. Ia belum pernah bercinta dengan posisi seperti ini. Andi sendiri menggerak-gerakkan pantatnya, dan sesekali menaik turunkan badannya supaya mendapatkan sensasi yang bervariasi.

“ah..ah...kontol bapak gedhe, aku suka! Ough...” erang andi sambil terus memacu gerakan pinggul dan pantatnya sambil memegang kontolnya sendiri dan dikocoknya. Andi sesekali juga membungkuk untuk mencium bibir bowo, hingga mereka saling perpagutan.

“ough..ough..terus..ough...” desah bowo.

“argh...argh..argh..argh...” andi menggerang. Ia bisa merasakan kontol besar milik bowo yang berada di dalam anusnya. Kocokan tangannya pada kontolnya sendiri semakin membuatnya tak karaun.

“ough..ough...ough..” mereka berdua terus-terusan memacu birahi. Hawa di dalam kamar itu semakin panas meskipun di luar sedang hujan deras. Dan setelah kurang lebih 20 menit, sepertinya bowo akan mencapai puncak. Ia sudah merasakan pejuhnya berada di puncak.

“ah..ah..ah...ayo ndi, aku mau keluar!argghh...” erang bowo sambil memejamkan mata karena kenikmatan semakin ia rasakan. Melihat bowo akan klimaks, andi semakin memacu gerakan pantatnya.

“ough..ough..ough...” erang andi.

“arghh..argh..argh..arggggghhhhhhhhhh...........!” bowo mengerang dan menggelinjing saat pejuhnya menyembur di dalam lobang andi. Dan saking banyaknya, pejuh itu keluar dari lobang andi dan mengotori yang ada dibawahnya.

“argh..argh..argh..shit...argh...” tubuh bowo masih menggelinjing untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan. Andi sendiri sudah mulau menurunkan kecepatan gerakan pantatnya. Sekarang ia berkonsentrasi pada kontolnya ya ia kocok sendiri. Dan tak lama kemudian, ia mencapai puncak juga. Ia mempercepat gerakan tangannya.

“ough..ough...ough...oughhhhhhhhh...” pejuh milik andi muncrat dan mengenai perut bowo.

“hah...hah...hah...” andi mengatur nafas. Mukanya terlihat sangat puas, meskipun terlihat capek juga. Ia lalu merebahkan kepalanya di dada bowo. Keduanya lalu langsung tertidur karena rasa capek yang datang.

Paginya, bowo yang bangun terlebih dahulu. Saat membuka mata, ia mendapati tubuhnya telanjang bulat, selain itu ia juga mendapati andi berada di sisi lain ranjangnya dengan keadaan telanjang bulat juga. Sempat bingung dengan apa yang sudah terjadi, ia akhirnya ingat akan peristiwa semalam. Bowo lalu bangkit dari ranjang dan menuju kamar mandi. Kemudian ia menuju kantor tanpa membangunkan andi terlebih dahulu.

Bersambung........

Basic Instinct #4

#4 Bowo dan Rio sedang makan malam bareng. Mereka terlihat mesra.

“ke kos yuk?” ajak rio.

“mau apa?”

“ah, pura-pura gak tau”

“oo..udah mulai gatel lagi?”

“aduh, mana ada pantat gak gatel kalo ada kontol polisi gedhe!” kata Rio berkelakar.

“hahahaha..ada-ada saja”

“ayo...” ajak rio sambil berdiri dan menarik tangan Bowo. Lalu, mereka keluar dari tempat makan dan menuju kos.

Tiba di kos, mereka sudah tidak bisa mengendalikan diri. Mereka langsung saja berciuman. Sambil berciuman penuh nafsu, mereka saling melepaskan pakaian masing-masing. Mulai dari baju, celana sampai celana dalam, semuanya sekarang sudah tanggal dari tubuh mereka. Bowo dan Rio sekarang sudah telanjang bulat dan saling memamgut satu sama lain. Leher dan belakang kuping pasangannya tidak luput dari bibir mereka. Ough...birahi mereka naik dengan cepat. Sambil tangan mereka yang menggerayangi sekujur tubuh satu sama lain. Hingga akhirnya, Rio berinisiatif untuk jongkok dan menghadap tepat di depan kontol Bowo. Ia langsung memegang kontol gedhe milik Bowo dan membauinya. Ough...bau maskulin menyeruak di dalam hidung yang semakin menmabah gairah Rio. Lalu tanpa basa-basi lagi, Rio mengocok pelang kontol Bowo sehingga kontol tersebut menjadi mengacung tegak. Ah..kontol Bowo benar-benar sangat besar. Rio sangat memujanya. Tangan kananya mengocok-ngocok pelan, sambil tangan kirinya memainkan bulah pelarnya.

“ough....” Bowo mulai mendesah keenakan. Tak berapa lama, Rio langsung memasukkan kontol tersebut di dalam mulut. Dan saat sudah berada di dalam, ia menghisapnya.

“arghhhhhh...” Tubuh Bowo menggelinjing, sampai-sampai ia harus menjambak rambut Rio yang sedari tadi sudah ia pegangi.

“ah..ah..ah...” Bowo mendesah karena nikmat. Kuluman Rio memang enak. Ia masukkan kontol ke dalam, ia sedot dari dalam, ia keluarkan lagi, ia kocok dengan tangan, berulang-ulang kontol Bowo diperlakukan seperti itu. Siapa yang bisa tahan!

“ough...lagi..ough...” desah Bowo setiap kali kontolnya di hisap dari dalam. Ia hanya bisa mendesah dan menggelinjing saat kontolnya mendapat sensasi luar biasa dari mulut Rio.

“ough..ough...” keringat mulai bercucuran keluar dari tubuh Bowo. Hingga akhirnya, tak lama kemudian, ia merasa akan klimaks.

“ough shit...mo keluar, ough...” kata Bowo. Lalu Rio mempercepat kocokan dan sedotannya.

“ah..ah..ah..” dan akhirnya,

“ourrrrgggghhhhhhhhhh.............” Crot, crot. Crot....mani muncrat dari kontol Bowo.

“ough..ough..ough...shit...” kata Bowo sambil nafasnya yang tidak teratur. Mani yang ia muncratkan mengani muka Rio. Dengan senang hati, rio juga menjlati sisa-sisa mani yang berceceran di muka dan kontol Bowo.

“ah..ah..ah..” desah Bowo masih untuk menikmati nikmat. Lalu kontolnya yang masing dalam gengaman rio mulau mengecil. Rio lalu bangkit dari jongkok dang berdiri untuk langsung mencium mesra bibir Bowo. Setelah itu, Bowo menarik tubuh rio dan membaringkannya ke atas ranjang. Sepertinya, Bowo pun ingin merasakan kontol Rio. Dengan sigap, Bowo langsung memegang kontol rio yang sudah menegang. Kontol rio berukuran cukup besar, meskipun tidak sebesar kontol Bowo. Yang menari dari kontol rio adalah bulu-bulu jembutnya yang tidak terlalu banyak. Sepertinya ia rajin mencukurnya. Mungkin itu sebagai tuntutan pekerjaan penari telanjang. Tangan Bowo mengocok pelan kontol rio yang sudah menegang.

“ough....” rio mulai mendesah. Kemudian, seperti sudah tidak sabar lagil Bowo langsung memasukkan batang kontol rio ke dalam mulut.

“ough...ahh....” rio semakin mendesah. Apalagi saat mulut Bowo sedikit demi sedikit mulai memompa kontol rio. Bowo sangat menikmati kontol rio. Sebelumnya ia belum pernah merasakan yang seperti ini. Ia sempat heran mengapa bisa menyukai kontol. Namun ia tepis pikiran tersebut, ia tetap saja menikmati kontol rio. Ia masukkan ke dalam mulut, lalu ia sedot dalam-dalam, dan kemudia ia keluarkan.

“oughhhhh...ah...ah...” tubuh rio mengalami sensasi yang luar biasa. Ia sampai menggelinjing berulang kali karena rasa nikmat. Permainan mulut Bowo pada kontol rio tidak berlangsung lama. Ternyata Bowo sudah tidak tahan ingin segera ngentot lobang rio. Ia kemudian memnita rio berganti posisi. Bowo ingin gaya dogystyle. Rio pun menurut dan mengambil posisi nungging. Bowo sendiri mempersiapkan diri dengan mengocok-ngocok kontolnya agar tegang sempurna.

“ayo, masukin...” pinta rio memohon saat menoleh untuk melihat Bowo. Ia juga melihat betapa besarnya kontol Bowo saat tegang.

“masukin kontol gedhe kamu, please....” pinta rio lagi. Namun Bowo belum akan mulai. Ia ternyata masih memberikan pemanasan terlebih dahulu pada lobang rio dengan menggunakan jari-jarinya.

“ourgh....” rio sudah menggeliat saat jari Bowo mulai masuk. Ia bisa merasakan jari-jari Bowo yang menari-nari di dalam anusnya. Setelah di rasa cukup, Bowo mencabut jari-jarinya dan mulai mempersiapkan kontolnya.dan, blesss...kontol gedhe milik Bowo masuk ke dalam lobang rio.

“ough...ough...ough....” Bowo mulai memacu pinggulnya. Ia gerakkan depan belakang sehingga kontolnya menusuk-nusuk lobang anus rio.

“argh..argh...”

“ough...ough...” hawa makin memanas. Dari tubuh keduanya, keringat keluar dengan derasnya. Bowo memaju-mundurkan pinggulnya sambil memegangi pinggang rio.

“oah...oah...lagi! lebih dalam...ough...” rio sangat menikmati kentotan Bowo.

“uu yeah...uu yeah...” gerakan pinggul Bowo makin ganas. Sesekali ia menunduk untuk mencium punggung rio. Bahkan tak segan, ia menggigitnya halus.

“arghhh....” rio terdengar berteriak kecil.

“kontol kamu enak banget! Masukin lebih dalam.

"Ah..ah....” desah rio yang tak tahan merasakan sensasi di lobangnya. Bowo mendengar itu makin bersemangat. Gerakan pinggulnya semakin cepat dan dalam.

“ough..ough...ough....” kontol bowo yang 19cm, keluar masuk dari lobang rio yang sudah merekah merah.

“agh..agh..agh…”

“ough…ough…ah…”. Suara desahan mereka silih berganti. Sesekali bowo menahan kontolnya di dalam anusku dan kemudian baru menggoyangkannya.

“ough………..argh…..” rio sangat suka dengan gerakan itu.

“ough....enak!!!goyang lagi, please....” pinta rio ketagihan.

“ough…ough…” rio bisa merasakan jelas saat kontol bowo berada di dalam dan menusuk-nusuk lobangnya. Rio menoleh dan melihat muka bowo yang berkeringat karena mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengentot. Setelah kurang lebih 10 menit, bowo menghentikan kentotannya.

“kok berhenti?” tanya rio sedikit kecewa.

“gak kok, cuman ganti posisi” terang bowo dengan senyum menggoda. Sekarang rio disuruhnya terlentang. Lalu kakinya diangkat ke atas dan dibuka lebar-lebar sehingga lobang anus rio terbuka. bowo sempat menjilati anus rio dengan lidahnya.

“ough…” tubuh rio kembali bergetar. Lidah bowo yang bermain-main di bibir dan di dalam anus sangat membuat rio merasakan nikmat. Bowo bersiap-siap memasukkan kontolnya lagi ke dalam anus rio. Kontol besarnya ia kocok sebentar untuk memaksimalkan ketegangan. Lalu setelah dirasa cukup, ia memasukkannya ke dalam lobang rio.

“Ough….” rio memejamkan mata sejenak untuk menikmati saat-saat yang mendebarkan sekaligus mengenakkan.

“Argh…arghh..” terrdengar rio juga mendesah. Lalu saat semuanya batang kontolnya di dalam, bowo menggerakkan pinggulnya lagi. Bulu jembut bowo yang sangat lembut menggelitik bibir anus rio. Sambil bertumpu pada kedua tanganya yang berada di samping tubuhku, bowo mengentot rio dengan lebih garang. Keringat bowo sampai jatuh berceceran.

“ough..ough…ough…”

“ah…ah…” mereka berdua mendesah karena semakin panasnya hawa. Gerakan pinggul bowo makin lama makin cepat, dia semakin beringas mengentoti rio. Ia menyodok-nyodokkan kontolnya ke dalam anus rio dengan sangat bernafsu. Maju-mundur, kadang kanan-kiri, ah..gerakan pinggul bowo sangat seksi.

“ough..ough..ough…”

“ah..ah..ah…” rio yang ditindih semakin tidak karuan karena merasakan nikmat yang sangat. Hingga akhirnya…

“ah..ah..ah..oughhhhhhhhh…” bowo sepertinya akan sampai ke puncak duluan. Ia semakin mempercepat gerakan kentotannya. Ia lalu menarik kontolnya dari lobang rio dan memeganginya. Kontol bowo yang sudah kembang kempis itu dikocoknya cepat, hingga akhirnya, crot..crot..crot…mani kental putih muncrat dari kontolnya berulang kali dan mengenai perut rio. Rio merasakan mani bowo yang hangat berada atas perut.

“argh..argh…” bowo mencoba mengatir nafas sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan.

“ah..ah..ah..” muka bowo terlihat merah dan berkeringat, mungkin karena rasa enak yang sedang ia dapatkan. Lalu, melihat rio yang belum klimaks, bowo langsung mengulum kontol rio. Argh…rio seperti disengat listrk ketika bowo mulai menyedot kontolnya di dalam mulutnya.

“Argh..argh…” rio semakin tidak karuan, kuluman bowo membuatnya bergetar. Tak butuh lama untuk mengocok kontol rio. Hanya kurang dari lima menit, kontol rio sudah muncrat mengeluarkan mani kental seperti lahar yang mengeluarkan magmanya.

Crot..crot…ough…ough… rio menggelinjing saat itu semua terjadi. Setelah itu puas melampiaskan nafsu, mereka berdua sangat capek dan akhirnya tertidur. Bowo memeluk erat rio. Mereka berdua tidur telanjang bulat dengan mesranya, tanpa mereka tahu apa yang akan terjadi keesokannya.

..............

Keesokan harinya, sekitar pukul 06.00, 2 mobil polisi berhenti di depan kos rio. Sejumlah polisi turun dari mobil yang salah satunya adalah andi. Tanpa meminta ijin, mereka langsung masuk ke kos tersebut dan sesuai perintah andi, polisi-polisi itu menuju kamar rio. Dan karena kebetulan kamar rio tidak dikunci, sehingga mereka masuk tanpa ada halangan apapun. Andi berada paling depan, diikuti oleh sekitar 4 polisi. Saat mereka masuk, polisi-polisi tersebut mendapati bowo dan rio masih tidur di atas ranjang tanpa sehelai benagpun dan berpelukan. Para polisi sangat kaget dengan apa yang mereka lihat karena melihat atasannya, Bowo, sedang bergumul dengan pria. Mereka sempat terdiam dan hanya saling memandang. Namun, segara andi memberi kode supaya membangunkan mereka. Salah seorang polisi menggoyangkan ranjang dengan menggunakan kaki. Seketika, bowo dan rio terbangun. Mereka langsung kaget taktala melihat beberapa orang mengelilingi ranjang.

“sodara rio, anda ditangkap atas dugaan 2 pembunuhan!” teriak salah polisi sambil mengacungkan pistol. Bowo dan rio yang masih setengah sadar, belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi. Yang jelas, mereka langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang bulat. Mereka berdua masih bingung.

“sodara rio, anda akan dibawa ke kantor polisi” kata seorang polisi sekali lagi. Kemudian, tanpa bilang apa-apa, ia 2 orang polisi menarik paksa rio turun dari ranjang. Rio yang tidak siap, langsung jatuh.

“aaahhh...” teriak rio. Bowo yang melihat kejadian itu, mencoba turun dari ranjang untuk menolong rio. Namun, ia dihalang-halangi oleh andi.

“apa-apaan ini!” kata bowo dengan nada marah. Ia lalu memandang andi.

“tenang pak, ini sudah sesuai prosedur” jelas andi singkat.

“maksudnya?” tanya bowo sekali lagi sambil melihat rio yang dengan paksa harus merelakan tangannya diborgol padahal dia belum mengenakan pakaian.

“pak, rio telah terbukti sebagai pembunuh atas kasus yang terjadi minggu lalu. Selain tiu, ia juga menjadi tersangka utama atas pembunuhan terhadap Roy, bartender club “heaven” yang terjadi semalam” terang andi.

“tidak, itu tidak mungkin” ucap bowo sambil terus berusaha melepaskan diri dari pegangan andi dan seorang polisi lain.

“tenang pak, saya sudah melakukan penyelidikan. Dan semua yang didapat, mengarah pada rio. Dia harus dibawa sekarang” kata andi. Ia lalu memberikan perintah kepada polisi yang lain untuk membawa keluar rio. Rio yang tangannya diborgol, terlihat tenang. Bahkan tidak terlihat sedikitpun rasa takut. Ia sepertinya sudah menduga dengan apa yang akan terjadi. Dan sebelum ia keluar pintu, ia sempat memandang tajam mata bowo. Bowo yang melihat rio seperti itu, jadi merasa bersalah. Akhirnya rio keluar ruangan dan dibawa ke kantor polisi.

Di dalam kamar, bowo bersama andi. Bowo masih belum bisa menerima apa yang sudah terjadi. Dengan hanya melilitkan handuk di pinggang, bowo berdiri di depan jendela menatap luar ruangan. Matanya menerawang jauh..

“pak...” sapa andi. Ia berusaha untuk membuat bowo mengerti. Duduk di kursi tak jauh dari tempat bowo berdiri, andi terlihat belum tenang sebelum bowo mau mengerti. Ia menatap punggung bowo yang gagah dan pantat yang seksi. Ia sangat menyukai itu semua.

“apa kamu sudah yakin dengan temuanmu?” akhirnya bowo berbicara.

“sudah pak. Saya tidak mungkin salah. Maaf kalau saya belum membicarakan ini semua dengan bapak”

“hm..sudahlah, saya tidak ingin membicarakan ini lagi” bowo bericara sambil berjalan menuju kamar mandi.

“oh iyah, pastikan apa yang terjadi pagi tadi ditidak tersebar” perintah bowo.

“baik pak” jawab andi. Kemudian, tubuh gagah bowo masuk ke dalam kamar mandi. Andi hanya menatap sambil menelan ludahnya sendiri.

Bersambung ..................

Basic Instinct #3

“well..well...siapa yang datang” kata Rio sebagai reaksi atas kedatangan Bowo yang tiba-tiba.

“apa yang tadi pagi masih kurang?sehingga anda harus kembali kesini?” tanya Rio genit.

“jangan salah sangka. Saya datang kesini karena ada kaitan dengan kasus” jawab Bowo.

“kasus lagi, kasus lagi. Apa tidak ada hal lain yang ada di benak kamu, honey?” tanya Rio sekali lagi sambil mendekat ke arah Bowo. Dan saat sudah di dekat Bowo, Rio mengangkat tangannya dan meletakkannya di dada Bowo. Bowo seketika langsung menyingkirkan tangan Rio dari dadanya, dan berjalan sedikit menjauh dari Rio.

“Anda jangan melewati batas. Saya bisa menahan anda? Saya kesini untun menanyakan sesuatu” kata Bowo sedikit keras.

“kayaknya ada yang marah nih. Maaf kalau anda tidak nyaman. Tapi, apakah yang terjadi tadi pagi, juga tidak nyaman?” serang balik dari Rio.

“maksud anda?”

“kalau anda tidak merasa nyaman, kenapa anda mendesah dan terlihat sangat menikmati permainan mulutku?tidakkah itu lucu kalau sekarang anda jadi sok munafik begitu?”

“seperti yang sudah saya bilang, kejadian tadi pagi hanya kesalahan. Dan saya sudah melupakannya”

“hahahaha..kesalahan?betulkah itu?” tanya Rio setengah menyindir. Rio sepertinya sudah bisa membaca pikiran Bowo. Ia tahu betul apa yang mesti ia katakan atau lBowokan. Ia kemudian kembali mendekat ke arah Bowo. Kembali ia menyentuhkan tangannya di dada Bowo, sambil berkata lirih di dekat telinga:

“apakah anda tidak mau yang lebih?” rayu Rio sambil mengusap-usap dada bidang milik Bowo. Jantung Bowo makin tidak karuan. Ia sepertinya sudah terjebak dalam permainan Rio, seperti yang terjadi tadi pagi. Namu seketika juga, ia langsung sadar dan membanting tubuh Rio ke atas ranjang.

“anda jangan kurang ajar!” seru Bowo. Ia sepertinya sudah sangat marah. Matanya melotot tajam ke arah Rio. Rio sendiri masih tenang, bahkan dia semakin yakin bahwa Bowo bisa berubah.

”oke, jika anda memang tidak suka saya. Tapi, bukan berarti anda tidak suka permainan saya bukan? Saat di klub, anda begitu menikmati tarian saya. Dan apalagi, anda sangat menikmati permainan oral tadi pagi. Munafik!” serang Rio sebagai pancingan. Bowo yang merasa disudutkan, menjadi semakin marah. Ia lalu menuju arah ranjang dan langsung menindih tubuh rio yang terbaring. Ia mencoba untuk memberikan pukulan pada Rio.

“banci kurang ajar!” kata Bowo dengan nafas yang sudah tidak teratur karena rasa marah. Ia lalu menarik kaos Rio. Namun lagi-lagi, Rio tetap tenang sambil tersenyum. Dan tiba-tiba saja, Rio malah nekat mencium bibir Bowo. Bowo berusaha melepaskan ciuman Rio.

“apa-apaan ini?” teriak Bowo.

“ini kan yang sebenarnya kamu mau?” jawab Rio sedikit menantang. Mata mereka saling berpandangan tajam. Tidak ada suara selain deru nafa mereka berdua. Entah deru nafas marah atau nafsu. Sedetik, dua detik.. hingga lima detik, mereka tidak mengeluarkan kata-kata, dan hanya saling bepandangan. Hingga akhirnya, Bowolah yang telebih dahulu bertindak. Ia sepertinya sudah tidak bisa menahan nafsunya. Langsung saja ia mencium bibir Rio dengan ganas Rio yang memang sejak awal sudah menginginkan ini semua, langsung melayani permainan Bowo yang mengebu-gebu. Mereka berdua sekarang sudah berpagutan dengan liar. Merek ajuga mainkan lidah mereka satu sama lain. Sambil berciuman, mereka juga berusaha melepaskan baju mereka satu demi satu. Setelah hampir pakaian yag mereka kenakan sudah tanggal, Rio berinisiatif merubah posisi. Ia menarik tubuh Bowo dan merebahkannya di ranjang. Rio lah yang sekarang memegang kendali. Bibir Rio langsung menyosor leher Bowo.

“oughhhhhh...” birahi Bowo sontak kaget. Bibir rio semakin liar. Sambil menciumi leher Bowo, ia memilin-milin puting Bowo yang besar dan ketat.

“argh...arghhh..” Bowo hanya bisa mendesah saat tubuhnya menjadi “jarahan” Rio. Puas dengan leher, Bibir rio bergerak ke bawah. Sekarang giliran dada bidang Bowo yang jadi sasaran. Ia jilati keringat yang keluar dari tubuh Bowo. Ia juga mainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di dada Bowo. Hingga akhirnya ia sampai juga mengulum puting Bowo. Awalnya ia jilati, kemudian ia hisap..

“arggghhhhh....” Bowo bergetar saat putingnya dihisap. Tidak hanya dihisap, puting Bowo juga digigit lembut yang semakin menambah sensasi. Tidak berapa lama, bibir dan lidah Rio makin turun ke bawah. Sekarang sudah berada di daerah paling inti, taitu sekitar kontol. Awalnya ia pegang kontol Bowo yang sudah mengacung tegak. Rio mengocoknya pelan, dan memainkan buah pelernya.

“ough..ough...” baru awal saja, Bowo sudah tidak karuan. Ia tidak sabar supaya kontolnya segera di sedot.

“please...” pinta Bowo lirih sambil melirik ke arah Rio. Dan Rio sepertinya senang-senang saja. Ia langsung memulainya dengan menjilati seluruh batang dan buah peler kontol Bowo. Bak makan es krim, ia menikmati kontol Bowo sepenuhnya.

“ough yes...ough...” desah Bowo. Lalu, Rio melanjutkannya dengan memasukkannya ke dalam mulut. Slurp...sebagian batang kontol Bowo sudah masuk ke dalam mulut Bowo.

“ough shit...ough...” Tubuh Bowo seketika menggelinjing. Rio menggerakkan tangan dan bibirnya seirama. Ia masukkan kontol Bowo ke dalam, laluia sedot kuat-kuat.

“ourghhhhhhhhh...ourghhh....” sering Bowo mendesah karena saking tidak kuatnya ia merasakan sensasi pada kontolnya. Ia merem melek menikmati pelayanan bibir Rio. Rio pun semakin bersemangat mengoral. Ia berulang kali mengocok dan meng hisap kontol Bowo. Namun, Rio tiba-tiba menghentikan permainan bibirnya. Ia sepertinya ingin juga merasakan nikmat. Ia membuka celana dalamnya juga. Sekarang mereka berdua sudah telanjang bulat di atas ranjang. Melihat Rio sudah telanjang juga, langsung Bowo menerjang tubuh Rio. Bowo menindih tubuh Rio sambil kembali menciumi bibir Rio. Kontol mereka berdua yang sudah tegang, saling bergesakan. Gesekan kedua kontol gedhe tersebut, menimbulkan rasa nikmat yang lain. Naik turun Bowo menggerakkan badannya untuk menggesek-gesekkan kontolnya di atas kontol Rio. Dengan penuh nafsu mereke memacu birahi. Keringat keluar dari tubuh keduanya. Lalu, Rio mengatakan sesuatu:

”kentot gue, please...” pinta Rio. Mendengar itu, Bowo kemudian menegakkan tubuhnya dan dan mengambil posisi setengah berdiri. Rio mengambil bantal untuk mengganjal pinggulnya supaya lobang anusnya sedikit terangkat. Dia juga mengangkat kaki tinggi-tinggi sehingga sekarang mengambil posisi ngangkang. Bowo sendiri mempersiapkan kontolnya dengan mengocoknya cepat agar tegang sempurna. Lalu dengan sigap, Bowo mengarahkan kontolnya yang gedhe di depan bibir anus Rio.

“ayo,masukin...gue suka banget kontol gedhe kamu” pinta Rio sekali. Dan akhirnya, Bowo pun memasukkan kontolnya dengan pelan-pelan. Pertama, ia katubkan ujung kontolnya di bibir lobang anus, kemudian ia mendorong kontolnya pelan-pelan.

“ougrghhhh...” sekarang gantian Rio yang mendesah. Ia sampai memejamkan mata karena bercampurnya rasa sakit dan nikmat yang datang. Ia juga merasakan sedikit rasa geli pada bibir anusnya karena bergesakan dengan jembut Bowo yang sangat lebat.

“tahaaann..” kata Rio. Ia meminta Bowo menahan kontolnya di dalam anus untuk menyesuaikan dengan dalamnya anus. Baru kemudian Bowo menggerakkan pinggulnya. Gerakan pinggulnya Bowo masih monoton. Ia gerakkan pingulnya depan-belakang dengan pelan. Mungkin karena ia belum pernah ngentot sebelumnya.

“ouggh...shit...” desah Bowo. Ia mulai mempercepat gerakan depan-belakang.

“lebih cepat, arghhh.....” pinta Rio sambil tangannya mengocok kontol sendiri.

“argh..argh...” gerakan Bowo makin luwes. Ia seperti sudah bisa melBowokannya dengan baik.

“iyah..gitu, terus...arghh...” Rio bisa merasakan bagaimana kentotan Bowo memang hebat. Bowo mempercepat gerakan pinggulnya, bahkan ia menambah gerakan pinggulnya dengan menggoyangnya ke kanan- ke kiri.

“ough yes..ough yes...” Bowo mendesah sambil terus memacu gerakan pinggulnya. Sesekali ia menundukan badan untuk mencium bibir Rio atau memagut lehernya.

“argh..argh..lebih dalam..lebih cepat...argh...” Rio sendiri juga semakin tidak karuan. Ia menggelepar di aats ranjang karena dikentotin oleh polisi.

“ah..ah..ah...” gerakan pantat Bowo yang maju mundur dan kanan-kiri terlihat sangat erotis.

“argh..argh...enak...enak...aku suka kontolmu” kata rio disela-sela erangannya.

“ough...ough..pantatmu juga enak!shit...ough yes...ough...” Bowo tak mau kalah. Ia merancu karena rasa nikmat yang semakin mendera. Rio yang menerima kentotan, terus saja mengocok kontolnya sendiri. Kontolnya sudah berdenyut-denyut karena birahi yang semakin memuncak. Gerakan pinggul Bowo juga semakin cepat.

“argh..argh...shit...argh...”

”ahh...ah...enak!lebih cepat...” teriak Rio sambil terus mengocok kontolnya. Sepertinya ia yang akan keluar duluan. Ia semakin mempercepat kocokannya.

“agh..agh..”hingga akhirnya, Crot...crooot....crott.....mani Rio muncrat cukup banyak hingga mengenai perut Bowo yang kebetulan berada di atas.

“argh...argh..” nafas Rio sudah kacau balau. Tapi ia tidak bisa berhenti meskipun sudah muncrat karena pantatnya masih dikentot Bowo. Ia baru sadar kalo permainan Bowo sangat lama. Belum pernah selama ini ia bercinta. Bowo benar-benar hebat. Gerakannya semakin lama semakin hebat. Gerakan pinggulnya depan belakang-kanan kiri seperti layaknya pemain film porno.

“yeaah..ough..ough...” erang Bowo. Sudah 15 menit, tapi ia tetap perkasa. Keringat berjatuhan dan dari badannya. Sprei ranjang pun juga sudah basah kuyup.

“ough..ough...lagi...” desah Rio.

“argh..argh..argh...”. Nafsu dua manusia sejenis ini sudah memuncak. Permainan mereka sangat gila. Deru nafas yang tidak karuan lah yang terdengar . Hingga akhirnya, Bowo akan sampai puncak juga.

“argh..argh...mau keluar!argh...” Bowo mempercepat gerakan pinggulnya. Kontolnya ia masukkan dan keluarkan dari lobang Rio dengan sedikit liar.

“argh...argh...” Rio hanya bisa menggelapar. Ia menatap wajah Bowo yang merah padam. “ough..ough..come on, ourghh....” hingga akhirnya..

“ough ough ourrrrrrgggggggggghhhhhhhhhh.............” Croott...crot...........crot.....mani kental keluar dari lobang kencing Bowo. Cukup banyak. Bowo membenamkan kontolnya ke dalam anus Rio dalam-dalam. Mani yang ia keluarkan tertanam dalam anus Rio.

“ough...arghhh..argh...” Bowo mengatur nafas sambil merem melek menikmati sisa-sisa kenikmatan.

“ough..shit...ough...” Bowo menarik kontolnya dari lobang anus Rio. Ia pegang sebentar dan melakukan gerakan memerah untuk mengeluarkan sisa-sisa mani. Melihat itu, Rio hanya tersenyum bahagia ke arah Bowo. Dari lobangnya sendiri, mani yang tadi berada di dalam anus, ada yang melelh keluar karena mungkin saking banyaknya. Setelah cukup bisa mengatur nafas, Bowo merebahkan tubuhnya disamping Rio. Seketika, Rio merebahkan kepalnya di dada Bowo dan memeluk tubuh Bowo mesra. Kontol mereka berdua sekarang mulai mengecil. Tapi, tanpa mereka ketahui, sebenarnya ada seseorang yang melihat hubungan seks mereka. Orang tersebut mengintip permainan seks antara Bowo dengan Rio dari balik jendela. Dia adalah Andi. Melihat hubungan seks selesai, Andi meninggalkan kos tersebut dengan hati yang hancur berkeping-keping.

Bowo dan Rio selesai melakukan hubungan seks. Mereka sekarang sedang menikmati kemesraan di atas ranjang. Mereka berpelukan erat dengan tubuh telanjang bulat.

“akhirnya...” kata Rio membuka percakapan dengan nada sedikit menyindir.

“kok gitu?” tanya Bowo.

“ya gitu. Kenapa harus gengsi segala. Kalo dari awal minta, khan gak harus pake ribut segala”

“aku belum mengerti dengan apa yang aku rasakan dan inginkan”

“tapi, sekarang sudah ngerti khan?” tanya Rio yang tidak dijawab oleh Bowo.

“dan juga, enak khan???” goda Rio sambil mencubit mesra pinggul Bowo. Bowo hanya tersenyum sambil mengusap-usap rambut Rio yang terlihat basah.

“kontol kamu kok gedeh sih?tahan lama lagi?” tanya Rio sambil memainkan kontol Bowo yang saat lemas saja sudah gedhe. Rio juga menjambak-jambak bulu jembut Bowo. Ia tampak begitu menyukai apa yang ada di dalam diri Bowo.

“Siapa pria yang tadi ada di kos ini sebelum aku datang?” tanya Bowo menyelidik.

“kenapa, cemburu ya?” jawab Rio.

“apa alasannya aku cemburu? Ada-ada saja” kata Bowo sekenanya.

“iya deh.. Pria yang tadi datang ke sini, Boy, teman kerjku. Dia seorang bartender”

“Gay juga?” tanya Bowo lagi.

“mau tau aja!!!” kata Rio dengan nada yang nakal.

“Rio, apa kamu membunuh pria itu?” tanya Bowo tiba-tiba yang membuat Rio kaget. Mendengar pertanyaan itu, Rio kemudian mengangkat kepalanya dari dada Bowo. Ia bangkit dari rebahan dan mengambil posisi duduk.

“kok diam saja?” tanya Bowo meyakinkan.

“kamu tidak percaya saya?” bela Rio.

“bukan begitu. Tapi, banyak bukti yang di dapat menunjukkan bahwa kamu adalah pelakunya” terang Bowo.

“bukan, bukan aku yang membunuh Dia”

“tapi...” sekali lagi Bowo mencoba menanyakan

“sudahlah. Please..jangan dibahas” kata Rio sambil menatap mesra ke arah Bowo. Lalu, Bowo hanya bisa terdiam. Dia sedang mengalami dilematis. Di satu sisi ia harus menyeleseikan tugas, tapi di sisi lain, ia tidak bisa begitu saja menyakiti rio. Rio kemudian kembali merebahkan diri di atas dada Bowo. Dan Bowo akhirnya melupakan sejenak kasus ini. Ia larut dalam pelukan hangat Rio. Malam semakin larut dan semakin dingin, tapi di dalam kamar itu malah semakin hangat.

......

Rio keluar dari club karena ada yang mencarinya. Dengan hanya mengenakan mantel, ia keluar untuk menemui orang yang mencarinya. Setelah keluar, ia mendapati seorang pria dengan setelan jas, berumur sekitar 25-an dan terlihat cukup menarik.

“anda mencari saya?” sapa rio dengan ramah.

“ya, saya mencari anda” jawab pria tersebut datar.

“hmm..ada keperluan apa?” rio mulai menjaga jarak setelah pria di depannya terlihat kurang sopan.

“tidak banyak, hanya singkat saja. Saya harap anda menjauhi opsir bowo”

“maksud anda apa?” tanya rio penasaran.

“sudah, jangan banyak tanya. Yang penting jauhi dia. Kalau anda masih mendekati dia, sesuatu akan terjadi”

“saya tidak kenal anda. Dan tidak paham maksud anda. Tapi saya tidak takut” jawab rio dengan nada menantang.

“terserah anda. Lihat saja nanti” kata pria tersebut dan langsung beranjak pergi. Rio yang belum paham dengan maksud pria tersebut hanya terdiam. Namun, ia kemudian tidak ambil pusing dan langsung masuk ke dalam club lagi.

...............

Andi masuk kantor sore hari setelah seharian berusaha mencari keterangan tentang kasus yang sedang ia tangani. Tiba di kantor, ia langsung mencari Bowo. Kata orang yang ada di kantor, Bowo sedang ada di ruang ganti. Andi langsung menuju ruang ganti. Setelah masuk ke ruangan tersebut, ia tidak mendapati Bowo di dekat loker-loker. Andi malah mendengar bunyi shower. Sepertinya ada yang sedang mandi. Bowo kah itu?pikir Andi. Dengan pelan-pelan ia menuju bagian dalam ruang ganti yang berupa kamar mandi dengan sekat-sekat dari plastik. Namun, saat Andi sudah berada di dalam, ternyata Bowo mandi tanpa menutup tirainya. Ia biarkan terbuka saja sehingga andi bisa melihat jelas tubuh telanjang Bowo yang sedang di bawah guyuran air. Melihat tubuh telanjang Bowo, birahi andi tergerak. Namun ia hanya bisa memandang tubuh seksi Bowo dari jauh. Ia amati sejengkal demi sejengkal tubuh Bowo. Ia nikmati lengan Bowo yang cukup berotot, dengan bulu ketiak yang lebat. Lalu dada bidangnya, dengan puting besar hitam yang ketat. Dan tentu saja bagian kontol Bowo yang masih loyo. Andi begitu terpesona melihat bagian vital milik Bowo itu. Bagaimana tidak, masih dalam keadaan loyo saja ukurannya sudah sebesar itu. Dihias dengan bulu jembut disekitarnya, membuat kontol Bowo semakin indah dipandang. Ough...Andi sangat memuja Bowo. Apalgi saat bowo yang sedang mengusapkan sabun, mulai memainkan kontolnya dengan tangan kirinya. Ia sepertinya akan melakukakan mastrubasi. Ah...jantung andi makin tidak karuan. .....Ia sampai tidak bisa mengatur nafas dengan baik karena melihat tubuh Bowo. Saat Andi masih menikmati tubuh telanjang Bowo, tiba-tiba yang punya tubuh menyadari kehadirannya.

“eh, ada kamu ndi?” sapa Bowo saat meliaht andi ada di depannya. Andi yang tadi masih terpesona dengan tubuh Bowo, menjadi kaget dan gugup. Ia sampai tidak bisa bicara apa-apa.

“ee..ee...” kata andi sambil berusaha mengalihkan mukanya supaya tidak ketahuan telah menonton gratis tubuh Bowo.

“udah lama” kata Bowo lagi sambil mematikan shower dan mengambil handuk. Ia lalu mengusap tubuhnya dengan handuk. Kemudian ia melilitkan handuk tersebut di tubuhnya dan berjalan ke luar. Andi lalu mengikutinya tanpa mengatakan apa-apa. Saat sampai di loker, Bowo mengambil beberapa pakaian bersih dan mengenakannya.

“gimana ndi, ada perkembangan?” tanya Bowo soal kasus.

“belum banyak. Ada yang belum jelas. Tapi, saya ada firasat bahwa rio, penulis novel itulah yang telah membunuh”. Mendengar nama rio disebut, Bowo sedikit kaget.

“apa itu sudah yakin? Kita jangan sampai menuduh orang tanpa ada bukti kuat” kata Bowo yang membela rio.

“memang belum ada bukti, tapi saya akan mencari saksi kunci. Dari saksi itu, kita akan dapat bukti kuat” rio sepertinya terus menekan Bowo agar ia mempercayi dugaanya.

“lebih baik, kamu cari kemungkinan pelaku lain. Saya rasa rio bukan pembunuhnya” jelas Bowo. Ya, sepertinya Bowo sudah jelas-jelas membela rio tanpa dasar kuat. Ia hanya memikirkan perasaannya.

“tidak pak, saya percaya dengan apa yang saya rasakan. Dan saya akan membuktikan itu” kata andi. Kemudian dia langsung berlalu dengan rasa kecewa. Ia merasa kalah bersaing dengan rio. Bowo sudah membela rio begitu saja. Dalam hati, Andi semakin memperkuat tekad untuk menghancurkan Rio.

Tekad andi tidak main-main. Dengan susah payah, akhirnya ia mendapatkan sebuah cara. Cara licik yang bisa mencelakai banyak orang. Namun, karena ia sudah diliputi perasaan cemburu buta, apapun kan ia lakukan. .......................