My Blog List

Thursday 23 January 2014

LOVE MY DAD (Bagian 3)

Bastian tak menyangka bahwa dirinya bisa melakukan perbuatan terlarang: melakukan hubungan seks sejenis, bahkan dengan anak laki-lakinya sendiri. Peristiwa itu terjadi seminggu yang lalu. Anaknya yang bernama Steve memang tak mempermasalahkan hal itu. Tapi mau tak mau dirinya terpengaruh. Beberapa kali Bastian merasa canggung berbicara dengan putranya sendiri. Kadang dia menghindari percakapan dengan Steve dan enggan bertatap mata dengan anak satu-satunya itu. Dia merasa Steve terganggu dengan sikapnya. Steve tak mengerti, bagi Bastian hal itu benar-benar membuat dirinya mempertanyakan moralnya sendiri. Steve mungkin hanyalah remaja biasa yang belum bisa membedakan mana salah dan benar. Baginya rasa sayang terhadap Papanya dia ekspresikan tak peduli bagaimana caranya. Tapi pengalaman bercinta dengan anaknya sendiri di sisi lain membuatnya terus teringat-ingat. Sensasi panas, liar, dengan pacuan adrenalin merupakan kombinasi yang sempurna dalam mendapatkan seks ternikmat dalam hidupnya. Membayangkan pantat anaknya yang menjepit ketat penisnya membuatnya terangsang. Belum lagi tubuh muda ranum dengan kulit yang halus seakan selalu siap untuk direguk dan dinikmatinya. Sangat kontradiksi dengan kata hatinya yang terus menerus mengatakan bahwa perbuatan itu salah. Akibatnya, Bastian sering melamun. Seperti sabtu sore itu. Dia yang sedang mengurus pekarangan dengan bertelanjang dada, terlalu lama menyemprotkan air dari selang yang dia genggam. Bastian tersadar dari lamunannya saat bel di pintu pagarnya berbunyi. “Ya? kamu siapa?” tanya Bastian sesaat setelah dirinya membuka pintu pagar rumahnya. Di luar ada sesosok remaja tampan seumuran Steve yang kini sedang tak ada di rumah. “Sore Oom, saya Nico teman Steve. Stevenya ada?” tanya remaja itu riang. Melihat remaja itu, entah mengapa penis Bastian semakin tegang… “Oom? Stevennya ada?” tanya Nico lagi berusaha membuyarkan lamunan Bastian. Dada Nico bergemuruh. Mimpi apa aku semalam? bisa berpapasan dengan ayahnya Steve dalam keadaan topless begini, pikirnya. “Oh… Steve nya lagi keluar Nak, Oom enggak tahu kapan dia balik. Mau kembali nanti atau nunggu?” tawar Bastian. “Umm.. kayaknya mau ditunggu aja deh Oom, udah janji sih soalnya,” kata Nico. Entah kenapa dia tidak menahan diri untuk tidak bersikap genit pada Bastian. “Loh, udah janjian? kenapa enggak nelepon dia dulu?” tanya Bastian. “Sudah Oom, cuma hape nya mati. Jadinya saya tetap kemari sesuai perjanjian semula,” keluh Nico. “Kalau begitu, masuk aja. Tunggu di ruang tamu,” kata Bastian mempersilakan Nico masuk. “Makasih Oom..” jawab Nico genit. Pandangannya tertuju pada selangkangan Bastian yang kesulitan menyembunyikan penisnya yang tegang. Nico tersenyum. Dalam hati dia menebak-nebak bahwa Bastian sedang memikirkan hal-hal porno. Di ruang tamu tempat biasanya dia menunggu Steve sebelum ke kamarnya, Nico duduk di salah satu sofa. “Kamu mau minum apa?” tanya Bastian. “Eh, enggak usah repot-repot Oom,” tolak Nico halus. “Enggak apa-apa. Saya mau ke dapur ambil minum sekalian,” tawar Bastian lagi. “Oh, kalau begitu apa aja Oom, makasih,” kata Nico tersenyum. Air sperma Oom juga boleh, hihihi… pikir Nico dalam hati. Setelah beberapa saat Bastian menghilang ke dapur, dia muncul kembali membawa dua botol minuman soda dingin. Dia menyerahkan salah satunya pada Nico. “Makasih Oom,” sambut Nico sambil meraih botol itu dari tangan Bastian. Bastian kemudian ikut duduk di sofa tepat di seberang Nico. Pandangannya dia alihkan tak berani menatap Nico. Dia benar-benar sedang terangsang dan ingin mencicipi tubuh Nico yang hampir sama dengan anaknya Steve. “Ehm,” gumam Bastian tak bisa mengawali obrolan. Dia meneguk air soda dengan gugup. “Diminum ya, Oom?” kata Nico sambil berusaha membuka tutup botol yang dia pegang. Sialnya, saat Nico membuka tutupnya, air soda berhamburan keluar sehingga membuat Bastian sedikit basah termasuk celana pendeknya. “Aduh!” kata Bastian terkejut sambil melompat dari duduknya. “Maaf Oom! Maaf!” kata Nico panik. Dia menghampiri Bastian sambil mengeluarkan handuk kecilnya dari tas berusaha untuk mengeringkan celana Bastian. “Gak usah.. biarin..” elak Bastian berusaha menjauhkan Nico yang berlutut di depannya dan menekan-nekan selangkangannya dengan handuk. Keduanya tertegun saat tanpa sengaja Nico menyentuh penis bastian dan batang itu bereaksi dengan berdenyut dua kali. Nico mendongak menatap Bastian. Bastian balas menatap Nico sambil menelan ludah. Tak ada yang berbicara, namun Nico tahu apa yang diinginkan oleh Bastian. Perlahan sambil tersenyum Nico membuka pengait celana Bastian dan menurunkan risletingnya. Penis Bastian sudah sangat tegang dan sesak di dalam celana dalam seolah ingin lepas keluar. Nico menurunkan celana pendek dan celana dalam Bastian sekaligus hingga penisnya menyembur bebas keluar, tegak menantang wajah Nico. “Mmm….” gumam Nico. Bastian menahan nafas saat Nico perlahan mulai melahap penisnya masuk ke dalam mulut sedikit demi sedikit. “Oooouuh…” desah Bastian saat merasakan sapuan lidah hangat dan basah Nico mengusap dan mengulum penisnya. Masih posisi berdiri dia meraih kepala Nico dan meremas rambutnya. “Terus Nic…” desis Bastian memerintah Nico. Seperti mendapat durian runtuh, Nico yang memang bernafsu pada Bastian sejak dulu menjadi bersemangat mengulum penis ayah temannya sendiri. “Mmmm…mmm…” gumam Nico. Kepalanya bergerak liar sementara tangannya memeluk paha Bastian. Dengan gerakan mengisap, menyedot, dan mengulum penis Bastian, Nico berusaha memuaskan pria itu. “Oh.. oh…” erang Bastian. Kedua tangannya memegangi kepala Nico yang bergerak penuh nafsu sementara pinggulnya dia dorong-dorong hingga penisnya melesak makin dalam di mulut Nico. “Shit…” kata Bastian saat Nico mendorongnya duduk kembali ke sofa. Nico memposisikan dirinya tepat di antara kedua belah paha Bastian dan melanjutkan aksinya. Servis oral Nico makin bersemangat saat Bastian merenggut rambutnya dan memaksanya mengulum penisnya hingga pangkal tenggorokan. “Oh… ya.. begitu Nic.. Oouh…” desah Bastian. Nico melepaskan penis Bastian dari mulutnya. Matanya berair dan nafasnya terengah-engah. Dia menatap Bastian dengan tatapan memohon. “Oom.. keluarin di mulutku Oom…” pinta Nico. Bastian tak menjawab. Dengan kasar dia mendorong kepala Nico hingga penisnya kembali masuk ke dalam mulutnya. Kali ini Bastian yang mengambil alih kendali. Tangannya menggerak-gerakkan kepala Nico hingga penisnya keluar masuk. “Kamu pengen rasain pejuh Oom? hah?” tanya Bastian. “Mmm..mmm..” gumam Nico tak jelas sambil mengangguk mengiyakan. “Nah.. terima ini sayang… Oom mau keluar…” Ujar Bastian sambil mempercepat gerakan tangannya yang memegangi kepala Nico. Tubuh Bastian gemetar. Dia menahan kepala Nico kuat-kuat pada selangkangannya. Memaksa remaja itu menerima semburan spermanya berkali-kali dalam mulutnya. “Aaaaaah…..” erang Bastian panjang. Tubuhnya menggelinjang. Begitu pula Nico yang tak berdaya dalam genggamannya, badannya menggelepar. Tangannya berusaha meraih apapun yang bisa dia pegang sambil mencoba menelan semua sperma Bastian. Ketika Bastian mengangkat kepala Nico. Wajah pemuda itu memerah. Nafasnya terengah. Dari sudut bibirnya menetes liur bercampur sperma Bastian. Tapi dia malah tersenyum puas. “Kita ke kamar yuk?” tawar Bastian. Nico melirik ngeri pada penis Bastian yang masih tegang. Pasti dia menginginkan sesi ke dua dengan lubang yang lain, pikirnya…. *bersambung*

No comments:

Post a Comment