My Blog List

Thursday, 23 January 2014

LOVE MY DAD – Bagian 4

SETELAH Bastian bercinta dengan anaknya sendiri, kali ini dia merayu Nico, teman anaknya yang ternyata diam-diam menyukainya. Permainan terlarang mereka di lakukan di rumah Bastian saat seisi rumah tak ada. Namun sepertinya Bastian tak cukup mendapatkan servis oral dari remaja itu, dan mengajak Nico meneruskan permainan di dalam kamar. Bastian merangkul Nico dan menuntunnya ke kamar. Tangan Bastian mendorong tubuh Nico agar duduk di atas ranjang. Bastian kemudian membungkuk untuk mencium Nico. Sungguh, sepertinya Bastian sangat tergoda dengan sensasi mencumbu remaja seperti Nico atau anaknya sendiri. Mereka muda, dengan hormon remaja yang tinggi, siap untuk dipuaskan dan memuaskan hasrat seksualnya. Perlahan Bastian menikmati bibir lembut Nico, Nico sendiri membalas ciuman Bastian dan menikmati cumbuannya yang lebih berpengalaman. Sesekali janggut Bastian menggosok permukaan kulit Nico yang mulus dan membuatnya menggelinjang. Betapa nikmatnya anak muda ini. Bastian menarik kaus Nico dan meloloskannya hingga tubuh ramping remaja ini terlihat jelas. Tak lama Bastian pun berlutut di depan Nico, dan tangannya membuka celana pemuda itu dan mengeluarkan penisnya. “Mmmmm…” ujar Bastian menggoda sambil mengurut-urut batang Penis Nico yang sudah cukup besar untuk anak lelaki seusianya, walau tak sebersar miliknya. “Aaah… Oomm…” protes Nico keenakan. Dia tak menyangka bahwa Bastian, Ayah temannya sendiri yang dia kagumi kini sedang membuatnya keenakan. “Ooom…” jerit Nico saat Bastian mengulum penisnya. Sensasi hangat dan lembab ditambah sesekali kulitnya tergesek oleh janggut tipis Bastian membuat Nico hilang kendali. “Oooom….” erang Nico sambil mengusap-usap kepala Bastian. Mendapat reaksi seperti itu membuat Bastian makin semangat. Dia pun mengulum dan mengisap penis Nico semakin kuat. “Udah oom… aku enggak mau keluar dulu…” protes Nico khawatir. Bastian pun menurutinya. Kali ini dia mengangkat kaki Nico dan berusaha menyelidiki kedalaman di antara kedua pantatnya. Lubang pantat Nico terlihat mungil kemerahan kontras dengan kulitnya yang putih. Penis Bastian langsung berdenyut-denyut membayangkan bila lubang yang masih ketat itu menjepit penisnya. Hmm… Pasti nikmat sekali, pikirnya. Sambil membayangkan dirinya menusuk pantat remaja itu, Bastian mengurut-urut mulut lubang pantat Nico dengan ibu jarinya. Lalu Bastian membuka pantat Nico makin lebar dan mulai menyapunya dengan lidahnya. “Ngg… Ngg….” erang Nico. Tubuhnya gemetar menikmati sensasi jilatan lidah Bastian pada lubang anusnya. Bastian makin bersemangat, Dengan ujung lidahnya yang kuat dia menekan-nekan lubang pantat Nico. Sesekali gerakannya diseling dengan pijatan dengan ibu jarinya. Lalu Bastian mulai mencoba memasukkan lubang pantat Nico dengan jari telunjuknya. “Aaah.. Aaaah…” erang Nico antara sakit bercampur nikmat. Walau sensasinya bisa dibilang aneh, antara sakit dan nikmat, Nico memegangi pantatnya sendiri agar Bastian lebih leluasa menggarap bagian itu. “Hmmphh…” Nico meringis nyaris menangis sambil menggigit bibirnya saat dua jari bastian berhasil menerobos terowongan anusnya dan menggoyang-goyangkannya. Rasa pedih itu perlahan menghilang ketika ujung jemari Bastian berhasil menemukan titik prostat Nico dan mengurutnya perlahan dengan gerakan intens. “Ooom! Ooom!” pekik Nico. Dia tak ingin keluar hanya dengan pijatan Bastian. “Masukin oom… masukin kontol oom…” pinta Nico tak tahan. Dia ingin prostatnya diurut dengan penis Bastian. Pasti sensasinya seperti bom dibandingkan bila dengan jari yang seperti petasan. Bastian menyeringai. Inilah saatnya. Saatnya menikmati tubuh remaja ini seutuhnya, atas keinginannya. Dia pun bangkit dan mengocok penisnya sendiri yang dia basahi kembali oleh liur setelah liur Nico bercampur spermanya hasil permainan di ruang tamu tadi nyaris kering. Dengan perasaan berdegup mengantisipasi apa yang akan dilakukan oleh Bastian, Nico menatap mesra Bastian sambil menggigit bibirnya. Kedua kakinya dia angkat tinggi-tinggi. Rupanya Bastian meningingkan posisi doggy style. Posisi egois yang hanya mengutamakan kenikmatan dirinya sebagai seorang top. Tapi dia tak peduli, saatnya memuaskan dirinya dulu. Dibaliknya tubuh Nico sehingga bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Dilebarkannya paha Nico sehingga lubang pantatnya sejajar dengan selangkangannya. “Ooooooh…” erang Bastian ketika perlahan batang penisnya mulai menerobos masuk pantat Nico. Kaki Nico menegang sebagai reaksi dari benda asing berurat yang berusaha masuk ke dalam anusnya yang masih ketat. Selama ini, dia baru melakukannya beberapa kali, dan tak ada yang sebesar penis Bastian yang besar, kokoh, berurat itu. Penis pria dewasa yang membuatnya tergila-gila. “Pelan-pelan Oom…” pinta Nico sambil mencengkeram sprei dengan tangannya. “Akh….” jerit Nico ketika hampir seluruh batang penis Bastian terbenam pada pantatnya. Bastian mengatur nafas dan membiarkan penisnya di dalam pantat Nico selama beberapa saat agar anak itu terbiasa. Ketika denyut protes otot-otot dinding anus Nico mulai mereda, dia memegangi pinggang Nico dan mulai bergerak maju mundur. “Ooouuh… ” lenguh Nico saat merasakan sensasi lubang anusnya yang tiba-tiba kosong ketikan Bastian menarik penisnya keluar, lalu dengan gerakan menghentak dia hujamkan lagi lebih dalam. “Oooomm…!” jerit Nico. Tubuhnya tak kuasa menahan gempuran penis Bastian yang menghujam pantatnya berkali-kali. Nafasnya tersengal-sengal, namum Bastian seperti tak peduli. Dia terus menghajar pantat Nico sambil sesekali menggeram merasakan kenikmatan. “Pantat kamu enak banget… sempit.. ketat… kayak dapat memek perawan…” racau Bastian sambil terus menghujamkan penisnya berkali-kali. Kemudian sambil terus menyetubuhi Nico yang mulai kewalahan dan berkeringat, dia mengangkat tubuh Nico dan mendekapnya dari belakang. Dengan penuh nafsu Bastian mencium mulut Nico sambil menyusupkan lidahnya pada mulutnya. Tangannya yang kekar memeluk Nico dan meremas-remas dadanya, sementara Nico keenakan merasakan sensasi punggungnya beradu dengan dada bidang Bastian lengkap dengan putingnya yang menusuk keras. “Aaah.. Aaah…” erangnya sambil mendekap tangan kekar Bastian yang bergeriliya meremas-remas dadanya. Beberapa lama kemudian, Bastian mengganti posisi. Di putarnya tubuh Nico agar menghadapnya dan menggendongnya. Pada posisi ini, Nico merangkulkan pinggangnya pada Bastian sementara penis bastian yang berdiri tegak mulai menghujam kembali lubang pantatnya. Nico memekik sambil merangkul tubuh besar Bastian. Dia benamkan wajahnya pada pundak Bastian sementara lengannya merangkul lehernya agar tubuhnya tak limbung. Gerakan menyetubuhi Nico sambil menggedongnya membuat penis Nico menggesek-gesek perut Bastian yang kotak-kotak itu. Ditambah hujaman kepala penis Bastian pada prostatnya membuat Nico tak tahan lagi. “Ooooomm….” pekiknya saat penisnya memuncratkan cairan hangat yang membasahi perut Bastian dan sebagian dadanya hingga terasa lengket bagi mereka yang sedang berpelukan. “Oooh.. ooh…” lenguh Bastian. Dia pun rupanya nyaris mencapai klimaks. “Terus oom… terus…” kata Nico menyemangati Bastian. “Oooh.. kontol oom enak banget… Ooh.. hamilin aku Oom… hamilin aku… keluarin di dalam ooom…” Nico mulai meracau. “Oooooouuuh….” erang Bastian panjang ketika akhirnya dia mencapai orgasme dan mengeluarkan spermanya di dalam pantat Nico. Tubuh Nico bergidik dan gemetar menikmati sensasi cairan hangat yang mengalir pada terowongan anusnya. Keduanya terengah-engah. Bastian dengan perlahan merebahkan tubuh Nico yang berkeringat dan mengecupnya mesra. Flop. Penis Bastian yang mengendur akhirnya keluar dengan sendirinya dari pantat Nico. Baru saja keduanya berpelukan mesra saling mendinginkan diri dari permainan panas yang baru mereka lakukan, terdengar suara pintu terbuka. “Paah…!” seru Steve di bawah. “Ada Nico ya? kok sepatunya ada di depan?” teriaknya. Terdengar langkah kaki menapaki tangga menuju kamar Bastian. Bastian dan Nico pun terkejut. Tak tahu harus berbuat apa. *bersambung*

No comments:

Post a Comment