My Blog List

Thursday 23 January 2014

LOVE MY DAD – Bagian 8 (TAMAT)

Cerita Sebelumnya: Selain asik ‘menggarap’ anak remajanya sendiri yang bernama Steve, Bastian diam-diam ‘menggarap’ juga Nico, teman dekat anaknya sendiri. Sialnya, setelah sesi percintaan terlarang dengan Steve dan selesai menggarap Nico di malam yang sama, Bastian dan Nico tertangkap basah oleh Steve. “Papa???!! NICO???!!!” jerit Steve kalap. Bastian buru-buru bangkit dari sofa mencoba mencari-cari pakaiannya untuk menutupi tubuh telanjangnya. Nico pun demikian, dengan gemetar ketakutan, tak menyangka perbuatannya diketahui Steve, Nico berusaha menutupi tubuhnya dengan bantal sofa. “Kalian?? Ka.. kalian? sejak kapan?” pekik Steve. “PAPA JAHAAATT!!!!” raung Steve sambil berusaha menyerbu Bastian sambil memukul-mukulnya dan menangis. “Steve.. tenang dulu Steve.. biar papa jelasin…” kata Bastian sambil menahan tangan Steve yang terus menerus berusaha memukulnya. Steve yang kalut tak menggubris bujukan Bastian. Kalah tenaga dengan ayahnya yang lebih kuat, Steve berteriak dan menyerang Nico. Nico yang ketakutan berusaha melindungi wajahnya dari serangan tinju Steve. “Dasar bencong lacur! gatel! bokap temen sendiri dimakan! sini lo! gue ancurin muka elo!” teriak Steve sambil menyerbu Nico. “Ampun Steve! Ampun!!” teriak Nico sambil melindungi tubuhnya dengan bantal sofa. “Udah Steve.. udaah…” Bastian memegangi pinggang ramping Steve tak memedulikan kondisi tubuhnya yang sedang telanjang. “Nico.. kamu pulang sekarang!” perintah Bastian saat dirinya berhasil menahan Steve yang mengamuk. Dengan gugup Nico memunguti pakaiannya dan segera keluar dari kantor Bastian. “Jangan kabur, lo! sini hadapin gue!” jerit Steve saat melihat Nico keluar dan jauh dari jangkauannya. “UDAH STEVE! UDAH!” suara Bastian yang menggelegar akhirnya menghentikan amukan Steve. Steve terisak. “Papa jahat…” tangisnya. Bastian berusaha memeluk Steve dan menenangkannya. “Sshh.. ssh.. iya Steve.. papa jahat.. maafin papa ya…” Steve berusaha melepaskan diri dari pelukan Bastian. “Steve mau pulang, TAPI STEVE ENGGAK MAU DEKET-DEKET PAPA LAGI!” teriak Steve sambil melepaskan diri dari Bastian dan keluar dari ruangan. Bastian tak bisa menahan kepergian Steve. Dirinya hanya bisa berdiri telanjang di dalam ruang kerjanya. **** Setibanya di rumah, Bastian mencoba membujuk Steve. Dia mengetuk kamar anaknya yang terkunci. “Steve… Papa mau bicara…” kata Bastian sambil mengetuk pelan pintu kamar Steve. “Enggak mau!” sahut Steve dari dalam kamar. “Steve.. papa minta maaf… ayo dong sayang, Papa mau bicara…” ujar Bastian lagi. Hening. Beberapa detik kemudian terdengar suara kunci pintu diputar dan Steve membuka pintu kamarnya. Wajahnya kusut, matanya memerah seperti habis menangis. Setelah membukakan pintu, Steve kembali menghambur ke ranjangnya dan memunggungi Bastian. “Steve.. maafin papa, ya?” kata Bastian sambil mengusap punggung anaknya. “Papa jahat…” isak Steve. “Iya sayang, papa jahat. Papa minta maaf ya? Papa janji enggak akan ketemu Nico lagi, atau siapapun… Papa janji, papa cuma buat Steve seorang…” rayu Bastian. Steve menoleh pada ayahnya. “Papa Janji?” Bastian mengangguk mantap, “Iya sayang…” Steve pun bangkit dan memeluk Bastian “Janji ya pah? Steve sayang papaaaaa banget.” “Papa juga sayang Steve…” ujar Bastian sambil memeluk anaknya. “Yaudah. Papa sekarang tidur gih. Steve udah enggak marah lagi, tapi Papa enggak dapet jatah ya!” usir Steve. “Yaaahh.. masa papa enggak dapet jatah?” rajuk Bastian. “Steve mau kasih hukuman buat papa,” sahut Steve jahil. “Hmm.. yaudah kalau begitu. Kamu tidur dulu, papa juga mau istirahat… Met tidur, Steve…” kata Bastian sambil bangkit dari ranjang. “Malam pah…” balas Steve. **** Kenyataannya, Steve memang menghukum Bastian selama beberapa hari ini, padahal Bastian sedang kepingin bercinta dengan Steve, atau brondong manapun. Sayangnya, Nico sudah tak mungkin lagi dia hubungi. Bastian juga ragu apabila dia melakukan hubungan seksual dengan pria yang tak begitu dia kenal, walau hal itu mudah saja baginya, mengingat profesinya sebagai pemilik pusat kebugaran, pria-pria homo yang selalu menggodanya di situ akan bersedia menjadi pelampiasan nafsunya. Ah, Bastian menyesalkan rasa serahkahnya yang mau mencicipi Steve anaknya sekaligus Nico teman anaknya. Hasilnya? karena kurang hati-hati dan serakah ingin memanfaatkan keduanya secara bergantian, akhirnya dia tertangkap basah oleh anaknya sendiri, sesal Bastian yang Minggu sore itu sedang berada di rumah, mengganti-ganti saluran televisi. Dirinya sedang horny membayangkan persetubuhan dengan remaja-remaja itu. Tak bisa dipungkiri, Bastian sulit sekali memilih siapa yang terbaik di antara Steve dan Nico. Steve, memberikan totalitas dalam sesi bercinta karena rasa sayangnya pada Bastian sebagai ayahnya. Percintaan mereka hingga tahap kedalaman emosional, karena chemistry antara ayah dan anak memang tak bisa dikalahkan. Totalitas Steve yang ingin membahagiakan ayah yang dicintainya membuat Bastian selalu terbuai kenikmatan bagaikan di awang-awang. Bagaimana dengan Nico? Nico memberikannya pengalaman seksual meletup-letup ala remaja. Panas, bergairah, dari awal hingga akhir. Nico yang ekspresif, dan seringkali memujinya membuat ego kelelakian Bastian terangkat. Dirinya bisa merasa bangga dan puas telah bisa membuat seorang remaja terpuaskan. Siapa yang terbaik? Bastian sungguh tak bisa memilih. Yang terbaik adalah memanfaatkan mereka secara bergantian. Dan kini, saat dirinya sedang horny, tak satupun dari keduanya bisa dia pakai. “Halo Pah!” seru Steve membuyarkan lamunan Bastian. “Eh, Steve… kok masih sore udah balik?” tanya Bastian. “Umm.. iya pah, barusan Steve ketemu Nico, terus kita baikan dan Steve ajak kemari deh…” kata Steve. Saat berkata demikian, Bastian baru menyadari Nico rupanya berdiri di belakang Steve sambil menunduk malu. “Eh.. Nic.. Nico?” tanya Bastian gugup. “Iya, Pah! duduk Nic…” perintah Steve sambil duduk di sofa sebelah Bastian dan Nico menyusul duduk di sebelahnya, masih menunduk gugup. “Gini pah, kita udah sepakat. Papa harus milih di antara kita berdua. Steve tahu, Papa belakangan kangen juga kan ama Nico? Steve enggak boleh egois, Steve mau fair-fairan sama Nico. Siapa yang terbaik bisa bikin papa senang, dia yang menang… setuju?” jelas Steve panjang lebar. “Eh, apa maksudnya, Steve? papa kan udah milih kamu…” ujar Bastian gusar. “Steve tahu pah, makanya Steve ralat.. sekarang… waktunya papa milih…” kata Steve sambil tersenyum licik. Dia menatap Nico yang sedari tadi diam saja. Keduanya mengangguk seperti kode, lalu mereka mulai melepas kausnya. “Eh, kalian mau apa?” tanya Bastian ketika melihat Steve dan Nico menghampirinya dalam keadaan bertelanjang dada. “Ronde satu kita mulai ya pah? siapa yang paling enak nyepong papa…” kata Steve sambil berlutut di depan Bastian yang sedang duduk. Steve membuka pengait celana pendek Bastian dan menurunkannya hingga mata kaki. Plop! penis Bastian yang setengah tegang menyembur bebas keluar. Steve mulai mengocoknya dan perlahan dia masukkan ke dalam mulutnya. “Steve.. kamu mau ap… huuufffffhh…” desah Bastian sambil tubuhnya menggeliat ketika lidah Steve mulai menelusuri dan bermain-main pada penisnya. Tangan Steve memegang mantap penis Bastian sementara mulutnya dengan penuh semangat melumat batang itu hingga basah. Nico yang berlutut di sebelah Steve meneguk ludah menatap aksi Steve. Dirinya tak tahan ingin bergantian menservis Bastian. “Mmm…mmm…mmm….” gumam Steve. Kepalanya naik turun dan menyebabkan penis Bastian keluar masuk mulutnya. “Uffff.. huf…” desah Bastian keenakan. Sebenarnya dia ingin Nico ikut serta menservis penisnya. Dia membayangkan bagaimana rasanya diservis dua mulut remaja tampan sekaligus. Tapi rupanya Steve masih ingin mendominasi. Setelah cukup lama dan Steve merasa rahangnya mulai lelah, Dia menghentikan gerakannya. Nico mengambil alih penis Bastian yang kini sudah tegang sempurna. Berbeda dengan Steve, Nico sama sekali tak menggunakan tangannya. Pertama dia memutar-mutar lidahnya pada kepala penis Bastian, lalu menekan-nekan lubang kencingnya dengan ujung lidahnya. “Ouuw.. oow..” pekik Bastian keenakan. Setelah itu, Nico melahap habis perlahan-lahan batang penis Bastian dan mencoba memasukkan seluruhnya ke dalam mulutnya. Melihat pemandangan itu, Bastian tak tahan untuk menekan kepala Nico hingga wajah remaja itu memerah karena kehabisan nafas. Nico melepaskan penis itu dan terbatuk-batuk. Matanya mengeluarkan air sambil terengah-engah. Dia rupanya ingin membuktikan bahwa dirinya sanggup melahap penis Bastian hingga pangkalnya. Bastian yang terangsang, melepas kausnya hingga dirinya nyaris telanjang. Kedua remaja itu yang memang mengagumi tubuh Bastian yang sangat atletis dan berotot padat itu langsung berbinar. Steve dan Nico kompak menciumi tonjolan sixpack Bastian, bergeser ke atas, dan masing-masing kini menguasai puting Bastian dengan lidahnya. “Aaaahh….” desah Bastian saat kedua putingnya dihisap, dan dipermainkan oleh Nico dan Steve. Bastian memegangi kepala dua remaja itu yang terlihat seolah sedang bernafsu menyusu pada Bastian. “Ooouuuh… terus sayang… enak…” gumam Bastian. Nico menggigit-gigit lembut puting sebelah kiri Bastian, sementara Steve menekan-nekan puting kanan dengan lidahnya. Nico berinisiatif kembali pada penis Bastian yang selama beberapa saat diabaikan. Sensasi luar biasa ada yang mengoral penisnya sementara putingnya juga di’hajar’ membuat Bastian menggeliat-geliat di atas sofa. Mimpi apa semalam dirinya? Bastian tak habis pikir, hari ini dia diservis dua remaja sekaligus. Penis Bastian kembali basah oleh liur Nico. Steve rupanya tak mau kalah, dia pun ikut-ikutan melumat batang penis ayahnya bekerja sama dengan Nico. “Aaargh…” erang Bastian saat Steve mengulum batangnya sementara Nico mengulum zakarnya bergantian. Bastian terengah-engah saat Steve dan Nico menghentikan aksinya. Dirinya berusaha sekuat tenaga agar tidak mencapai klimaks. Bastian tahu, ini baru permainan awal. Sebuah permulaan. “Sekarang ronde dua pah, pantatnya siapa yang paling bikin papa enak.. siap ya pah?” kata Steve. Dia kemudian bangkit dan melepas celananya hingga telanjang, lalu naik ke atas sofa dan berdiri membelakangi Bastian. Dengan posisi seperti hendak berjongkok, Steve menurunkan pantatnya hingga lubang pantatnya tepat berada di atas penis kokoh Bastian yang menjulang. Nico tiba-tiba meraih penis Bastian dan mengarahkannya pada lubang anus Steve. Perlahan Steve mulai menduduki penis ayahnya sambil mendesah ketika sedikit demi sedikit dirinya merasakan penis kokoh Bastian menyeruak melebarkan dinding-dinding anusnya. “Ooouuwwwww….” pekik Steve keenakan. Bastian memegangi pinggang Steve sambil lidahnya mencoba menjilati puting Steve. Setelah membiasakan diri dengan batang penis Bastian, Steve mulai menaik-turunkan pinggangnya. “Pah… enak pah…” racau Steve ketika penis Bastian berkali-kali menghujam pantatnya hingga melesak dan menggempur prostat Steve. Bastian mengerang. Tanpa ampun dia mencengkeram pinggang Steve dan menaik-turunkan badannya hingga hentakan demi hentakan penisnya menghujam pantat anaknya berkali-kali. Nico yang melihat aksi itu menatap iri sambil mengocok penisnya. Dia akhirnya memutuskan untuk bergabung. Nico beringsut mendekati Steve dan mulai melahap penisnya. Steve merintih. Dirinya merasakan nikmat luar biasa saat anus dan prostatnya dihajar penis Bastian, sementara penisnya dioral oleh Nico. “Mmmm..mmmmm….mmm….” gumam Steve keenakan. Saat Bastian terlalu bersemangat melakukan penetrasi nikmat pada Steve hingga penisnya slip dan keluar dari lubang anus, Nico dengan sigap meraihnya dan menusukkannya kembali pada lubang pantat Steve. Setelah puas bermain-main dengan penis sahabatnya yang hampir sebesar ayahnya, Nico beralih mengulum zakar Bastian. Matanya menatap nanar batang penis Bastian yang keluar masuk tepat di hadapannya sementara mulutnya mengulum zakar Bastian kanan dan kiri bergantian. Sensasi nikmat luar biasa ketika seluruh penisnya mendapat servis jepitan pantat Steve dan kuluman pada Zakarnya membuat Bastian merinding dan berkeringat. “Gantian pah… giliran Nico..” desah Steve berbisik pada Bastian. Bastian mengangguk. Dia juga tak sabar ingin menghajar pantat sahabat anaknya yang sama-sama masih sempit dan ketat itu. Steve beringsut dan membiarkan Nico menggantikan posisinya. Tanpa menunggu Steve, Nico langsung meraih penis Bastian dan mengarahkan pada lubang anusnya. Nico mengerang panjang ketika Bastian mencoba melesakkan batang penisnya. Bastian meraih pinggang Nico. Entah mengapa, Bastian lebih tega pada Nico yang dirasakannya lebih binal dan lebih ekspresif saat dientotnya. Dengan hentakan yang lebih keras dibanding terhadap Steve, Bastian membuat tubuh Nico naik turun hingga penisnya melesak dalam-dalam. “Oh! Oh! Oh! enak banget Oom! Oh! Oh!” pekik Nico berkali-kali yang membuat Bastian makin hilang kendali. Steve tak mau kalah. Dia kemudian melumat penis Nico yang tubuhnya terguncang-guncang. Nico gemetar mendapat perlakuan nikmat dari ayah dan anak. Bagaimanapun diam-diam dia kagum atas ketampanan Steve. Beberapa tahun lagi, Steve pasti akan sama gagahnya dengan Bastian, ayahnya sendiri. Belum lagi penis yang identik. Nico membayangkan betapa nikmatnya bila dia dipenetrasi oleh dua penis sekaligus milik ayah dan anak. Seperti dapat membaca pikiran Nico, Steve kemudian bangkit dan berhadapan dengan Nico di atas pangkuan Bastian. Steve mencium bibir Nico sambil tangannya berpegangan pada bahu ayahnya. Tangannya meraih celana jeansnya. Rupanya Steve menyimpan sebotol kecil pelumas di situ. Dia pun menuangkan jumlah yang cukup banyak dan melumuri penisnya. Bastian memperlambat gerakannya menggenjot Nico. Keduanya memandang Steve penuh antisipasi. “Steve bantuin ya pah.. biar lebih sempit,” kata Steve sambil tersenyum nakal. Tanpa menunggu aba-aba, dirinya mulai menusukkan penisnya pada lubang pantat Nico dan menyebabkan penisnya dan penis ayahnya saling menghimpit berusaha berebutan mendapat tempat di pantat Nico. “Aaakhh! Steve!!” pekik Nico. Tubuhnya gemetar saat anusnya terasa penuh oleh dua penis yang nyaris sama besarnya. “Enak Nic? Enak?” goda Steve sambil terus menusukkan penisnya pada pantat Nico. Bastian melenguh. Belum pernah dia merasakan sensasi sempit, ketat dan nikmat saat penisnya beradu saling menekan dan diremas dengan penis lain pada lubang pantat yang sama. Rasanya luar biasa buat Bastian. Setelah membiasakan diri dengan dua penis di dalam pantatnya, Nico bersiap kembali digenjot oleh ayah dan anak itu. Steve mengangkat kaki Nico tinggi-tinggi sementara Bastian mencengkeram kedua belah pantat Nico agar Steve leluasa menusuknya. “Pah.. genjot pah.. biar lebih nikmat…” perintah Steve. Bastian menuruti perintah anaknya. Keduanya kini mulai menggoyang pantat Nico hingga anak itu kewalahan. “AAAAAKKHH! OOOOHHH!!! AAAAAAAWWWHH!” jerit Nico merasakan nyeri bercampur nikmatnya dipenetrasi ganda oleh Bastian dan Steve. “Ooh.. Oooh.. Oooh…” desah Bastian. Tangannya kini berpindah meremas dada Nico sambil sesekali merengkuh tubuh Steve agar mendekat padanya. Steve benar-benar seperti kesetanan. Dengan cepat dan gerakan simultan, penisnya merojok berkali-kali pantat Steve. Penisnya yang basah dan licin beradu dengan penis ayahnya yang sama-sama mencari kenikmatan dalam tubuh Nico. “Steve mau keluar…” erangnya sambil mencabut penisnya lalu mengocoknya. Sperma menyembur dari penis Steve dan membasahi dada dan perutnya. Tubuhnya gemetar nyaris jatuh dari atas pangkuan Bastian. “Aaaaaaaah….” desah Steve panjang. “Huuffh….” Nico yang gemetar dan keenakan, merasakan ada sesuatu yang hilang dari lubang pantatnya. Diapun mulai mengocok penisnya sendiri dan… “Aaaaahhh…” erangnya ketika penisnya pun mengeluarkan erupsi lahar sperma hangat yang membasahi dada dan perutnya serta mengalir sedikit membasahi penis Bastian yang masih asik merojok anusnya. Merasakan lubang pantat Nico yang tak sempit lagi akibat dipenetrasi ganda bersama Steve, Bastian merasa dirinya tak akan mencapai klimaks. Dia pun mengangkat tubuh Nico dan menarik tubuh Steve dan mendorongnya ke sofa. Dengan bernafsu Bastian mengangkat kaki Steve ke pundaknya dan menghujamkan penisnya berkali-kali pada anus Steve. “Oooh! Oohh!” tubuh Steve terguncang-guncang. Mulutnya tak berhenti mendesah. “Errrrmmm….” geram Bastian. Tangannya meremas dada Steve seperti meremas payudara wanita. Gerakan Bastian menghujam anus Steve makin cepat, tubuhnya semakin berkeringat. Sebentar lagi Bastian mencapai klimaks. Nico ikut berbaring di sebelah Steve. Mulutnya mencium bibir Steve dan membungkam desahan yang keluar dari mulutnya. “Aaaarrggh…” Erang Bastian. Dia mencabut penisnya dan mulai mengocoknya berkali-kali. Nico dan Steve segera beringsut dan mendekatkan wajahnya pada kepala penis Bastian sambil membuka mulut mereka. Dan… pancaran sperma Bastian mengenai wajah Nico dan Steve serta sebagian besar tepat masuk ke dalam mulut keduanya. “Aaaaah.. Aaaah…” gumam ketiganya. Bastian tak sanggup berdiri. Dengan terengah-engah dia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Steve dan Nico berbaring di sebelah kanan dan kiri Bastian. Keduanya menciumi lembut tubuh Bastian yang berkeringat dari mulai pinggang, dada hingga keduanya mencium pipi Bastian. “Papah memang hebat…” puji Steve. “Oom emang hebat…” tambah Nico. “Jadi… Papa harus kasih keputusan sekarang?” tanya Bastian. Nico dan Steve saling berpandangan dan tersenyum penuh arti. “Enggak usah sekarang Pah, pertandingannya masih berkali-kali lagi…” ujar Steve nakal. “Oooh.. syukurlah…” ujar Bastian lega. Tangannya yang kokoh merangkul kedua remaja itu. Senyum mengembang tak henti-henti dari wajahnya. “Love you dad!” bisik Steve. Ketiganya pun tertidur sambil berangkulan di atas sofa. -TAMAT-

No comments:

Post a Comment