My Blog List

Saturday, 13 March 2010

Basic Instinct #1

#1 Malam sekitar pukul 23.00 di sebuah hotel kelas menengah, seorang pria berbulu terlihat telanjang bulat di atas ranjang. Tubuhnya yang besar tergolek pasrah dengan tangan diborgol dan kaki diikat. Selain itu, mulutnya tertutup sehingga ia tidak bisa berteriak. Dari raut mukanya, terlihat ia sangat ketakutan. Padahal, belum ada setengah jam lalu ia baru saja melampiaskan nafsu birahinya. Kontolnya yang besar menunjukkan keperkasaanya dengan membobol sebuah lobang pantat. Ia sangat puas dengan percintaannya tadi. Namun sekarang, ia tak berdaya dengan kontol yang tertunduk lemas karena rasa takut yang meninggi. Lalu, munculah seorang pria yang tadi baru saja ia tiduri. Pria tersebut datang dengan membawa sebuah pisau dan tongkat panjang. Ia mendekat ke arah ranjang. Matanya tajam menatap tubuh pria berbulu yang semakin ketakutan. Dengan sigap, pria tersebut mencoba mengarahkan tongkat yang ia bawa ke lobang anus pria berbulu. Terlihat pria berbulu meronta dan semakin ketakutan. Namun, pria tersebut tidak perduli. Ia langsung saja menusukkan tongkatnya ke dalam anus pria berbulu. “argh....” Pria berbulu hanya bisa berteriak, meskipun suaranya tertelan lagi karena mulutnya tertutup. Dan saat tongkat sudah berada di dalam anus, pria tersebut menggerak-gerakkannya. Pria berbulu meronta karena merasakan rasa sakit yang luar biasa. Ia merasakan lobang anusnya yang seperti akan jebol. Ia sampai menitikkan air mata karena kesakitan. Tidak sampai disitu, tubuh pria berbulu disayat dengan pisau yang dibawa oleh pria tersebut. Satu demi satu sayatan pada bagian tubuh pria berbulu, membuat rasa sakit yang luar biasa. Pria berbulu hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya, pria berkulit putih mengambil sebuah bolpoint dan menusukkannya ke leher pria berbulu. Dan pria berbulu itu tewas mengenaskan.

....

Beeepp....beep.....beep......beep.... Terdengar suara HP. Beep...beep...beep...beep.... Panggilan belum diangkat. Hingga... “ya halo?” seorang pria mengangkat telepon dengan mimik muka yang masih ngantuk. Ternyata ia masih tidur ketika hp berbunyi. “oke, saya segera kesana” kata pria yang masih berada di atas tempat tidur. Tak berapa lama ia bangkit dari ranjang. Ia berdiri dan menuju kamar mandi. Ia berjalan dengan tubuh bugil karena ia tidur tanpa memakai baju. Tubuhnya sangat seksi. Dengan tb/bb 182cm/75kg dan otot yang menonjol, pria tersebut sangat menarik. Ia seorang polisi berumur 30 tahun. Namanya Bowo. Rambut cepak, wajah tampan, dada bidang, dan tentunya kontol besar, siapa yang tidak tertarik dengannya. Dengan wajah masih sayu, ia menuju wastafel untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Lalu ia menuju ke shower dan membasuh tubuhnya dengan air. Ia mengambil sabun dan mengusapkannya ke seluruh tubuh. Saat tangannya tiba menggosok kontol, ia malah sekalian memainkannya. Ia ternyata masturbasi. Sudah lama ia tidak becinta. Ia usap-usap kontolnya yang panjangnya 12 cm saat masih tidur dengan menggunakan sabun. Dan saat sudah menegang, ia mulai mengocoknya. Kontolnya menjadi sangat besar, sekitar 19cm dengan bulu jembut yang sangat lebat. Tangan kirinya mengocok-ngocok kontolnya. Sedangkan tangan kanan menari-nari di atas puting dada. Ia remas dan pilin puting hitam ketatnya. Itu menambah sensasi saat masturbasi. Sambil mengengadah, ia menikmati kegiatan swalayan di pagi hari itu. “ough..ough...” ia terus mengocok kontolnya. Ia urut maju, mundur, cepat, pelan. “ough..ough...” hingga tak butuh waktu lama, kurang dari 10 menit ia akan mencapai klimaks. Ia mempercepat gerakan tangannya. “ough..ough..ough.........” tubuhnya sebentar menggelinjing saat kontolnya memuntahkan pejuh kental yang cukup banyak. “ough...ough...” tangannya masih menggengam kontol untuk mencari sisa-sisa kenikmatan. Lalu, ia mengucurkan air shower lagi, dan melanjutkan kegiatan mandi yang sempat tertunda. Bowo keluar dari rumah dan memacukan mobilnya ke sebuah motel. Telepon yang ia terima tadi pagi ternyata panggilan dari kantor karena ada peristiwa pembunuhan. Mungkin saja ini akan jadi kasusnya. Bowo memang terkenal sebagai polisi investigasi yang handal. Tak mengherankan apabila ia-lah yang paling sering menangani kasus-kasus pembunuhan. Sesampainya di TKP, Bowo langsung melakukan penyisiran. Ia melihat tubuh korban terlihat di atas ranjang dalam keadaan telanjang bulat dan tangan terikat pada besi ranjang. Mulut korban menganga dan mulutnya tertutup lagban. Namun yang jelas, korban meninggal karena tusukan sebuah bolpoint pada lehernya. Selain itu, ditemukan bekas ceceran sperma di atas ranjang. Mungkin pria tersebut sempat berhubungan seks sebelum menemui ajalnya. Satu barang bukti yang didapat adalah bungkus kondom dengan brand sebuah club gay terkenal, “Heaven”. Dari hasil olah TKP dan keterangan saksi dari pihak hotel, korban diketahui check in sekitar pukul 21.00 bersama seorang pria. Dari kartu identitas, korban bernama Budi, usia 35 tahun, sedangkan pria yang bersamanya belum diketahui identitasnya. Pria yang datang bersama korban itu sendiri diperkirakan meninggalkan kamar hotel sekitar pukul 24.00. Namun, belum bisa dibuktikan apakah pria tersebut yang telah membunuh korban atau bukan. Setelah penyisiran dirasa cukup, polisi kemudian mengembangkan kasus ini. Bowo mendapat informasi bahwa korban sebelum masuk hotel sempat terlihat berada di sebuah klub malam, yang menyajikan tarian telanjang sekitar pukul 20.00. Satu hal lagi yang diketahui oleh polisi, posisi tubuh korban saat ditemukan sama persis dengan cerita dalam sebuh novel. Novel dengan judul “Slave” tersebut bercerita tentang serangkaian pembunuhan yang terjadi di kalangan kaum homoseksual. Akan tetapi, polisi belum berani mengkaitkan kasus ini dengan novel “Slave”. Hanya saja, Bowo meminta Andi untuk mencari informasi tentang penulis novel tersebut. Andi adalah polisi muda asisten Bowo. Bowo sendiri akan mendatangi klub tarian telanjang tersebut untuk mencari info lebih Sesampainya di klub yang bernama “Heaven”, Bowo awalnya tidak berpikir macam-macam. Namun saat masuk ke dalam, ia tercengang dengan pertunjukkan yang sedang berjalan. Terlihat seorang pria muda, sekitar 25 tahun, sedang meliuk-liukkan badannya yang seksi di atas pentas. Pria muda berwajah tampan itu hanya mengenakan sebuah kancut yang menutupi kontolnya saja. Keringat yang keluar dari tubuhnya, membuat tubuhnya menjadi berkilat-kilat dan semakin seksi. Setiap gerakan yang ia lakukan, membuat penonton di klub tersebut, yang semuanya pria, berteriak-teriak. Mereka meneriakkan kata-kata supaya penari tersebut melepaskan kancutnya. Namun, penari tersebut masih belum mau melepaskannya. Ia terus saja menari dan melakukan gerakan-gerakan erotis yang semakin memanaskan suasana klub. Tidak terkecuali Bowo yang terkesima. Ia yang merasa dirinya normal 100%, sampai heran dengan perasaanya. Jantungnya berdegup kencang ketika melihat tarian penari tersebut. Tanpa sadar, kontolnya menjadi tegang. Ia sangat menikmati hiburan tersebut. Gerakan penari tersebut semakin panas, hingga akhirnya ia melepaskan kancutnya. Sekarang ia sudah telanjang bulat di atas pentas. Kontol yang sangat indah dengan bulu jembut yang lebat nan tercukur rapi, terpapar dengan mengairahkan. Para penonton sontak berteriak heboh saat itu semua terjadi. Apalagi saat penari dengan sengaja menggoyang-goyangkan pinggulnya sehingga kontolnya bergoyang-goyang, para penonton semakin riuh rendah. Lampu disko yang remang-remang semakin membuat tarian tersebut erotis. Bowo sendiri semakin bingung dengan dirinya. Dalam hati yang paling dalam, ia jujur menyukai suguhan tarian tersebut. Namun secara logis, ia langsung membantahnya sendiri. Saat ia sedang mengamati tarian tersebut, secara tidak sengaja mata Bowo dan penari tersebut saling beradu. 3 detik mereka berpandangan, hingga Bowo kemudian beranjak dari tempat ia berdiri menuju office untuk menemui sang manajer. Sedangkan penari itu terlihat terus memandangi Bowo yang beranjak pergi. Bowo meninggalkan bagian utama klub tersebut dan menuju office. Di sana ia menemui manajer klub ini, yang bernama Agus. Manajer dengan ramah menyambut kedatangan Bowo. Tanpa berbasa-basi, Bowo menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan kasus yang sedang ditangani. Tak dinyana, Agus mengatakan bahwa pria korban pembunuhan tersebut adalah pelanggan setia klub ini. Hampir seminggu 3 kali ia menyambangi klub ini. Baik untuk sekedar menikmati tarian erotis, ataupun mencari teman untuk kencan. Namun, manajer tersebut tidak bisa bercerita banyak karena tidak mengenal secara personal dengan korban. Ia hanya mengatakan bahwa ada salah satu penari di klub ini yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan korban. Bowo pun memutuskan untuk meminta manajer agar penari tersebut mendatangi kantor polisi esok hari untuk memberikan keterangan. Setelah urusan selesai, bowo langsung pulang. Saat berjalan menuju pintu keluar, ia sempat sedikit-sedikit mencari keberadaan penari yang dilihat tadi, namun sudah tidak ada. Bowo pun meninggalkan club dengan rasa penarasan yang masih tersisa. Keesokan paginya, Bowo menunggu kedatangan seorang penari yang diceritakan oleh manajer. Tak berapa lama, ia diberitahu apabila orang yang ia tunggu sudah datang. “pak, orangnya sudah datang. Sekarang sedang menunggu di ruang interogasi” kata salah satu bawahan. “Baik, saya akan segera kesana” jawab bowo sambil beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ruang interogasi. Ia berjalan sambil membaca file-file yang berisi kasus ini. Sesampainya di depan ruang interogasi, ia membuka pintunya dan langsung masuk. Ia kemudian duduk tanpa memperhatikan orang yang yang sudah ada di dalam. Hingga akhirnya, ketika ia akan mulai mengajak bicara, ia terhenyak kaget mendapati pria yang berada di depannya. Ternyata ia adalah penari yang tadi malam menari di Heaven. Beberapa saat bowo terdiam karena kaget. Pria yang di depannyalah yang akhirnya memulai bicara. “apa khabar?” tanya pria tersebut datar dan penuh ketenangan. Bowo terhenyak mendengar sapaan tersebut. “oh baik. Semoga anda juga begitu” balas bowo dengan nada yang sedikit gugup. Pria di depannya hanya membalas dengan senyuman kecil. “Kenalkan, nama saya bowo” kata bowo sambil mengulurkan tangannya, yang dibalas langsung oleh pria tersebut. “saya rio. By the way, ada apa saya di panggil ke sini?seumur-umur, saya belum pernah berurusan dengan pihak polisi” “begini, ada sebuah kasus yang sedang saya tangani. Kebetulan, anda mempunyai peran” “ooo begitu? Peran apa?” tanya rio dengan nada yang masih datar. “sementara ini sebagai saksi” “sementara? Jadi maksud anda, ada kemungkinan saya akan jadi tersangka?” kata rio. Sekarang nada bicaranya sedikit naik, tapi mukanya masih terlihat tenang. “mungkin saja. Tergantung dari keterangan yang anda berikan dan bukti-bukti yang kami dapat” jelas bowo. “oke, tidak masalah. Tapi, mohon jelaskan kasus yang ada terlebih dahulu” ucap rio sambil mengambil sebatang rokok. Namun belum sempat dihidupkan, bowo sudah melarangnya. “maaf, tidak boleh merokok disini”. Rio hanya tersenyum lagi. Lalu ia memasukkan rokok itu kembali ke bungkusnya. Kemudian, ia merubah posisi duduknya dan membalas tatapan mata bowo. Bowo ternyata belum berani beradu mata dengan rio. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan mulai menjelaskan kasus ini. Bowo pun menjelaskan panjang lebar mengenai kasus pembunuhan yang terjadi dan kaitannya dengan klub ini. Rio mendengarkan dengan seksama penjelasan Bowo. Saat sedang mendengarkan penjelasan itu, ia terus saja mengamati sosok Bowo. Ia baru menyadari bahwa polisi inilah yang kemarin malam berpandangan mata dengan dirinya. Lalu ia memperhatikan diri Bowo yang terlihat sangat menarik, penuh dengan kewibawaan. Rambut cepak khas polisi, wajah yang tampan, mata tajam, hidung mancung, dan bekas cukuran kumis dan jenggot yang hijau, membuat rio terkesima dengan Bowo. Wajah Bowo memang sangat manly. Apalagi ditunjang dengan tubuhnya yang sangat proposional. Baju warna biru muda yang melekat ketat di tubuh Bowo, membuat dada bidang Bowo terlihat jelas. Dengan otot lengan yang juga tampak berotot. Belum lagi bagian antara kedua paha yang terlihat sangat menonjol saat Bowo duduk, semakin membuat rio menikmati pria di depannya ini. Rio semakin tidak memperhatikan penjelasaan Bowo. Ia justru menjadi tertarik setengah mati pada Bowo. Bowo sendiri yang sedang menjelaskan permasalahan kepada rio, juga sempat mengamati sosok rio. Kemarin malam, di bawah temaram lampu disko, rio terlihat sangat seksi, dan sekarang ketika sudah dekat, rio jauh semakin menarik. Wajahnya lumayan tampan dengan senyum yang manis pula. “Ah..kenapa jantungku kembali berdetak keras”, begitu kata hati Bowo. Ia sangat heran karena ia tidak merasa sebagai seorang biseks apalagi seorang gay. Selama ini ia mempunyai orientasi seks yang lurus-lurus saja. Akan tetapi, saat melihat dan berhadapan dengan rio, ia menjadi ragu dengan dirinya sendiri. “Apakah Bowo menyukai sejenis?”kata hati Bowo kembali berkata. Namun Bowo berusaha untuk menepis perasaanya tersebut. “begitulah yang terjadi. Oleh karena itu anda berada disini” Bowo menutup penjelasannya. “terima kasih untuk penjelasannya. Tapi, saya tidak merasa berkaitan dengan kasus ini. Terlalu gegebah bila polisi menuduh saya” “bukan menuduh, untuk sementara menjadi saksi” “tapi apa bedanya? Toh, dalam memberikan keterangan, polisi akan memojokkan saya” nada bicara rio mulai naik. Terbersit sedikit kemarahan dari dalam dirinya. Namun, ia berusaha menahannya. “itu terserah bagaimana anda memandang kasus ini. Tapi yang jelas, anda harus memberikan keterangan” suara bowo tambah berwibawa. “baiklah, saya tidak akan berdebat lagi. Tapi, untuk saat ini saya tidak bisa memberikan keterangan. Ada pekerjaan yang harus saya lakukan” kata rio tanpa memandang bowo sedikitpun. Mungkin ia sebal dengan tuduhan bowo. “tapi...” kata bowo. “maaf, saya harus pergi. Dan ingat, saya meminta surat resmi, jika tidak, saya tidak akan memberikan keterangan apapun” ucap rio panjang lebar. Ia lalu bangkit dari duduk dan menuju pintu keluar. Saat itulah, rio menyempatkan mendekati bowo dan melatakkan tangannya di dada bowo sambil tersenyum nakal. Bowo kaget dan langsung menghindar. Rio pun meninggalkan ruangan. Di dalam ruangan, bowo masih berpikir keras, apa yang sedang terjadi?. Saat sedang berpikir keras, Andi menemui Bowo. Ia memberikan informasi perkembangan kasus ini. Menurut Andi, penulis novel “Slave” bernama Rio, yang juga seorang penari striptis di klub “Heaven”. Rio sudah menulis novel sekitar 5 buah.” jelas Andi. Mendengar nama rio dan tentang penari di klub striptis, Bowo langsung bisa menebak apabila pria yang baru saja ia temui tadi, sekaligus penulis novel. Ia serasa mendapat keterangan jelas. Nanti malam, ia berencana untuk menemui Rio. ..............

No comments:

Post a Comment