My Blog List

Saturday 13 March 2010

Petualangan Aji 2, Part 18

29

Kedua tanganku mencengkeram bongkahan pantat Zaki dengan erat. Kepalaku bergerak-gerak, kadang maju mundur kadang berputar-putar tepat di depan selangkangan Zaki. Batang kontol besar dan panjang milik Zaki, keluar masuk mulutku. Pipiku mengempot menyedot-nyedot batang itu. Batangnya tidak bisa kumasukkan kedalam mulutku seluruhnya. Meski sudah kupaksakan, hanya sekitar ¾ nya saja yang bisa masuk, itupun aku hampir muntah karena kepala kontolnya menyentuh tenggerokanku. Bener-bener deh batang si Zaki ini. Mulutku kewalahan dibuatnya.

Tangan kanan Zaki memegang belakang kepalaku, meremas-remas rambutku. Sementara tangan kirinya kulihat meremas-remas dadanya sendiri. Matanya terpejam-pejam, dari mulutnya keluar suara seperti orang kepedasan. “Ssshhhh.....ssshhh.......,” Sedangkan dari mulutku keluar suara-suara kecapan. Aku sangat menikmati oral yang kulakukan pada Zaki. Aku benar-benar merindukan hal ini. Aku tak menduga akan dapat menikmati batangnya seperti ini. Rasanya pengen bersyukur pada Tuhan, tapi apa mungkin? Masak kami melakukan apa yang dilarang oleh-Nya tapi malah mengucap syukur? Gak mungkin kan. Ah, gak peduli bersyukur sama siapa, yang pasti aku bersyukur dengan apa yang kualami saat ini.

Aku masih asik menyelomoti batang besar Zaki. Sesekali kulepaskan dari mulutku, kemudian ku kocok dengan tanganku. Setelah dua atau tiga kali kocokan, kembali kumasukkan kedalam mulutku. Lidahku mulai menjalar ke bawah. Menjalari buah pelernya yang kehitaman dan penuh rambut. Bentuknya mirip rambutan deh. Kuhisap buah itu kuat-kuat. Kumasukkan keduanya sekaligus dalam mulutku. Kuhisap kuat-kuat didalam mulutku. Zaki menggelinjang.

Jemari tanganku mencari celah dibelahan pantatnya. Ketika kutemukan, kurasakan daerah disekitar celah sempit itu juga rimbun dengan bulu-bulu halus. Kegelitik celahnya. Zaki menggelinjang lagi. Ujung jari telunjukku kugelitikkan ke pintu celahnya yang kurasakan benar-benar sempit itu. Kucoba menembusnya. Terasa kesat. Perlu pelicin sedikit nih.

Kubasahi jariku dengan ludah. Kemudian kucoba menembusnya lagi. Masih sempit dan cukup kesat. Kuludahi lagi jariku, hingga kurasakan celah itu semakin licin dan berkurang kekesatannya. Kini, sambil mulutku mengoral batangnya, jariku menyodok-nyodok celah sempitnya. Zaki mengerang semakin keras. Saat jariku mencoba menerobos semakin dalam Zaki merenggangkan kedua pahanya. Lobang pantatnya yang belum terbiasa disusupi sesuatu membuatnya kurang nyaman rupanya. Jariku yang masuk hanya satu, tapi kurasakan lobang pantatnya menjepit dengan erat. Kayaknya usahaku untuk menjebol celah ini membutuhkan kesabaran dan keuletan. Karenanya kulanjutkan terus mengoralnya sambil jariku menyodok keluar masuk celahnya.

Untuk orang yang baru pertama kali dioral atau ngentot, Zaki cukup piawai juga. Meskipun aku sudah mengoralnya cukup lama, ditambah lagi dengan rangsangan dicelahnya oleh jariku, ia belum orgasme juga. Beberapa kali kulihat ia menahan nafas dalam-dalam. Rupanya ia mengerti juga teknik menghindari ejakulasi dini dengan metode pengaturan pernafasan. Semakin banyak hal yang tak terduga mengenai Zaki yang kupahami saat ini.

Pengaruh sodokanku mulai terasa. Cengkeraman lobang pantatnya pada jari telunjukku tidak sekuat pada saat aku memulai menembus celah itu tadi. Kucoba menyusupkan jari tegahku. “Ouhhhhhhh........,” Zaki mengerang kembali. Rambutku diremasnya makin kuat. Dipicingkannya mata menahan sakit.

“Sakit Zak?” tanyaku.

“Terusinhh...aouhhh...,” jawabnya. Dia kesakitan, aku yakin itu. Namun dia tak menolak perlakuanku padanya. Malah menyetujui. Mendapat persetujuan darinya, kulanjutkan menyodoknya. Susah juga jari tengahku menyusup ke celah itu, menyusul jari telunjukku yang sudah bersarang disana. Mengingat ukuran diameter batang kontolku, paling tidak tiga jariku harus bisa menembus lobangnya. Agar nantinya Zaki tidak terkejut dan tidak terlalu kesakitan saat aku memasukkan batangku ke celahnya, nanti.

Meskipun aku sudah berniat untuk menganalnya nanti, aku akan memberikan kesempatan padanya untuk menyetubuhiku lebih dahulu. Sudah tak sabar aku ingin merasakan batang besarnya bersarang di lobang pantatku. Belum pernah aku dimasuki batang sebesar punya Zaki ini. Seperti apa rasanya ya?

30

Celah Zaki kini diisi oleh tiga jariku. Rasanya sempit banget men. Zaki semakin kesakitan setiap kali jariku bergerak keluar masuk celahnya. Meski kesakitan, Zaki tidak juga mencegah sodokanku, karenanya kulanjutkan saja. Mulutku terus mengoralnya.

Menit demi menit berlalu. Kurasakan sodokanku semakin mudah di celahnya. Kini aku dapat melakukan sodokan cepat di celah itu. Zaki terus mengerang-erang. Sesekali pahanya bergeser saat sodokanku menembus ke dalam celahnya. Kesakitannya belum hilang sepenuhnya. Tapi yang pasti lobang Zaki sudah siap menerima kehadiran batangku nanti.

Kulepaskan batang Zaki dari mulutku. Aku berdiri rapat dengannya. Kulumat bibirnya buas. Dia membalas dengan tak kalah buas juga. Batang kontolnya menempel diperutku. Kontolku juga menempel diperutnya. Kami saling menggesekkan tubuh.

“Zakkih...., masuki dirikuhhh....,” bisikku diantara ciuman kami yang membara. Zaki mengangguk. Kemudian ia membimbingku untuk berbaring di lantai kamar mandi yang kering. Pakaian kami berubah menjadi alas buatku. Aku berbaring telentang dengan paha mengangkang. Kontolku mengacung tegak. Zaki kemudian bersimpuh diantara selangkanganku.

Kedua pahaku ditopangkan diatas pahanya yang padat dan berbulu melingkar dipinggangnya. Jari tangan kirinya mencari celahku dan menguaknya, sementara tangan kanannya menggenggam batang besarnya yang mengacung sejajar dengan celahku. Kepala kontolnya menyentuh pintu celahku yang penuh rambut-rambut halus. Geli.

Sementara jari-jari tangan kirinya terus menguak celahku, memperlebar lobang sempit itu, kepala kontolnya pelan-pelan menyusup masuk ke celah yang terkuak itu. Rasanya benar-benar berbeda dari batang-batang lain yang pernah kurasakan. Begitu besar. Meskipun lobangku sudah tidak sesempit lobang perjaka, tapi saat ini aku merasa seperti perjaka yang baru pertama kali dimasuki kontol. Daging kepala kontolnya terasa begitu menggesek dinding celahku. Lumayan sakit, tapi, ohh, nikmat banget.

Kepala kontol itu secara perlahan terus maju memasuki celahku. Agak susah. Zaki terus menguak celahku dengan jarinya. Aku semakin kesakitan. Kesakitan seperti yang pernah kurasakan saat pertama kali Dino memperjakaiku, dulu. Ahhhh. Tanganku meremas pahanya kuat-kuat.

Batang itu terus masuk semakin dalam. Zaki menyeringai, wajahnya memerah. Bintik-bintik keringat mengkilat di dahinya. Sepertinya ia sangat keenakan oleh jepitan celahku yang mencengkeram kuat batang kontolnya. Zaki terus mendorong, menyumpalkan batang besar itu ke dalam celahku.

Aku mengerang, Zaki juga mengerang. Keringat membasahi tubuh kami berdua. Batang itu terus masuk kedalam, hingga akhirnya kurasakan jembut lebat Zaki menggesek bongkahan pantatku. Ahhh, akhirnya, batang itu masuk semua men. Tak ada yang tersisa. Tak ada celah. Batang itu memenuhi celah lobang pantatku.

Aku dan Zaki saling memandang. Saling senyum, puas, akhirnya batang besar itu dapat menyusup dicelahku dengan sukses. Kuremas-remas paha Zaki sayang, demikian pula Zaki meremas-remas pahaku sayang.

“Goyang Zakkhh,” kataku bergetar. Zaki mulai menggoyang pantatnya maju mundur. Pelan. “Ohhh...ohh...ohhh..,” desahku setiap kali dia menarik dan mendorong maju kontolnya dalam lobang pantatku. Seret, sangat menggesek dinding lobang pantatku. Sangat terasa.

Terus begitu, berulang-ulang. Precum yang keluar dari lobang kencingnya semakin membuat licin lobang pantatku. Membuat gerakan maju mundurnya semakin luwes. “Cleb, cleb, cleb, cleb,” suara dari gerakan maju muncur batang kontolnya di lobangku.

Zaki terus menggoyang, semakin lama semakin cepat. Aku semakin nikmat. Pantatku bergoyang-goyang cepat membalas goyangannya. Mulut Zaki mengeluarkan suara seperti orang kepedasan, “Sshh, sshhh, sshhh.”

Sementara dari mulutku keluar suara ber ahh, ahh, sekali-sekali ihhhhhhh, saat kontolnya membenam dalam-dalam di celahku sambil tanganku meremas bongkahan pantatnya yang putih dan padat itu. Oh, betapa nikmatnya.

“Terussshhhh,,, terushhh,,, yahhhh,,, dalahmmm,,,oh dalammmm Zakhhhh...,” aku memacu semangatnya untuk terus bergoyang dengan cepat. Zaki memompaku seperti kesetanan. Aku tak menemukan lagi wajah teduhnya seperti biasa, yang kulihat kini adalah wajah tampan Zaki yang penuh birahi. Menyeringai buas diantara erangan dan suara-suara mesum lain yang keluar dari bibir tipis kemerahannya.

Gerakan Zaki semakin cepat, semakin tak beraturan. Tubuhku terdorong-dorong maju akibat gerakannnya yang menghentak-hentak. Persetubuhan kami berubah menjadi sangat kasar. Tanpa kelembutan. Aku suka sekali. Ohhhh.... Akhirnya...............

“Ohhhhhh....ohhhhhhh......ohhhhhhhh....akuhhhh...sampaihhhh...Jihhhhh.....,” Zaki tiba orgasmenya. “Orghhhhhhhhhh..............”

Tangannya meremas buah pantatku keras. Kontolnya ditekan dalam-dalam ke lobang pantatku. Zaki membungkuk, mulutnya mencari pentil dadaku. Mengisapnya. Seperti anak bayi, Zaki mengisap pentil dadaku dengan kuat. Wajahnya dan seluruh tubuhnya bersimbah keringat. Otot-otot tubuhnya yang terbentuk bagus, menegang. Aku mendekap tubuhnya erat-erat.

Beberapa kali Zaki berkelojotan diatas tubuhku, saat spermanya berlompatan membasahi dinding lobang pantatku. Semburan spermanya terasa kencang dan hangat. Aku menggelinjang. Aku mengerang. Aku sangat menikmati orgasme Zaki didalam diriku.

Akhirnya dengan nafas terengah-engah, Zaki terbaring lemas diatas tubuhku yang masih telentang mengangkang. Dadanya yang menempel lekat di dadaku kurasakan bergerak turun naik dengan cepat. Kontolnya masih didalam lobang pantatku. Kucium pipi Zaki, kubelai rambut hitamnya yang basah oleh keringat. Zaki benar-benar kelelahan setelah memuaskan birahinya padaku.

Bersambung............

No comments:

Post a Comment