My Blog List

Saturday, 13 March 2010

Petualangan Aji, Part 8

25

Kembali ke Jakarta.

Aku, Dino, dan Kevin kembali dengan kegiatan akademik. Mas Bayu kembali dengan aktivitas kantornya. Sekali-kali kami masih suka ketemu berempat untuk melakukan pesta sex. Tapi yang paling rutin melakukan pesta sex adalah Dino dan Kevin. Kayaknya Kevin kini sudah jadi madu kakak kandungnya sendiri deh, hehe. Aku perhatikan paling tidak 3 hari dalam seminggu, masih berseragam, Kevin singgah ke rumah menemui Dino.

Kadang-kadang mereka mengajakku juga untuk bergabung. Tapi belakangan ini aku mulai bosan mengentot dengan mereka-mereka saja. Wajar dong. Aku kan bukan homo tulen. Ngentot dengan cowok bagiku gak lebih dari sekadar variasi memuaskan nafsuku saja yang kayaknya hiper. Dengan Mbak Ayu aku juga masih sering ngentot. Itu juga karena dianya sih yang suka ngerangsang-ngerangsang aku. Coba bayangin aja, masak aku lagi asik makan siang di dapur dia duduk di hadapanku dengan rok pendek mengangkangkan pahanya lebar-lebar, sementara dia tak memakai celana dalam! Ya udah kusuruh aja dia ngoral kontolku sambil aku terus makan. Bukan salahku kan?

Di sekolahku banyak juga cowok-cowok cakep. Salah satunya yang duduk semeja denganku ini. Namanya Irfan. Anaknya lumayan alim. Gak mau gangguin cewek, kalo ngaji bacaannya bagus lo. Tubuh kami sama tingginya. Meskipun bodynya gak seatletis aku, tapi proporsional. Kulitnya putih bersih. Yang suka membuatku deg-degan adalah bila memandangi wajahnya yang teduh banget itu. Sejak merasakan nikmatnya ngentot dengan cowok, aku jadi mulai memperhatikannya. Semakin lama akhirnya aku semakin terangsang dengan dia. Seringkali, meskipun sambil sembunyi-sembunyi, aku suka memperhatikan selangkangannya. Kayaknya kontolnya gede juga tercetak di balik celananya yang lumayan ngepas itu.

Sebelum berangkat ke Bali kemaren sebenarnya aku sudah menyusun rencana untuk ngerajain dia. Tapi tak pernah ketemu momen yang tepat. Sampe akhirnya sekarang ini. Aku dan Irfan kan sama-sama aktif di kegiatan Pramuka. Sabtu dan Minggu ini, Pramuka sekolahku akan mengadakan Perkemahan di daerah pegunungan di Bogor. Aku rencanain dalam perkemahan kali ini aku harus bisa ngerjain dia sepuas-puasnya.

Jum’at sore kami berangkat dengan menyewa sebuah bus. Peserta perkemahan kali ini tidak terlalu banyak banyak termasuk senior ada 15 cowok dan 5 cewek. Ada 3 cowok junior yang jadi perhatianku juga lo. Tapi cerita mengenai mereka entar aja. Pasti lo akan gua ceritain juga deh.

Selama dalam perjalanan kami menyanyi-nyanyi. Ada lima orang termasuk aku dan Irfan yang merupakan Pramuka senior. Kami berlimalah yang memandu junior kami dalam perjalanan ini.

Ketika kami tiba di lokasi perkemahan hari sudah mulai gelap. Segera kami memerintahkan kepada junior untuk mendirikan tenda, membuat api unggun dan lain sebagainya. Tak lama sudah berdiri empat buah tenda disitu. Satu untuk senior, tiga lagi untuk junior.

Malam itu kami mengerjai para junior dengan dalih latihan mental. Ketika hampir menjelang subuh baru kami mengistirahatkan mereka. Selesai sholat subuh kami menyuruh mereka untuk tidur sejenak. Pukul 07.00 pagi mereka sudah kami bangunkan untuk mandi dan beres-beres. Angga, Rudi, dan Dedi tiga orang teman kami bertugas untuk memandu para junior hingga siang nanti. Sementara aku dan Irfan kebagian jatah untuk acara siang sampe malam. Karenanya pagi ini kami punya kesempatan untuk berisitirahat. Rencana mesumku untuk Irfan udah gak terbendung lagi, harus kurealisasikan pagi ini. Nafsuku sudah tak bisa kutahan lagi apalagi setelah tadi malam ketika tidur aku sempat meremas kontolnya yang ternyata gede seperti dugaanku. Untuk dia gak sadar.

Pukul 08.00 pagi acara dimulai. Aku mengajak Irfan untuk mandi. Kami segera menuju sungai yang letaknya lumayan jauh dari lokasi perkemahan. Begitu sampai ditempat mandi biasanya Irfan bersiap-siap untuk membuka pakaiannya. Aku melarangnya.

“Fan, kita susuri arus sungai ini yok,” ajakku.

“Buat apa?” tanyanya bingung.

“Gimana sih elo, masak anak Pramuka gak punya jiwa petualang elo ini?” tanya gua memancingnya. Irfan kena pancinganku, merasa tertantang dia mengikuti ajakanku. Berdua kami menyusuri arus sungai itu menuju ke arah hulu. Hampir lima belas menit kami berjalan ketika kemudian tiba di daerah yang menurutku cukup tertutup dengan pepohonan sehingga rencanaku mungkin dapat tercapai. Banyak batu-batu besar disitu dan sungainya lumayan dalam. Lokasinya sangat sepi hanya terdengar suara kicau burung dan suara gemerisik daun yang tertiup angin.

“Nah disini asik nih Fan untuk mandi,” kataku.

“Bener juga Ji. Untung lo ajak kita susuri arus sungai ini. Entar anak-anak kita ajak mandi disini juga ya,” katanya. Aku mengangguk saja, sambil satu demi satu kulepaskan pakaianku. Kontolku udah ngaceng berat membayangkan apa yang bakalan terjadi. Apalagi sejak menyusuri sungai tadi aku selalu berjalan dibelakang, terus memperhatikan pantat Irfan yang bagus.

Tanpa malu-malu aku lepaskan seluruh pakaianku di depan Irfan sehingga aku telanjang bulat. Kontolku berdiri tegak menantang. Irfan kaget melihat kontol gedeku yang mengacung keras ke atas.

“Kok lo ngaceng gitu Ji?” kata Irfan bingung.

“Ya iyalah, wajar kan kalo pagi-pagi ngaceng,” jawabku santai. Kugenggam dan kugoyang-goyangkan kontolku didepan Irfan.

“Buka dong baju lo Fan, punya lo segede punya gua gak?” tanyaku.

Dengan ragu Irfan membuka pakaiannya. Namun ia belum mau menelanjangi dirinya. Dengan bercelana dalam segi empat dia berjalan memasuki sungai. “Fan, kolor lo kok gak dibuka?” tanyaku

“Buat apa?” tanyanya santai.

“Buat apa??!!! Ya buat aku lihat,” jawabku tapi dalam hati, yang terucap dibibirku adalah, “Masak gua bugil, lo enggak.”

“Siapa suruh lo bugil,” jawabnya.

“Mmmmm..gua tau. Lo malu ya karena kontol lo lebih kecil dari gua,” kataku dengan nada mengejeknya.

“Enak aja,”

“Ya udah deh. Kesian juga lo, badan gede, kontol kecil gak matching, hehehehehe,” aku terus mengejeknya sambil kuayun-ayunkan kontolku bangga. “Emang orang yang berkontol kecil suka minder Fan, paham gua. Gak papa kok,” kataku semakin memanas-manasinya.

“Enak aja lo,” terpancing lagi dia. Dengan terburu-buru dibukanya kolornya lalu dilemparkannya ke tepi sungai. “Liat nih!” katanya sambil berdiri berkacak pinggang di depanku. Mmmmmmm......tubuhnya oke lo, putih bersih dengan bulu-bulu halus tumbuh di paha, kaki, dan terutama di pangkal kontolnya sungguh membuatku terangsang. Kontolnya masih tertidur. Gede juga kontolnya itu. Kepala kontolnya lumayan besar, batangnya menjuntai kebawah melewati dua buah pelirnya yang kehitaman sekitar 2 cm. Kupandangi tubuhnya tajam.

“Ngapain lo liat-liat gua Ji?” Irfan tersadar kalo mataku tak lepas dari tubuhnya, terutama daerah selangkangan, tangannya segera menutupi kontolnya.

“Ya elo, sama cowok juga, pake acara malu,” kataku berusaha setenang mungkin. Padahal jantungku sudah bergemuruh saat itu.

“Gedean mana punya kita Fan?” tanya gua mendekatinya.

“Ah gak usah pake acara ngukur-ngukur deh,” katanya. Irfan segera masuk kedalam sungai. Kuikuti dia. Kami berenang-renang disungai itu. Saling menyembur-nyemburkan air seperti anak kecil. Kami bermain-main sepuasnya. Kadang-kadang seperti tak kusengaja ku sentuh pantatnya atau kontolnya. Atau aku pun pura-pura mengejarnya lalu setelah dapat kutangkap dia, kupeluk erat tubuhnya dari belakang, sehingga tubuh kami lengket. Kontolku yang tegak dan keras itu menyatu dengan kulit buah pantatnya. Kalo sudah begitu Irfan akan mendelik kepadaku, aku tertawa-tawa dan berlari menjauh darinya. Setelah lumayan jauh ku ejek dia dengan mengarahkan pantatku yang bergoyang-goyang kepadanya. Nafsuku semakin bertambah-tambah saja. Tak tahan lagi aku. Kapan nih kesempatan yang cocok.

“Capek Ji,” katanya tiba-tiba. Irfan kemudian duduk di atas salah satu batu kali yang cukup besar. Dijuntaikannya kedua kaki jenjangnya sambil menyepak-nyepak aliran air sungai dibawahnya. Nafsuku naik sampai ke ubun-ubun melihat pemandangan di depan mataku itu. Tak akan kusia-siakan momen angs agat tepat ini. Kudekati Irfan, kusergap pinggangnya, mulutku menyerbu kontolnya yang masih tidur. Irfan kaget.

Meronta-ronta Irfan berusaha dia melepaskan diri dariku. Sekuat tenaga kutahan pinggangnya. Kontolnya kusedot sekuat-kuatnya. Irfan menggelinjang hebat akibat sedotanku itu. Kakinya mengejang. Pasti dia merasakan nikmat ketika kontolnya kusedot itu. Rontaannya mulai melemah. Kontolnya mulai membesar dan semakin besar. Irfan mulai membiarkan aku menyedotnya. Kutengadahkan kepalaku untuk melihat wajah Irfan. Irfan kulihat sedang serius memperhatikan kontolnya yang sedang kusedot. Kutatap matanya, dia membalas tatapanku dengan bingung namun pengen.

Mulutku terus menari-nari dikontolnya. Batangnya kujilat-jilat, hisap, gigit-gigit kecil. Aku mulai mendengar rintihan-rintihan halus dari mulut Irfan. Matanya tertutup rapat, tangannya meremas-remas bahuku. Irfan sudah menikmati tarian mulutku di kontolnya kayaknya. Gairahnya mulai bangkit. Aku mau ngerjain dia nih. Ketika dia sedang dalam keadaan nafsu begitu tiba-tiba kulepaskan mulutku dari kontolnya. Irfan membuka matanya. Dilihatnya aku berjalan ke pinggir sungai lalu mengambil pakaianku satu-satu.

“Ji, mau kemana?” panggilnya.

“Balik,” jawabku

Irfan mengejarku. Lalu dicekalnya tanganku.

“Ji, kok lo gitu sama gua?” tanyanya.

“Gua kenapa emangnya?” tanyaku pura-pura bodoh.

“Ji, kontol gua nih. Lo harus tanggung jawab,” katanya sambil menggenggam kontolnya yang sudah tegak kaku itu.

“Maksud lo?”

“Selesaikan dong,”

“Lo kan bisa onani disitu,”

“Gak mau, pake mulut lo kayak tadi!”

“Tapi ada syaratnya,”

“Terserah,”

“Lo harus nurutin apa kata gua nanti,”

“Terserah,”

“Janji dulu,”

“Iya janji,”

“Ya udah, duduk situ!” perintahku. Irfan menurut seperti kerbau dicucuk hidungnya.

Kembali kegiatan mengoral kontol Irfan kulanjutkan. Irfan duduk mengangkang di pinggir sungai aku menungging didepannya, kepalaku bersarang damai diselangkangannya. Kontol gedenya menancap dengan nyaman dimulutku.

Irfan benar-benar menikmati selomotan kontolku. Mulutnya meracau, mengeluarkan kata-kata tak jelas, dan mendesis-desis seperti kepadasan. Tanpa disadarinya aku mulai membawanya untuk bersiap ke babak selanjutnya. Sambil menyelomoti kontolnya jari tanganku mulai menyodok-nyodok lobang pantatnya. Irfan terus mengerang-erang keenakan. Tanpa disadari Irfan tiga jariku sudah keluar masuk tanpa henti berulang-ulang menyodok lobang pantatnya.

Dua puluh menit berlalu ketika tiba-tiba Irfan menggenjot-genjot pantatnya turun naik sehingga kontolnya menyodok-nyodok tenggorokanku. Tiba-tiba kontolnya menyemprotkan sperma ke dalam mulutku. Erangannya keras memecah kesunyian. Kuhisap kontolnya sedalam-dalamnya. Sebagian spermanya kutelan, sisanya kutumpahkan di telapak tanganku.

Irfan merebahkan dirinya telentang dengan kedua tangan merenggang lebar-lebar mempertontonkan bulu ketiaknya yang basah, halus dan lebat. Tubuhnya berkilat oleh bintik-bintik keringat. Nafasnya memburu. Dada nya bergerak turun naik dengan cepat.

Tak mau berlama-lama segera kukangkangi tubuh Irfan. Kupandang matanya. “Sekarang giliran gua,” kataku padanya. Kuangkat kedua kakinya sehingga membentuk huruf V ke atas. “Ji, gua masih lemes,” katanya lirih.

Tak kupedulikan kata-katanya. Telapak tanganku yang penuh spermanya kusapukan di lobang pantatnya. Tanpa basa-basi kutekan kontolku ke lobang pantatnya yang lembab dan licin oleh spermanya sendiri itu. Irfan mengerang keras. Digigitnya bibir bawahnya tanda kesakitan. Tak kupedulikan kesakitannya itu. Akupun dulu merasakannya ketika pertama kali. Namun setelah itu Irfan pasti akan ketagihan seperti aku sekarang ini. Terus kupaksa memasukkan kontolku ke rongga pantatnya yang masih sempit itu.irfan kembali mengerang.

“Jihhh..., sakhkitt..jih.....,” katanya diantara erangannya.

“Ohhohh..anakhh..pramukhahh....harus tahan sakithhh..ihh...,” jawabku.

Kontolku mulai terbenam di lobang pantatnya. Aji kembali mengerang, pasti karena gesekan kontolku di dinding lobang pantatnya. Memang bagi pemula itu akan terasa sangat sakit sekali. Tapi Irfan harus merasakannya sekarang, kalo tidak ia tidak akan pernah merasakan kenikmatan nantinya. meskipun membutuhkan usaha yang cukup ulet, akhirnya kontolku seluruhnya dapat terbenam di lobang pantat Irfan. Irfan kulihat sangat kepayahan. Keringat semakin membanjiri tubuhnya. Kontol gedenya lemas. Irfan sangat kesakitan pasti.

Kucoba menarik kontolku keluar pelan, ohhhhhhrgghhh... seret banget rasanya. Kontolku terasa dicengkeram sangat kuat. Irfan mengerang tertahan. Matanya terpejam erat. Belum sampe keluar sepertiganya, kusorong lagi masuk kontolku kedalam. “Ohh...., enak bangethhh,” desahku keenakan. Kutarik lagi, lalu kubalas sorong. Demikian seterusnya hingga gerakan tarik sodokku semakin cepat dan cepat. Kepalaku terangguk-angguk seirama dengan genjotan pantatku. Dengusanku seperti banteng ngamuk. Sementara Irfan dibawahku tak henti-hentinya mengerang-erang. Aku tak tahu apakah dia mengerang karena kesakitan atau malah keenakan, tapi tangannya tak henti-hentinya meremas-remas pantatku sekaligus membantu menghentak-hentakkan pantatku.

Mulut kami pun tak lupa untuk bergumul. Entah sudah berapa banyak ludah Irfan aku hisap demikian juga sebaliknya. Rasanya sungguh nikmat. Erangan, rintihan, dengus nafas memburu kami terdengar sangat jelas diantara suara riak air sungai dan gemerisik daun-daun di sekitar aliran sungai itu.

Akhirnya datang juga orgasmeku. Spermaku menyembur-nyembur membasahi lorong rongga pantat Irfan. Aku berkelojotan, pantatku kutekan kuat-kuat membenamkan kontolku sedalam-dalamnya. Bibir Irfan kulumat tanpa ampun. Mulutku mengeluarkan erangan yang aku rasa sangat keras. Aku tak peduli, karena kupikir tak ada manusia yang akan mendengar kami. Irfan sendiri menggesek-gesekkan kontolnya ke perut ku. Tak lama kurasakan perutku basah oleh caian kental. Rupanya Irfan orgasme untuk kedua kalinya.

26

Kucabut kontolku dari sarang kontol milik Irfan yang sangat sempit itu. Kontolku basah dengan cairan sperma kental milikku sendiri. Kemudian aku berguling, berbaring telentang disebelah Irfan yang masih telentang mengangkang. Tak ada suara. Irfan dan aku hanya menatap lurus ke langit biru. Menikmati orgasme yang begitu nikmat. Tubuh basah oleh keringat, perut penuh dengan cairan lendir putih kental, dada turun naik dengan nafas memburu.

Hampir setengah jam kami merilekskan tubuh. Ketika kemudian aku memiringkan tubuhku tidur menyamping dengan tangan mengganjal kepalaku. Kupandangi Irfan. Irfan balas memandangku malu-malu. Tanganku yang satu lagi meraba lembut daerah sekitar lobang pantatnya.

“Masih terasa sakit Fan?” tanyaku lembut. Irfan hanya menjawab dengan anggukan lemah. “Sakit banget?” tanyaku.

“Tadi iya, sekarang udah gak terlalu, cuman jadinya sekarang terasa kosong.”

“Mau disumpel lagi,” tanyaku dengan senyum menggoda.

“Jangan sekarang dong,” jawabnya manja, tangannya mencubit perutku. Dia mulai bermanja-manja denganku nih. Tangannya juga sudah nakal memegang-megang kontolku yang lengket.

Penolakan Irfan hanya tinggal kata-kata kosong belaka. Tak sampai lima menit kemudian, aku kembali menggagahi Irfan. Kali ini di dalam sungai. Irfan berdiri dengan sedikit membungkuk, sambil memegangi batu kali, sementara aku menggenjotnya seperti kesetanan dari belakang.

Bersambung.........

No comments:

Post a Comment