My Blog List

Saturday 13 March 2010

Petualangan Aji, Part 2

4

Pelan-pelan aku mendengar dengkuran halus Dino diatasku. Dia sudah tertidur rupanya. Benar-benar dia hanya memikirkan dirinya sendiri saja. Tiba-tiba kembali aku kesal padanya. Kontolnya saja masih menikmati kenyamanan lobang pantatku namun ia sudah melupakanku. Aku marah padanya. Tanpa memperdulikan dia anak majikanku, kemudian aku menolak tubuhnya kasar. Kontolnya terlepas dari lobang pantatku. Dia terbangun. “Ada apa?!!!” tanyanya bingung.

Tak kupedulikan dia lalu dengan kasar aku telentangkan tubuhnya dan aku tindih. Dino meronta-ronta. Mau dia rajin olahraga tetap saja tubuhku lebih kuat darinya. Akhirnya seperti aksi UFC di televisi aku berhasil membuatnya telentang pasrah dengan kedua paha mengangkang lebar.

Dengan paksa kumasukkan kontolku yang besar itu ke lobang pantatnya, tanpa kondom. Dia kelihatan protes, terlihat dari delikan matanya, tapi mulutnya tak lagi bisa bersuara akibat telah kusumpal dengan sobekan celana dalam miliknya. Dia terus mencoba melawan, tangannnya mencakar-cakar punggungku, namun itu malah semakin membuatku bergairah. Dengan paksa kontolku kubenamkan ke lobang pantatnya, delikan Dino semakin lebar, aku yakin dia sangat kesakitan namun tak bisa menjerit.

Aku sendiripun kesusahan memasukkan kontolku ke lobangnya. Entah karena kontolku yang sangat besar atau karena lobang pantatnya yang sangat sempit, sangat susah rasanya membenamkan kontolku disana. Keringat ku kembali bercucuran. Namun aku paksa terus. Akhirnya batang itupun dapat masuk namun hanya ¾ nya saja kurasa. Segera kontol itu ku goyang tarik tusuk. Sangat susah aku melakukaannya, aku merasakan kontolku dicengkeram sangan ketat. Namun terus kulakukan gerakan itu. Tapi dalam tempo yang masih sangat lambat. Dibawahku Dino mencakarku dengan sangat keras, aku rasa punggungku berdarah, mungkin dia sangat kesakitan. Kondomnya terlepas akibat gesekan kontolnya di perutku, spermanya tumpah ruah di perut kami, menyebabkan daerah perut kami licin.

Tak lama goyanganku semakin lebih lancar, rupanya kontolku sudah dapat beradaptasi disitu. Akhirnya kontolkupun dapat masuk seluruhnya, goyanganku pun dapat kupercepat. Aku pandangi wajah Dino dengan senyum menyeringai, sementara dia menatapku dengan tatapan sangat marah. Goyanganku semakin pelan, dan aku lihat mata Dino mulai terkatup-katup, aku buka sumpalan mulutnya. Dari mulutnya terdengar erangan-erangan, dia sudah keenakan juga rupanya. Ketika dia membuka matanya aku tersenyum seindah mungkin padanya, namun dia malah membuang muka meskipun erangannya tak bisa disembunyikannya. Buktinya kedua tangannya asik meremas belahan pantatku, dan pantatnya juga bergoyang lembut membalas goyangan ku. “Dasar muna,” kataku dalam hati. Tapi aku tak peduli dia mau buang muka lagi atau enggak yang penting aku enak. Goyanganku tetap kulakukan seintens mungkin. Dan dari erangannya aku tahu si anak manja ini bener-bener keenakan.

Buktinya sekarang dia malah dengan bernafsu menggoyangkan pantatnya naik turun menduduki kontolku. Sementara aku telentang dibawah meremas-remas dadanya. Wajahnya tetap saja tak mau melihatku, kalo tiba-tiba kami bertemu pandang dia cepat mengalihkan pandangannya, namun tetap saja dia menggenjot-genjot.

Tiba-tiba aku merasa kontolku akan meledak. Aku dorong dia, kupaksa dia telentang tak kucabut kontolku dari lobangnya. Lalu aku tindih dia, kupegang kedua pipinya, kupandangi matanya. Aku ingin ketika muncrat memandangi matanya. Kupaksa dia memandangiku. Lalu pantatku bergoyang cepat-cepat-cepat.

“Hoh…hoh…hoh…hoh…hoh…..hoh….hoh…..hoh…..,’” suara deru nafasku.

Kucium mulutnya dengan penuh nafsu ketika aku merasakan spermaku melompat ke luar, menyembur-nyembur membasahi dinding-dinding anusnya. Semburan spermaku begitu deras dan banyak. Aku merasakan lobang pantatnya berkedut-kedut saat menyambut semburanku. Aku memejamkan mataku menikmati sensasi semburan spermaku. Lalu kami pun ambruk diatas tempat tidur. Tertidur, kelelahan.

Ketika aku terbangun karena merasa kontolku akan kembali mengeluarkan sperma, aku kaget melihat Dino sedang duduk mengangkangi kontolku sambil mengocok-ngocok kontolnya sendiri. Aku tersenyum padanya, dan dia tetap membuang muka. Rupanya anak manja ini benar-benar ketagihan dengan kotolku, bisikku dalam hati. Tak kupedulikan kemuna-annya, malah ku hentakkan pantatku bergoyang cepat seperti piston naik turun membalas goyangannya, Dino mengerang-erang keenakan.

5

Sebulan kemudian.

Baru saja aku meletakkan tas sekolah di atas meja dan berencana untuk merebahkan tubuh sejenak di atas ranjang ketika terdengar ketukan di pintu kamarku. Suara Mbak Ayu sayup-sayup terdengar memanggil namaku, "Ji…Aji….dipanggil Nyonya," katanya. Bergegas kubuka pintu kamar, "Ada apa Mbak?" tanyaku. Didepanku berdiri Mbak Ayu dengan senyum genitnya. Mbak Ayu ini betul-betul ayu lo, sesuai dengan namanya. Ditambah lagi tubuhnya oke punya. Dia ini janda muda tanpa anak, 20 tahun, yang ditinggal mati suaminya karena kecelakaan kereta api. Ketika musibah itu terjadi usia pernikahan mereka baru 2 minggu. Wajar kalau Mbak Ayu ini bawaannya ngeres aja kalo liat cowok, apalagi yang lumayan cakep dan atletis kayak aku. Sorry jek, bukannya ge er, tapi survey emang membuktikan, hehe.

"Kamu itu ditunggu Nyonya di ruang tamu, ada yang mau diomongin," katanya. Sambil ngomong tangannya meremas dadaku. "Kamu ini kekar ya Ji.." katanya ndesah. Dasar genit, kesempatan dalam kesempitan dia. Segera ku tinggalkan dia, soalnya kalo dibiarin entar aku ngaceng, kan repot.

Aku segera menuju ruang tamu. Kulihat Nyonya Arifin Wijaya, sedang asik membaca majalah wanita di sofa. "Ada apa Nya?" tanyaku pelan. Nyonya meletakkan majalahnya di meja, "Duduk Ji. Kamu itu udah berapakali saya bilang jangan manggil Nyonya tapi kok masih tetap saja manggilnya begitu. Panggil ibu saja." Aku cuman mengangguk mendengar kata-katanya itu. Aku sungkan memanggilnya ibu, soalnya yang lain juga memanggil Nyonya kepadanya.

"Bagaimana nilai raport mu tadi Ji, bagus kan? Ibu yakin kalo nilai kamu pasti bagus-bagus. Rajin belajar terus ya," katanya. Aku kembali cuman mengangguk-angguk. "Dino juga tadi nilainya lumayan bagus, udah ibu ambil tadi. Merahnya cuman tinggal dua aja. Padahal biasanya kan kebakaran ya Ji," dia tertawa. Aku tersenyum mendengar komentarnya tentang Dino. Hebat juga si Dino, kataku dalam hati, raportnya kali ini hanya menyisakan 2 merah, biasanya, mmmmm, susah nyari warna hitam di raportnya itu. Tiba-tiba kontolku ngaceng, aku jadi teringat Dino. Teringat pada aksi persenggamaan kami yang benar-benar hot. Lamunanku buyar ketika kudengar Nyonya berkata, "Jadi berhubung ibu gak bisa menemani dia, maka kamu ikut bersama Dino ya Ji. Itung-itung hadiah kenaikan kelas buat kamu juga."

Aku bengong. "Menemani kemana Nya…eh Bu?" tanyaku. Gara-gara melamunkan Dino tadi, aku tak mendengar kata-katanya. "Lo kan udah ibu bilang tadi, kamu gak dengar ya. Melamun ya kamu?" Aku nyengir malu karena ketahuan olehnya kalau sedang melamun. "Maaf, bu," kataku.

"Ya udah gak papa, begini Ji. Ibu sama Bapak kayaknya harus kembali ke Hongkong besok. Sementara Ibu udah janji sama Dino kalo liburan kali ini akan membawanya jalan-jalan ke Bali. Tapi karena Ibu sama Bapak gak bisa, maka ibu ajak dia ke Hongkong aja, tapi kamu kan tau gimana adatnya Dino, dia gak mau. Soalnya kan rencana keberangkatan yang ke Bali ini Dino mau ngajak pacarnya, siapa itu namanya…mmmm………." Nyonya berusaha mengingat-ngingat nama seseorang.

"Grace bu." Jawabku

"Ya si Grace itu, sama adiknya. Nah karena ibu gak bisa makanya ibu rasa lebih bagus kamu nemeni Dino ke Bali sekalian hadiah kenaikan kelas kamu juga lah," katanya.

"Nanti saya mengganggu acara jalan-jalan Mas Dino sama temen-temennya bu," kataku memotong

"Ya enggak, lagipula ibu udah ngomong kok sama Dino. Katanya gak masalah. Lagipula yang berangkat juga bukan kalian berempat saja kok. Kalian akan ditemeni sama salah seorang staf kepercayaan Bapak di kantor, dia nanti yang akan mengurusi semua urusan kalian disana. Jadi kalian nanti tinggal jalan-jalan saja disana."

Nyonya memberikan aku uang saku, satu juta jek, baru sekalinya itu aku pegang duit pecahan seratus ribu sampe sepuluh biji sekaligus. Aku mengucapkan terimakasih banyak padanya. Nyonya sekeluarga memang betul-betul baik padaku, aku sudah dianggap seperti anak sendiri.

6

Sore itu tuan memperkenalkan kepadaku dan Dino stafnya yang akan mendampingi kami. Namanya Bayu. Orangnya ganteng, tinggi dan atletis. Umurnya mungkin sekitar 27 tahun. Selanjutnya kami dibiarkan oleh Nyonya dan Tuan untuk ngobrol-ngobrol dengannya. Mungkin supaya kami biasa terbiasa dengannya.

Kayaknya aku yang banyak ngobrol dengan Mas Bayu, begitu aku memanggilnya. Sementara anak manja itu, alias Dino, cuek saja. Paling dia bertanya satu-satu. Selanjutnya dia pergi menelpon pacarnya untuk memberitahukan rencana keberangkatan. Mas Bayu orangnya asik diajak ngobrol, mungkin karena hobi kami banyak kesamaannya sehingga jadi mudah nyambung. Akhirnya aku tahu kalau Mas Bayu ini baru saja menikah 3 (tiga) bulan lalu. Dan istrinya sekarang sedang hamil 2 (dua) bulan. Tokcer juga bibit Mas Bayu ini rupanya, hehehe.

Menjelang maghrib Mas Bayu pulang. Katanya bersiap-siap untuk keberangkatan ke Bali besok. Memang keberangkatan kami ke Bali besok dilakukan bersamaan dengan keberangkatan Tuan dan Nyonya ke Hongkong yang juga besok.

7

Bali euyy…

Tak pernah sebelumnya aku membayangkan dapat menjejakkan kaki ke pulau dewata ini. Tapi akhirnya…….

Kami menginap di sebuah hotel mewah di Bali. Tak perlu disebutkan namanya karena tak ada sponsor disini, hehehehe. Mas Bayu membooking tiga kamar untuk kami berlima. Satu untuk Grace, satu untuk Dino dan Kevin adik Grace, dan satu untuk aku dan Mas Bayu. O ya aku belum menceritakan Kevin ini. Kevin ini masih akan naik ke kelas 2 semester depan. Orangnya tinggi, gantenglah pasti, dan pendiam. Hobinya basket, makanya tak salah kalo bodynya mulai terbentuk dengan bagus. Yang paling aku suka darinya adalah tatapannya yang tajam kayak elang. Kalau tentang Grace, mmm, kayaknya gak ada yang perlu diceritain kan. Elo juga kalo gua ceritain bakalan bosan. Yang pasti dia sempurna untuk seorang perempuan.

Selesai makan malam di restoran hotel, Dino permisi pengen ngajak Grace jalan-jalan di sekitar hotel. Mas Bayu mengizinkan, kami maklum aja, soalnya yang namanya pacaran kan maunya lengket terus. “Enaknya kita ngapain nih?”, tanya Mas Bayu. “Masak masih sorean begini kita langsung pada tidur? Masih jam 7 nih” katanya melihat jam tangannya. “Iya mas, aku juga bakalan bosan kan di kamar sendirian, soalnya Dino udah ngabur sama Grace,” kata Kevin mendukung pendapat Mas Bayu.

“Gimana kalo kita renang di kolam renang hotel aja, mau? Biasanya banyak bule-bule pada renang, lumayan kan buat cuci mata,” usul Mas Bayu.

“Boleh juga usulnya mas, hehehehehe,” Kevin cengengesan. Aku hanya mengganguk-angguk setuju aja, bergaya cuek, padahal aku ngiler juga bayangin cewek bule, ya cowoknya juga deh, pada pake pakaian renang. Hehe.

Segera kami mengambil pakaian renang di kamar masing-masing, lalu menuju kolam renang hotel. Benar apa yang dikatakan Mas Bayu, memasuki lokasi kolam kami langsung disambut tubuh-tubuh semi bugil bule-bule, baik cewek maupun cowok, bikin mata belekan langsung bersih deh.

Kami bertiga menuju ruang ganti untuk bertukar pakaian. Di ruang ganti aku berkesempatan juga menikmati tubuh indah Mas Bayu dan Kevin yang bugil. Kontol mereka gede-gede juga, cuman tetap saja kontolku ini belum ada yang ngalahin.

Namanya cuci mata, harap dimaklumi saja kalau acara renang kami lebih banyak di pinggir kolam dari pada nyebur ke dalam kolamnya. Mas Bayu malah sudah asik ngobrol di pinggir kolam dengan seorang cewek bule yang benar-benar sexy. Buaya juga rupanya Mas Bayu ini, kesempatan jauh dari istri benar-benar dimanfaatkannya semaksimal mungkin. Tangannya seringkali dengan cueknya menepuk paha mulus milik cewek bule itu. Aku dan Kevin hanya cengengesan saja melihatnya.

Pukul 8 malam kami kembali ke kamar. Dino dan Grace belum balik. Akhirnya kami nonton televisi dan ngobrol di kamar Kevin bertiga. Obrolannya ya seputar cewek sexy teman ngobrol Mas Bayu tadi. Kata Mas Bayu dia orang Venezuela, pantes kulitnya agak coklat dan yang paling penting dia memberikan nomor kamarnya pada Mas Bayu dan janjian besok malam Mas Bayu maen ke kamarnya. “Asik dong Mas, besok,” kataku.

“Asik dong, lumayan lah, daripada onani. Soalnya aku kalo gak ngeluarin sperma satu hari aja, gak tahan, maklumlah penganten baru, hehehehe,” katanya.

“Sama mas, aku juga,” kata Kevin. Dasar pada punya birahi tinggi nih, kataku dalam hati. Sama aja denganku rupanya. Hehehe. “Apalagi abis liat yang tadi itu mas, ini aja aku sebenernya lagi ngaceng berat nih, udah gak nahan,” sambung Kevin sambil ngeremas kontolnya.

“Ya udah keluarin aja disini, daripada ditahan jadi penyakit,” kata Mas Bayu santai. Apa maksudnya nih? Kataku dalam hati.

“Masak disini mas? Malu dong diliatin Mas Bayu sama Aji,” kata Kevin.

“Kok malu, orang sama-sama pada punya kontol kan. Atau sekalian aja kita onani bareng-bareng, gua juga pengen nih, kamu ikutan gak Ji?” tanya Mas Bayu. Nah lo.

Mas Bayu dengan cuek menurunkan celana pendek dan celana dalamnya sampai lutut. Sementara Kevin meskipun masih bingung juga menurunkan celananya. Tinggallah aku yang bengong ngelihat kedua cowok ganteng itu. Kemudian mereka berdua duduk dipinggir tempat tidur mulai mengocok kontolnya masing-masing.

Melihat aksi tak tau malu dua cowok ganteng dengan kontol gede begitu akupun jadi emosi, eh nafsu dong. Segera ku lepas celanaku dan memulai aksi ngocok di sebelah mereka berdua. Rasanya emang lebih asik ngocok barengan begini, soalnya sambil ngeliat kontol sendiri kita juga bisa melihat kontol teman ngocok kita, tambah lagi desahan dan ekspresi wajah masing-masing yang keenakan. Sebenarnya sih lebih asik lagi kalo dilanjutkan dengan acara ngentot aja, tapi aku tak berani untuk memulainya. Meskipun sebenarnya sejak ketemu pertama kalinya aku sudah horny melihat mereka berdua.

Acara onani itu hanya diakhiri dengan semprotan sperma dari kami bertiga. Tak lebih dari itu, padahal aku sudah membayangkan yang lebih hot dari sekadar onani bareng aja. Nampaknya mereka berdua benar-benar 100 % straight.

Aku rasanya kurang puas, kalo cuman kocok-kocok kontol sendiri dong, di kamar sendiri pun bisa. Padahal aku lagi pengen banget ngentot. Sejak Tuan dan Nyonya balik dari Hongkong, tak ada lagi acara ngentot bareng Dino di kamar, kamar mandi, mobil, dan tempat lainnya di rumah. Padahal dua minggu penuh sejak malam kenangan itu Dino tak bosan-bosannya menagih dariku. Kami sama-sama ketagihan. Meskipun dia masih suka seenaknya kepadaku, tapi perlakuannya sudah lebih bersahabat sejak itu. Kepulangan Tuan dan Nyonya membuat Dino hati-hati.

Bersambung...

No comments:

Post a Comment