My Blog List

Saturday 13 March 2010

Petualangan Aji 2, Part 5

11 Pukul 7 pagi. Bunyi nyaring jam beker membangunkanku. Ahhhhh......aku menggeliat dengan tubuh telanjang bulat di tempat tidur. Aku memang suka tidur tanpa menggenakan busana selembar pun. Rasanya bebas. Ahhhh........kembali aku menggeliat, badanku terasa segar pagi ini. Tidur nyenyak mengembalikan staminaku yang semalam terkuras akibat “perang tanding” dengan Bram. Hehe. Dengan kontol ngaceng bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan aku melangkah ke kamar mandi. Dasar si kontol, tiap pagi tak pernah bosan unjuk gigi mempertontonkan keperkasaannya padaku. Selesai kencing, cuci muka, dan gosok gigi aku segera menuju dapur, tak lupa kusorongkan dulu celana pendek longgar ke kakiku menutupi kontol yang tegak keras ini. Tanpa baju aku melenggang ke luar kamar. Pengen sarapan nih. Bapak dan Ibu Arifin Wijaya sedang ke Australia sejak dua hari lalu, menjenguk anak-anaknya, jadi aku tak perlu sungkan-sungkan berbusana seadanya begini saja dalam rumah. Di meja makan sudah terhidang dua piring nasi goreng plus telor dadar dan dada ayam goreng. Buatan Mbak Ayu untukku pasti. Tapi kok ada dua piring ya. Biasanya juga cuman satu piring doang. Ah cuek, mo buat siapa kek, gak urusan. Segera aku sibuk melahap sepiring nasi goreng yang melihatnya saja sudah membangkitkan selera makanku. Nasi goreng buatan Mbak Ayu sama okenya dengan buatan Mbok Nah. Mmm, Mbak Ayu kemana ya. Tumben dia gak menemaniku sarapan. Biasanya dia pasti selalu menemaniku sarapan. Kalau suasana aman dan terkendali, misalnya Bapak dan Ibu gak ada di rumah seperti sekarang ini biasanya sambil aku sarapan Mbak Ayu akan berjongkok diantara selangkanganku, mengemut-emut dan mengocok kontolku sampe maniku menyembur-nyembur dalam mulutnya. Dia doyan banget sarapan maniku di pagi hari diantara desau angin yang lembut dan kicau burung-burung bernyanyi gembira. Hehehe. Sekejap saja sepiring nasi goreng itu selesai kulahap habis. Yang tersisa hanya tinggal tulang-tulang ayam saja. Kenyang deh. Mbak Ayu kemana ya? Kok belom nongol juga. Cari dia dulu ah. Lumayan kan bisa minta bantuan mulut dan tangannya buat ngelemesin nih kontol yang masih aja dengan tak merasa bersalah mengacung tegak dibalik celana longgarku. Daripada ngelemesin sendiri bikin repot aja. Aku menuju kamarnya. Siapa tau dia baru mandi dan tuker pakaian di kamar. Kan asik, tubuhnya pasti masih harum sabun segar. Kamar Mbak Ayu tertutup. Kuputar gagang pintu kamarnya, tak terkunci. Tanpa perlu mengetuk pintu dulu segera kubuka pintu itu. “Ahhhhh...ahhhh....ahhhhh......ohhhhhhhh....yakkhhhhh........,” suara laki-laki dan perempuan yang mengerang-erang bersahutan menyambutku. Apaan tuh?!! (gak pake kedip sebelah mata kayak Jaja Miharja di Kuis Dangdut lo). Di atas ranjang Mbak Ayu yang sebenarnya hanya cukup untuk tidur satu orang saja, dua manusia lain jenis, dengan tubuh telanjang bulat bermandikan peluh sedang memacu birahi. Yang sedang telentang dengan paha mengangkang lebar-lebar itu Mbak Ayu. Laki-laki bertubuh atletis dengan kulit putih bersih yang sedang menggeluti Mbak Ayu itu kayaknya aku kenal deh. Kuamati lebih seksama laki-laki itu. Dan benar aku memang kenal dengan laki-laki itu, itu kan Mas Doni, kakak kandungnya si Dino. Kapan dia datang ya? Mungkin semalam, karena aku pulang kemalaman jadinya aku tidak ketemu dengannya. Pantas aja di meja makan tadi terhidang dua piring nasi goreng. Satu lagi pasti untuknya. Untung saja tadi tak kulahap nasi goreng itu. Tanpa mereka sadari kutonton aksi persenggamaan mereka yang penuh gairah itu. Goyangan pantat mereka yang cepat dan kasar itu saling berbalas-balasan. Sehingga suara tepukan paha keduanya terdengar kuat memenuhi kamar melengkapi suara erangan dari mulut keduanya. Kalo diperhatikan tubuh Mas Doni makin bagus aja deh. Kayaknya di Australia dia semakin rajin olah raga deh. Pahanya yang kokoh berotot itu ditumbuhi bulu-bulu halus yang tumbuh lebat hingga ke bongkahan pantatnya. Mmm, jadi pengen nyobain Mas Doni. 12 Mas Doni melepaskan kontolnya dari memek Mbak Ayu. Kemudian ia menyuruh Mbak Ayu menungging diatas ranjang. Pengen ganti posisi ke doggy style rupanya dia. Saat pergantian posisi itulah tiba-tiba Mas Doni dan Mbak Ayu menoleh ke arahku. Mbak Ayu kaget karena tertangkap basah olehku. Salah tingkah, dia berusaha mencari kain yang dapat menutupi tubuh telanjangnya. Sebenarnya buat apa juga dia mencari kain penutup, selama ini aku juga sudah tau bagaimana tubuhnya yang sintal itu sedetil-detilnya kok. Tapi namanya orang kepergok ya seperti Mbak Ayu itu. Sibuk sendiri. Sementara Mas Doni menatapku tajam. Waduh aku bakal kena damprat sama dia gak nih? Lama dia menatapku, akupun balas menatap wajahnya yang ganteng itu dengan berusaha berekspresi setenang mungkin. Mbak Ayu menatap kami berganti-ganti, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kutunggu-tunggu ledakan kemarahan Mas Doni. Namun tak kunjung tiba. Dua puluh detik berlalu. Tiba-tiba segaris senyum tergurat di bibirnya yang tipis. Hey, dia tersenyum padaku. Tak ada kemarahan di wajahnya. Ada apa ini? Kenapa dia tidak marah? Kenapa dia cuek saja alias tak peduli dengan perbuatanku yang menonton perbuatan mereka. Sesaat kemudian, dia kembali mengatur posisi untuk kembali melanjutkan persenggamaan mereka yang tadi terputus. Mbak Ayu kembali diarahkannya untuk menungging. Bongkahan pantat Mbak Ayu yang menggairahkan tepat berada didepan kontol Mas Doni yang tegak perkasa menantang. Wajah Mbak Ayu menatap tepat ke arahku dengan malu-malu. Gila! Mas Doni sengaja memposisikan aksi persenggamaan mereka sehingga tepat menghadap ke arahku. Tanpa malu-malu, dihadapanku kini, Mas Doni menyetubuhi Mbak Ayu dengan sangat bernafsu. Kurasa, persetubuhan yang dilakukannya kini semakin ganas dibandingkan tadi. Sepertinya nafsu birahinya semakin menggelora menyetubuhi Mbak Ayu disaksikan olehku. Erangan-erangan binal Mbak Ayu semakin keras terdengar memenuhi ruangan kamar. Ahhhh, aku horny banget melihat persetubuhan mereka. Rasanya pengen ikut bergabung dengan aksi progresif mereka (hehehe, kok jadi pake istilah kekiri-kirian kayak gini sih). Tapi tak ada ajakan dari mereka. Sial! Kukangkangkan kakiku sambil menurunkan celana pendekku. Kontolku yang sudah keras sejak tadi melompat keluar dari sarangnya. Kugenggam kontolku sambil menyaksikan pertempuran Mas Doni dan Mbak Ayu di ranjang. Sebenarnya sih, aku lebih memperhatikan Mas Doni dibandingkan Mbak Ayu. Benar-benar aku sangat terangsang melihat wajahnya yang diliputi dengan nafsu birahi seperti itu sambil tubuhnya yang kekar terus bergerak menggenjot-genjot Mbak Ayu. Kukocok batang kontolku yang besar dan keras naik turun dengan lembut. Mataku terus melotot menyaksikan aksi Mas Doni. Nikmat rasanya gesekan genggaman telapak tanganku pada batang kontolku ini. Lumayanlah untuk menyalurkan nafsuku yang sudah diubun-ubun. Ahhhhhhh. Mataku merem melek keenakan. Ahhh, ahhh, ahhh. Eranganku turut pula menyemarakkan suasana kamar Mbak Ayu yang sudah meriah sejak tadi. Mataku tak lekang menatap Mas Doni. Ternyata Mas Doni pun tak lepas memandangku. Sambil terus menggenjot Mbak Ayu dari belakang kulihat ia terus memperhatikan perbuatanku. Matanya juga sepertinya tak lepas memelototi kontolku yang terus kukocok-kocok ini. Kayaknya Mas Doni ini gak beda dengan aku dan juga adiknya si Dino itu deh. Sama-sama doyan memek dan doyan kontol juga, hehehe. Menyadari kalo diperhatikan, kutingkatkan aksiku didepan Mas Doni. Sesekali kukedipkan mataku nakal ke arahnya, sambil mengulum-ngulum jariku. Seperti penari telanjang kugoyangkan pantatku erotis, menggodanya. Kulihat pandangannya semakin penuh nafsu padaku. Seakan-akan dia ingin menelanku saat itu juga. Genjotan pantatnya menyodok-nyodokkan kontolnya di memek Mbak Ayu semakin kasar dan kesetanan. Mbak Ayu kudengar berteriak-teriak antara kesakitan dan juga keenakan. Nafsukupun semakin menggila. Kontolku kukocok secepat-cepatnya. Rasanya tak lama lagi kontolku ini akan segera menumpahkan isinya. Aku berjalan sambil terus mengocok kontolku mendekati Mbak Ayu. Dalam jarak sekitar setengah meter dari Mbak Ayu aku berhenti. Kuarahkan batang kontolku ke muka Mbak Ayu. Dan, oh.., oh.., yah..., yah.., akhirnya...akhhhirnyahhh..., dia datang..., akhhhhhfrgggg......., maniku muncrat. Aku mengerang keenakan. Arghhhhhhhh. Maniku tumpah ruah, menyembur-nyembur ke wajah Mbak Ayu. Seperti seorang anak kecil bermain pistol air mainan, kutembaki wajah, dada Mbak Ayu dengan peluru spermaku yang putih kental. Mbak Ayu membuka mulutnya lebar-lebar mengharapkan ada sebagian semburan maniku meloncat kedalam mulutnya. Tangannya berusaha menggapai-gapai kontolku. Ia sangat ingin mengulum kontolku saat orgasme seperti ini. Biasanya ia akan menelan seluruh maniku yang muncrat. Tapi kali ini aku mengerjainya. Sambil tersenyum nakal, aku bergerak ke kiri dan ke kanan, menghindari gapaiannya. Mas Doni juga kulihat tersenyum melihat kenakalaku pada Mbak Ayu. Dalam keadaan kepayahan akibat genjotan Mas Doni yang tak kunjung henti itu, kulihat Mbak Ayu mendelik marah padaku. Kini, masih tetap dalam keadaan telanjang bulat, aku duduk bersila dilantai menonton persetubuhan mereka. Menunggu orgasme Mas Doni tiba. Mas Doni benar-benar oke deh. Dia belum juga menumpahkan spermanya sampai saat ini. Dia terus menggagahi Mbak Ayu sambil memandangi aku. Sepertinya dia sangat suka aku menyaksikannya dalam keadaan seperti ini. Kulirik jam tangan di lengan kiriku. Busyet, ini sudah jam setengah sembilan pagi. Lama banget Mas Doni bertahan. Dan busyet lagi, aku kan harus segera ke kampus pagi ini. Segera kuraih celana pendekku yang tadi terserak di lantai. Tanpa perlu menggenakannya terlebih dahulu aku segera meninggalkan kamar Mbak Ayu. Masih sempat kulihat tatapan bingung Mas Doni akibat kepergianku. Tak mungkin kutunggu dia orgasme, soalnya aku sudah harus tiba di kampus pukul 09.00 Wib. Bersambung..............

No comments:

Post a Comment