“well..well...siapa yang datang” kata Rio sebagai reaksi atas kedatangan Bowo yang tiba-tiba.
“apa yang tadi pagi masih kurang?sehingga anda harus kembali kesini?” tanya Rio genit.
“jangan salah sangka. Saya datang kesini karena ada kaitan dengan kasus” jawab Bowo.
“kasus lagi, kasus lagi. Apa tidak ada hal lain yang ada di benak kamu, honey?” tanya Rio sekali lagi sambil mendekat ke arah Bowo. Dan saat sudah di dekat Bowo, Rio mengangkat tangannya dan meletakkannya di dada Bowo. Bowo seketika langsung menyingkirkan tangan Rio dari dadanya, dan berjalan sedikit menjauh dari Rio.
“Anda jangan melewati batas. Saya bisa menahan anda? Saya kesini untun menanyakan sesuatu” kata Bowo sedikit keras.
“kayaknya ada yang marah nih. Maaf kalau anda tidak nyaman. Tapi, apakah yang terjadi tadi pagi, juga tidak nyaman?” serang balik dari Rio.
“maksud anda?”
“kalau anda tidak merasa nyaman, kenapa anda mendesah dan terlihat sangat menikmati permainan mulutku?tidakkah itu lucu kalau sekarang anda jadi sok munafik begitu?”
“seperti yang sudah saya bilang, kejadian tadi pagi hanya kesalahan. Dan saya sudah melupakannya”
“hahahaha..kesalahan?betulkah itu?” tanya Rio setengah menyindir. Rio sepertinya sudah bisa membaca pikiran Bowo. Ia tahu betul apa yang mesti ia katakan atau lBowokan. Ia kemudian kembali mendekat ke arah Bowo. Kembali ia menyentuhkan tangannya di dada Bowo, sambil berkata lirih di dekat telinga:
“apakah anda tidak mau yang lebih?” rayu Rio sambil mengusap-usap dada bidang milik Bowo. Jantung Bowo makin tidak karuan. Ia sepertinya sudah terjebak dalam permainan Rio, seperti yang terjadi tadi pagi. Namu seketika juga, ia langsung sadar dan membanting tubuh Rio ke atas ranjang.
“anda jangan kurang ajar!” seru Bowo. Ia sepertinya sudah sangat marah. Matanya melotot tajam ke arah Rio. Rio sendiri masih tenang, bahkan dia semakin yakin bahwa Bowo bisa berubah.
”oke, jika anda memang tidak suka saya. Tapi, bukan berarti anda tidak suka permainan saya bukan? Saat di klub, anda begitu menikmati tarian saya. Dan apalagi, anda sangat menikmati permainan oral tadi pagi. Munafik!” serang Rio sebagai pancingan. Bowo yang merasa disudutkan, menjadi semakin marah. Ia lalu menuju arah ranjang dan langsung menindih tubuh rio yang terbaring. Ia mencoba untuk memberikan pukulan pada Rio.
“banci kurang ajar!” kata Bowo dengan nafas yang sudah tidak teratur karena rasa marah. Ia lalu menarik kaos Rio. Namun lagi-lagi, Rio tetap tenang sambil tersenyum. Dan tiba-tiba saja, Rio malah nekat mencium bibir Bowo. Bowo berusaha melepaskan ciuman Rio.
“apa-apaan ini?” teriak Bowo.
“ini kan yang sebenarnya kamu mau?” jawab Rio sedikit menantang. Mata mereka saling berpandangan tajam. Tidak ada suara selain deru nafa mereka berdua. Entah deru nafas marah atau nafsu. Sedetik, dua detik.. hingga lima detik, mereka tidak mengeluarkan kata-kata, dan hanya saling bepandangan. Hingga akhirnya, Bowolah yang telebih dahulu bertindak. Ia sepertinya sudah tidak bisa menahan nafsunya. Langsung saja ia mencium bibir Rio dengan ganas Rio yang memang sejak awal sudah menginginkan ini semua, langsung melayani permainan Bowo yang mengebu-gebu. Mereka berdua sekarang sudah berpagutan dengan liar. Merek ajuga mainkan lidah mereka satu sama lain. Sambil berciuman, mereka juga berusaha melepaskan baju mereka satu demi satu. Setelah hampir pakaian yag mereka kenakan sudah tanggal, Rio berinisiatif merubah posisi. Ia menarik tubuh Bowo dan merebahkannya di ranjang. Rio lah yang sekarang memegang kendali. Bibir Rio langsung menyosor leher Bowo.
“oughhhhhh...” birahi Bowo sontak kaget. Bibir rio semakin liar. Sambil menciumi leher Bowo, ia memilin-milin puting Bowo yang besar dan ketat.
“argh...arghhh..” Bowo hanya bisa mendesah saat tubuhnya menjadi “jarahan” Rio. Puas dengan leher, Bibir rio bergerak ke bawah. Sekarang giliran dada bidang Bowo yang jadi sasaran. Ia jilati keringat yang keluar dari tubuh Bowo. Ia juga mainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di dada Bowo. Hingga akhirnya ia sampai juga mengulum puting Bowo. Awalnya ia jilati, kemudian ia hisap..
“arggghhhhh....” Bowo bergetar saat putingnya dihisap. Tidak hanya dihisap, puting Bowo juga digigit lembut yang semakin menambah sensasi. Tidak berapa lama, bibir dan lidah Rio makin turun ke bawah. Sekarang sudah berada di daerah paling inti, taitu sekitar kontol. Awalnya ia pegang kontol Bowo yang sudah mengacung tegak. Rio mengocoknya pelan, dan memainkan buah pelernya.
“ough..ough...” baru awal saja, Bowo sudah tidak karuan. Ia tidak sabar supaya kontolnya segera di sedot.
“please...” pinta Bowo lirih sambil melirik ke arah Rio. Dan Rio sepertinya senang-senang saja. Ia langsung memulainya dengan menjilati seluruh batang dan buah peler kontol Bowo. Bak makan es krim, ia menikmati kontol Bowo sepenuhnya.
“ough yes...ough...” desah Bowo. Lalu, Rio melanjutkannya dengan memasukkannya ke dalam mulut. Slurp...sebagian batang kontol Bowo sudah masuk ke dalam mulut Bowo.
“ough shit...ough...” Tubuh Bowo seketika menggelinjing. Rio menggerakkan tangan dan bibirnya seirama. Ia masukkan kontol Bowo ke dalam, laluia sedot kuat-kuat.
“ourghhhhhhhhh...ourghhh....” sering Bowo mendesah karena saking tidak kuatnya ia merasakan sensasi pada kontolnya. Ia merem melek menikmati pelayanan bibir Rio. Rio pun semakin bersemangat mengoral. Ia berulang kali mengocok dan meng hisap kontol Bowo. Namun, Rio tiba-tiba menghentikan permainan bibirnya. Ia sepertinya ingin juga merasakan nikmat. Ia membuka celana dalamnya juga. Sekarang mereka berdua sudah telanjang bulat di atas ranjang. Melihat Rio sudah telanjang juga, langsung Bowo menerjang tubuh Rio. Bowo menindih tubuh Rio sambil kembali menciumi bibir Rio. Kontol mereka berdua yang sudah tegang, saling bergesakan. Gesekan kedua kontol gedhe tersebut, menimbulkan rasa nikmat yang lain. Naik turun Bowo menggerakkan badannya untuk menggesek-gesekkan kontolnya di atas kontol Rio. Dengan penuh nafsu mereke memacu birahi. Keringat keluar dari tubuh keduanya. Lalu, Rio mengatakan sesuatu:
”kentot gue, please...” pinta Rio. Mendengar itu, Bowo kemudian menegakkan tubuhnya dan dan mengambil posisi setengah berdiri. Rio mengambil bantal untuk mengganjal pinggulnya supaya lobang anusnya sedikit terangkat. Dia juga mengangkat kaki tinggi-tinggi sehingga sekarang mengambil posisi ngangkang. Bowo sendiri mempersiapkan kontolnya dengan mengocoknya cepat agar tegang sempurna. Lalu dengan sigap, Bowo mengarahkan kontolnya yang gedhe di depan bibir anus Rio.
“ayo,masukin...gue suka banget kontol gedhe kamu” pinta Rio sekali. Dan akhirnya, Bowo pun memasukkan kontolnya dengan pelan-pelan. Pertama, ia katubkan ujung kontolnya di bibir lobang anus, kemudian ia mendorong kontolnya pelan-pelan.
“ougrghhhh...” sekarang gantian Rio yang mendesah. Ia sampai memejamkan mata karena bercampurnya rasa sakit dan nikmat yang datang. Ia juga merasakan sedikit rasa geli pada bibir anusnya karena bergesakan dengan jembut Bowo yang sangat lebat.
“tahaaann..” kata Rio. Ia meminta Bowo menahan kontolnya di dalam anus untuk menyesuaikan dengan dalamnya anus. Baru kemudian Bowo menggerakkan pinggulnya. Gerakan pinggulnya Bowo masih monoton. Ia gerakkan pingulnya depan-belakang dengan pelan. Mungkin karena ia belum pernah ngentot sebelumnya.
“ouggh...shit...” desah Bowo. Ia mulai mempercepat gerakan depan-belakang.
“lebih cepat, arghhh.....” pinta Rio sambil tangannya mengocok kontol sendiri.
“argh..argh...” gerakan Bowo makin luwes. Ia seperti sudah bisa melBowokannya dengan baik.
“iyah..gitu, terus...arghh...” Rio bisa merasakan bagaimana kentotan Bowo memang hebat. Bowo mempercepat gerakan pinggulnya, bahkan ia menambah gerakan pinggulnya dengan menggoyangnya ke kanan- ke kiri.
“ough yes..ough yes...” Bowo mendesah sambil terus memacu gerakan pinggulnya. Sesekali ia menundukan badan untuk mencium bibir Rio atau memagut lehernya.
“argh..argh..lebih dalam..lebih cepat...argh...” Rio sendiri juga semakin tidak karuan. Ia menggelepar di aats ranjang karena dikentotin oleh polisi.
“ah..ah..ah...” gerakan pantat Bowo yang maju mundur dan kanan-kiri terlihat sangat erotis.
“argh..argh...enak...enak...aku suka kontolmu” kata rio disela-sela erangannya.
“ough...ough..pantatmu juga enak!shit...ough yes...ough...” Bowo tak mau kalah. Ia merancu karena rasa nikmat yang semakin mendera. Rio yang menerima kentotan, terus saja mengocok kontolnya sendiri. Kontolnya sudah berdenyut-denyut karena birahi yang semakin memuncak. Gerakan pinggul Bowo juga semakin cepat.
“argh..argh...shit...argh...”
”ahh...ah...enak!lebih cepat...” teriak Rio sambil terus mengocok kontolnya. Sepertinya ia yang akan keluar duluan. Ia semakin mempercepat kocokannya.
“agh..agh..”hingga akhirnya, Crot...crooot....crott.....mani Rio muncrat cukup banyak hingga mengenai perut Bowo yang kebetulan berada di atas.
“argh...argh..” nafas Rio sudah kacau balau. Tapi ia tidak bisa berhenti meskipun sudah muncrat karena pantatnya masih dikentot Bowo. Ia baru sadar kalo permainan Bowo sangat lama. Belum pernah selama ini ia bercinta. Bowo benar-benar hebat. Gerakannya semakin lama semakin hebat. Gerakan pinggulnya depan belakang-kanan kiri seperti layaknya pemain film porno.
“yeaah..ough..ough...” erang Bowo. Sudah 15 menit, tapi ia tetap perkasa. Keringat berjatuhan dan dari badannya. Sprei ranjang pun juga sudah basah kuyup.
“ough..ough...lagi...” desah Rio.
“argh..argh..argh...”. Nafsu dua manusia sejenis ini sudah memuncak. Permainan mereka sangat gila. Deru nafas yang tidak karuan lah yang terdengar . Hingga akhirnya, Bowo akan sampai puncak juga.
“argh..argh...mau keluar!argh...” Bowo mempercepat gerakan pinggulnya. Kontolnya ia masukkan dan keluarkan dari lobang Rio dengan sedikit liar.
“argh...argh...” Rio hanya bisa menggelapar. Ia menatap wajah Bowo yang merah padam. “ough..ough..come on, ourghh....” hingga akhirnya..
“ough ough ourrrrrrgggggggggghhhhhhhhhh.............” Croott...crot...........crot.....mani kental keluar dari lobang kencing Bowo. Cukup banyak. Bowo membenamkan kontolnya ke dalam anus Rio dalam-dalam. Mani yang ia keluarkan tertanam dalam anus Rio.
“ough...arghhh..argh...” Bowo mengatur nafas sambil merem melek menikmati sisa-sisa kenikmatan.
“ough..shit...ough...” Bowo menarik kontolnya dari lobang anus Rio. Ia pegang sebentar dan melakukan gerakan memerah untuk mengeluarkan sisa-sisa mani. Melihat itu, Rio hanya tersenyum bahagia ke arah Bowo. Dari lobangnya sendiri, mani yang tadi berada di dalam anus, ada yang melelh keluar karena mungkin saking banyaknya. Setelah cukup bisa mengatur nafas, Bowo merebahkan tubuhnya disamping Rio. Seketika, Rio merebahkan kepalnya di dada Bowo dan memeluk tubuh Bowo mesra. Kontol mereka berdua sekarang mulai mengecil. Tapi, tanpa mereka ketahui, sebenarnya ada seseorang yang melihat hubungan seks mereka. Orang tersebut mengintip permainan seks antara Bowo dengan Rio dari balik jendela. Dia adalah Andi. Melihat hubungan seks selesai, Andi meninggalkan kos tersebut dengan hati yang hancur berkeping-keping.
Bowo dan Rio selesai melakukan hubungan seks. Mereka sekarang sedang menikmati kemesraan di atas ranjang. Mereka berpelukan erat dengan tubuh telanjang bulat.
“akhirnya...” kata Rio membuka percakapan dengan nada sedikit menyindir.
“kok gitu?” tanya Bowo.
“ya gitu. Kenapa harus gengsi segala. Kalo dari awal minta, khan gak harus pake ribut segala”
“aku belum mengerti dengan apa yang aku rasakan dan inginkan”
“tapi, sekarang sudah ngerti khan?” tanya Rio yang tidak dijawab oleh Bowo.
“dan juga, enak khan???” goda Rio sambil mencubit mesra pinggul Bowo. Bowo hanya tersenyum sambil mengusap-usap rambut Rio yang terlihat basah.
“kontol kamu kok gedeh sih?tahan lama lagi?” tanya Rio sambil memainkan kontol Bowo yang saat lemas saja sudah gedhe. Rio juga menjambak-jambak bulu jembut Bowo. Ia tampak begitu menyukai apa yang ada di dalam diri Bowo.
“Siapa pria yang tadi ada di kos ini sebelum aku datang?” tanya Bowo menyelidik.
“kenapa, cemburu ya?” jawab Rio.
“apa alasannya aku cemburu? Ada-ada saja” kata Bowo sekenanya.
“iya deh.. Pria yang tadi datang ke sini, Boy, teman kerjku. Dia seorang bartender”
“Gay juga?” tanya Bowo lagi.
“mau tau aja!!!” kata Rio dengan nada yang nakal.
“Rio, apa kamu membunuh pria itu?” tanya Bowo tiba-tiba yang membuat Rio kaget. Mendengar pertanyaan itu, Rio kemudian mengangkat kepalanya dari dada Bowo. Ia bangkit dari rebahan dan mengambil posisi duduk.
“kok diam saja?” tanya Bowo meyakinkan.
“kamu tidak percaya saya?” bela Rio.
“bukan begitu. Tapi, banyak bukti yang di dapat menunjukkan bahwa kamu adalah pelakunya” terang Bowo.
“bukan, bukan aku yang membunuh Dia”
“tapi...” sekali lagi Bowo mencoba menanyakan
“sudahlah. Please..jangan dibahas” kata Rio sambil menatap mesra ke arah Bowo. Lalu, Bowo hanya bisa terdiam. Dia sedang mengalami dilematis. Di satu sisi ia harus menyeleseikan tugas, tapi di sisi lain, ia tidak bisa begitu saja menyakiti rio. Rio kemudian kembali merebahkan diri di atas dada Bowo. Dan Bowo akhirnya melupakan sejenak kasus ini. Ia larut dalam pelukan hangat Rio. Malam semakin larut dan semakin dingin, tapi di dalam kamar itu malah semakin hangat.
......
Rio keluar dari club karena ada yang mencarinya. Dengan hanya mengenakan mantel, ia keluar untuk menemui orang yang mencarinya. Setelah keluar, ia mendapati seorang pria dengan setelan jas, berumur sekitar 25-an dan terlihat cukup menarik.
“anda mencari saya?” sapa rio dengan ramah.
“ya, saya mencari anda” jawab pria tersebut datar.
“hmm..ada keperluan apa?” rio mulai menjaga jarak setelah pria di depannya terlihat kurang sopan.
“tidak banyak, hanya singkat saja. Saya harap anda menjauhi opsir bowo”
“maksud anda apa?” tanya rio penasaran.
“sudah, jangan banyak tanya. Yang penting jauhi dia. Kalau anda masih mendekati dia, sesuatu akan terjadi”
“saya tidak kenal anda. Dan tidak paham maksud anda. Tapi saya tidak takut” jawab rio dengan nada menantang.
“terserah anda. Lihat saja nanti” kata pria tersebut dan langsung beranjak pergi. Rio yang belum paham dengan maksud pria tersebut hanya terdiam. Namun, ia kemudian tidak ambil pusing dan langsung masuk ke dalam club lagi.
...............
Andi masuk kantor sore hari setelah seharian berusaha mencari keterangan tentang kasus yang sedang ia tangani. Tiba di kantor, ia langsung mencari Bowo. Kata orang yang ada di kantor, Bowo sedang ada di ruang ganti. Andi langsung menuju ruang ganti. Setelah masuk ke ruangan tersebut, ia tidak mendapati Bowo di dekat loker-loker. Andi malah mendengar bunyi shower. Sepertinya ada yang sedang mandi. Bowo kah itu?pikir Andi. Dengan pelan-pelan ia menuju bagian dalam ruang ganti yang berupa kamar mandi dengan sekat-sekat dari plastik. Namun, saat Andi sudah berada di dalam, ternyata Bowo mandi tanpa menutup tirainya. Ia biarkan terbuka saja sehingga andi bisa melihat jelas tubuh telanjang Bowo yang sedang di bawah guyuran air. Melihat tubuh telanjang Bowo, birahi andi tergerak. Namun ia hanya bisa memandang tubuh seksi Bowo dari jauh. Ia amati sejengkal demi sejengkal tubuh Bowo. Ia nikmati lengan Bowo yang cukup berotot, dengan bulu ketiak yang lebat. Lalu dada bidangnya, dengan puting besar hitam yang ketat. Dan tentu saja bagian kontol Bowo yang masih loyo. Andi begitu terpesona melihat bagian vital milik Bowo itu. Bagaimana tidak, masih dalam keadaan loyo saja ukurannya sudah sebesar itu. Dihias dengan bulu jembut disekitarnya, membuat kontol Bowo semakin indah dipandang. Ough...Andi sangat memuja Bowo. Apalgi saat bowo yang sedang mengusapkan sabun, mulai memainkan kontolnya dengan tangan kirinya. Ia sepertinya akan melakukakan mastrubasi. Ah...jantung andi makin tidak karuan. .....Ia sampai tidak bisa mengatur nafas dengan baik karena melihat tubuh Bowo. Saat Andi masih menikmati tubuh telanjang Bowo, tiba-tiba yang punya tubuh menyadari kehadirannya.
“eh, ada kamu ndi?” sapa Bowo saat meliaht andi ada di depannya. Andi yang tadi masih terpesona dengan tubuh Bowo, menjadi kaget dan gugup. Ia sampai tidak bisa bicara apa-apa.
“ee..ee...” kata andi sambil berusaha mengalihkan mukanya supaya tidak ketahuan telah menonton gratis tubuh Bowo.
“udah lama” kata Bowo lagi sambil mematikan shower dan mengambil handuk. Ia lalu mengusap tubuhnya dengan handuk. Kemudian ia melilitkan handuk tersebut di tubuhnya dan berjalan ke luar. Andi lalu mengikutinya tanpa mengatakan apa-apa. Saat sampai di loker, Bowo mengambil beberapa pakaian bersih dan mengenakannya.
“gimana ndi, ada perkembangan?” tanya Bowo soal kasus.
“belum banyak. Ada yang belum jelas. Tapi, saya ada firasat bahwa rio, penulis novel itulah yang telah membunuh”. Mendengar nama rio disebut, Bowo sedikit kaget.
“apa itu sudah yakin? Kita jangan sampai menuduh orang tanpa ada bukti kuat” kata Bowo yang membela rio.
“memang belum ada bukti, tapi saya akan mencari saksi kunci. Dari saksi itu, kita akan dapat bukti kuat” rio sepertinya terus menekan Bowo agar ia mempercayi dugaanya.
“lebih baik, kamu cari kemungkinan pelaku lain. Saya rasa rio bukan pembunuhnya” jelas Bowo. Ya, sepertinya Bowo sudah jelas-jelas membela rio tanpa dasar kuat. Ia hanya memikirkan perasaannya.
“tidak pak, saya percaya dengan apa yang saya rasakan. Dan saya akan membuktikan itu” kata andi. Kemudian dia langsung berlalu dengan rasa kecewa. Ia merasa kalah bersaing dengan rio. Bowo sudah membela rio begitu saja. Dalam hati, Andi semakin memperkuat tekad untuk menghancurkan Rio.
Tekad andi tidak main-main. Dengan susah payah, akhirnya ia mendapatkan sebuah cara. Cara licik yang bisa mencelakai banyak orang. Namun, karena ia sudah diliputi perasaan cemburu buta, apapun kan ia lakukan. .......................
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment