My Blog List

Saturday 13 March 2010

Toro - Anak Majikan - 4 (Tamat)

(Dan Toro rupanya terlahir sebagai laki laki perkasa. Kantung pelirnya terus menerus berproduksi seperti pabrik alami yang menghasilkan berliter liter lendir sperma yang sepertinya tak pernah habis untuk memuaskan napsu dahagaku.)

Akhirnya aku sampai pada batas kenekadan aku untuk mencabuli anak majikanku, aku ingin menjarah keperjakaan yang seutuhnya dari Toro.

Walaupun kusadari Toro adalah laki laki yang masih muda, tapi aku akan mengajari dia untuk melakukan tugas sebagai laki laki dewasa, jadi pejantan sesungguhnya pada usia yang masih terlampau muda belia.

Suatu hari, saat rumah sedang kosong, aku sengaja merangsang birahi Toro dengan memutar DVD gay porno yang memperlihatkan persenggamaan antar sesama lelaki dengan cara bersodomi.

Toro menatap nanar ke layar TV dan sama sekali tidak peduli saat pakaiannya kulepas satu persatu sampai dia sepenuhnya telanjang bulat.... aku merasa Toro bangga memperlihatkan ketelanjangan tubuhnya, dia mungkin tahu aku memuja tubuh remajanya.....

Aku yakin, Toro adalah seorang pemuda yang bakal menjadi seorang laki-laki perkasa dalam banyak hal, termasuk dalam hal seks. Kucium pipi Toro, sembari meraba2 dada dan bahunya.

Kuangkat kepalanya, lalu kukecup bibirnya perlahan. "Ah...anak ini bermental baja," pikirku.

Aku semakin bersemangat mengisap bibir merah itu. Sekali yang bawah, sekali pula yang sebelah atas.

"Toro, keluarkan lidahmu, biar Abang emut..." Tanpa tunggu beberapa detik, saat itu juga Toro menjulurkan lidahnya. Uh....lembut sekali lidah itu. Aku mengulum dan mengemutnya perlahan ddan lembut. Aku melihat Toro memajamkan matanya. Hatiku bersorak. Toro benar-benar mampu menikmatinya, batinku.

Gantian kujulurkan lidahku ke dalam rongga mulutnya. Toro awalnya tidak bereaksi. AKu mempermainkan lidahku di dalam rongga mulutnya, sampai sesekali aku mencapai langit-langitnya. Nah, pada saat itulah, Toro mulai berani mengisap lidahku, dalam sekali sampai aku merasakan lidahku sakit dihisap sampai jauh. Dan yang membuatku bahagia, adalah saat Toro memeluk tubuhku dengan erat.

Perlahan, tanganku masuk ke dalam celana boxernya. Aku menarik boxer dia ke bawah perlahan-lahan.

Setelah tiba di lutut kakinya, dengan kakiku aku meneruskan melorotkan boxer Toro ke bawah, sampai dia sendiri mengangkat kakinya bergantian, agar kolor itu lepas dari dirinya. Di hadapanku, kini Toro sudah telanjang bulan.

Ah...sungguh tidak adil, pikirku. Dengan cepat kucopot juga kaus dan celanaku, lalu mencampakkannya ke lantai. Kami berdua sudah telanjang bulat. Begitu cepatnya. Aku begitu bangga pada Toro.

Dalam keadaan sama-sama telanjang, aku memeluk Toro. Lalu dengan perlahan aku mendorong kepala Toro kearah dadaku dan kuarahkan bibirnya ke puting tetek di dadaku. Antara aku dan Toro tidka banyak berbicara.

“Toro..., , tolong isep puting tetek Abang...”. Kuarahkan lagi mulut Toro ke puting tetek di dadaku.

Toro langsung mengerjakan apa yang kumaui. Dia menghisap puting tetekku. Semua dilakukannya dengan sempurna.

Ah...begitu sempurnanya Toro. Begitu cepatnya dia mengerti.

Aku sendiri tak habis pikir, kenapa anak seusia dia, bisa begitu cepat. belajar Aku ingat apa yang pernah kubaca disebuah majalah bahwa sejak bayi, anak sudah membutuhkan seks. Mulai dari elusan, ciuman kasih sayang, pasti dinikmati. Itu yang dinamakan ”Seks Kedua” atau Second Sex.

Oh...aku mulai horny. Dengan masih memeluk Toro dengan erat, kurebahkan diriku ke atas kasur tempat tidurnya. Kuangkat badannya supaya menindih tubuhku dari atas. Kini dia berada di atas tubuhku.

Kuciumi pipinya, lehernya. Lalu leher itu mulai kujilati. Turun ke dadanya dan mengisap-isap perlahan puting tetek di dada Toro, kiri dan kanan. Lalu turun ke purutnya. Aku merasakan Toro menggelinjang.

Toro memejamkan matanya. Tangannya mulai meraba-raba seprei tempat tidurnya.

Melihat gelagat itu, aku segera mengerti. Aku tak mau kehilangan moment!.

Aku merenggangkan kedua kakiku sendiri dan mengangkatnya keatas sehingga selangkanganku terbuka lebar. Kedua paha Toro yang kokoh berada diatara selangakanganku.

Dengan cepat aku menggenggam kontol Toro dan mengarahkan ke bibir lubang pantatku yang sudah kubaluri dengan gel pelicin. Lalu kutuntun kontol besar Toro untuk memasuki lubang anusku.

"Ayo Toro, masukin...." pintaku.

Toro menekan burungnya. Aku merasakan Toro memaksakan kepala kontolnya yang keras berusaha mendobrak lubang anusku.

Ah...aku sudah merasakan kepala burung itu sudah meulai menembus masuk. Dan...nambah lagi dan lagi dan akhirnya... Bllleeeesssssshhhh!.. Kini seluruh batang kontol Toro itu sudah amblas..., kurasakan pergesekan daging kontol Toro begitu nikmat didalam saluran anusku.

”Ooogghhh Bbaaaaannnnggg” Toro meratap nikmat

Tanpa kuajari Toro memeluk erat tubuhku yang kini sudah dia kuasai dibawah tindihannya dan dibimbing oleh naluri kelelakian, Toro mulai melakukan gerasakan persenggamaan secara alamiah.

"Terus....Torrrooooo" pintaku.

"Iya, Bang" katanya sembari terus mempompakan kontolnya semakin kencang.

“Terus...Toooorrrrr" pintaku lagi.

Toro tak menjawab dan terus memompaku.tanpa henti. Aku melihatnya mulai berkeringat. Langsung Toro kupeluk dan kubelai. Remaja lelakiku yang perkasa.

Aku mengangkat kedua kakiku setingi-tingginya ke atas, atas kontol Toro tak sampai terlepas dari kandangnya. Toro sepertinya sudah mengetahui apa yang aku maui. Naluri lelakinya begitu tajam, atau itu memang sebuah refleksi. Aku merasakan Toro semakin kencang memompa pantatnya, naik turun.

Toro memelukku semakin erat. Aku merasakan pelukan itu begitu eratnya. Erat sekali...

"Aaahhh... Toro... Punya kamuhhh... Besaarrr... Uuhhh..."

Toro melenguh dan memejamkan mata, meresapi setiap gerakan yang dia buat. "Uuuhhh... Eeggghhh... Aduhh... Nggak pernah... Toro... Ngerasain... Enak kaya ginihhh..."

Dia merasa sangat nikmat... . tanpa diajari siapa2 kini Toro menghayati permainannya sendiri. "Ohhh... Bang Amir...... Enaaakkk... Aahhh... Mmmhhh..." "Uhhh... Yaaa... Ohhh... Aaaggghhh... Kenceng bangettt... Ayo Bang Amir..."

Aku juga bagai lupa daratan, kenikmatan yang kurasa benar-benar membius, dan sebentar lagi... Tinggal sebentar... "Toorrrroooo... Aaaggghhh... Ohh... Ohhh..." Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat merebak dari dalam saluran anusku dan puting tetek di dadaku, ke seluruh tubuhku hingga ujung jariku.

Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu perlahan sehingga terasa seakan berjam-jam, walau sebenarnya hanya sekitar 20 menit. Penis Toro semakin cepat dan kasar menggenjot anusku dan menggesek-gesek dinding salurannya yang mencengkeram erat.

Hisapan dan jilatannya pada puting tetekku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya perlahan terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku terpaksa bergelinjang tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku.

"Ngghh.. nghh.. nghh.. Torrooo.. Agghhh!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku

Aku merasakan kenikmatan paling dahsyat dalam hidupku, bersamaan dengan ejakulasiku. Kami berpelukan, berguling sementara Toro masih meneruskan tikaman penisnya kedalam lubang anusku, membawaku semakin jauh dari dunia ini...

"Ohhh... Torooo... Ohh... Kamu... laki laki perkasaaaa...... Ahh..." Ledakan kenikmatan klimaks dan mucratnya air maniku terasa seperti berpuluh-puluh menit itu menyemburkan lendir pejuh dari batang kontolku.

Gantian Toro yang mendesis desis kenikmatan Ooghgggg, ssshhhhhh....oooccchhhhh........

"Bang amiiiirrr... Oooaaaggghhh!!! Oh, yeaaahhh!!!"

Di kamar tidur anak majikan itu terdengar jelas bunyi gempuran batang kontol Toro, ditambah rintihan nikmat dari anak muda ini. Toro mendesah-desah terus seakan habis melahap makanan dari Padang yang pedas dan panas... “

Aaaah...Bang...aouhhh...aaaahh......”

Toro semakin kuat menggeliat, tubuhnya mengguncang guncang tubuhku... Nikmatnya persetubuhan ssejenis dengan sesama cowok benar-benar diresapi olehnya.

“Aaaaggghh...!” jerit Toro ketika bendungan maninya jebol juga...

Tanpa sadar ia memegang kepalaku dan tubuhnya menegang ketika air maninya menyembur berulang kali di dalam lubang anusku dengan derasnya.

Crrooottt..croottthh... crrooottt..croottthh...

Tubuh Toro yang bercucuran keringat ambruk keatas tubuhku tapi batang kontol itu masih tetap dia biarkan menancap didalam anusku.

Dasar anak muda yang kuat birahi, walau telah menyemburkan air mani yang begitu banyak, batang kontolnya tetap tegak berdiri dan seakan-akan siap untuk bertempur lagi untuk kedua kalinya.

Ia menciumiku, memanjakan puting tetek di dadaku, membelai-belai rambutku... Dengan napas yang tersengal-sengal Toro berbisik di telingaku,

"Duhhh... Nggak nyangkah... Bang Amir... Nakal banget... Ahh... Tapi Toro... Suka... Dinakalin Bang Amir..."

Duuuuh..., betapa jauh sekali bedanya, kenikmatan disetubuhi oleh seorang remaja lelaki seperti Toro dibanding dahulu waktu aku pertama kali disodomi secara paksa oleh buruh petani di kampungku, Pak Joko.

---------------------

Toro ternyata sudah mampu melakukan tugasnya semakin sempurna. Toro sudah membuktikan bahwa dia mampu melakukan tugas sebagai laki laki sejati yang sudah dewasa.

"Bang......." bisiknya

”Apa Toro?”

”Barusan itu artinya kita udah kawin ya” tanyanya polos.

”Ya sayang..., Toro sudah mengawini Abang. Dan mulai sekarang Abang harus panggil MAS ke Toro”

“Nanti Abang tidak hamil?” makin lugu pertanyaannya “Abang tidak apa2?”

"Abang tidak apa2 Toro. Abang sayang sama kamu. Ini rahasia kita berdua, ya. Enggak boleh bilang kepada siapa-siapa, ya," ujarku

"iya, Bang." Begitu tegasnya ucapan Toro. “Tapi artinya Bang Amir yang Mamie, dan Gue jadi Papie?”

"Wah kok Abang dianggap cewek?" tanyaku.

"Engga apa-apa, Bang Amir sekarang kan udah jadi Mamie kesayangan Papie” celotehnya

"Terserah Mas Toro saja " kataku.

"Sudah nggak capai lagi kan Mam!" sahut Toro

"Memang kenapa!?" tanyaku.

"Masih kuatkan?" tanyanya lagi dengan senyum nakal.

Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu. Aku tahu Toro ingin melakukannya sekali lagi. Dasar remaja yang masih berdarah muda!.

Sejujurnya aku tidak akan mampu menolak permintaannya yang membuat hati dan tubuhku melayang-layang di udara.

Dan siang itu, untuk kedua kalinya Toro menggarap tubuhku lagi.

Tidak perlu kuajari lagi...

Aku suka anak muda ini, semangat birahinya yang berkobar mampu mengimbangi dengan nafsuku yang selalu bergolak.

Setelah selesai permainan ronde kedua, aku rebahan disamping Toro. Kupeluk dia dengan kasih sayng dan mengelus-elus kepalanya.

"Kamu laki-laki hebat Mas. Percayalah apa yang aku katakan, "kataku.

“Mamie suka?” tanya Toro

Pertanyaan Toro yang tidak perlu jawaban sebenarnya. Karena siapapun setelah mengalami persetubuhan yang demikian nikmat, pasti akan suka dan pasti ingin mengulangi lagi.

”Mas Toro suka?” tanyaku

Dia mengangguk, “ Iya Mam..Gue suka..Mamie pinter banget...”

“Mas Toro mau lagi gak besok kita beginian lagi?” tanyaku lagi

Toro tersenyum dan mengangguk.

------------------------

Semenjak kejadian itu, terjadilah suatu hubungan percintaan sejenis yang ganjil antara anak remaja SMU dan pria dewasa. Hubungan homoseksual antara anak majikan dan tukang kebun.

Hanya saja aku harus hati2. Supaya tidak dicurigai, aku sengaja tidak mau kelihatan terlalu akrab dengan Toro dihadapan kedua orang tuanya. Aku bahkan sengaja menghindari dan menjauhi Toro.

Walau Toro seorang pemuda yang tampan dan sudah berusia 18 tahun, tapi dia tidak ingin punya pacar cewek karena kebutuhan batín dan biologis dia sudah terlampiaskan kepadaku…

Hampir setiap malam, bahkan kadang 2-3 kali dalam sehari, kami melakukan hubungan badan bagai sepasang suami istri. Toro selalu yang berperan sebagai laki laki dan aku yang menjalankan peran sebagai pihak ISTRI untuk kesenangan suamiku, Toro.

Tapi menjerumuskan seorang remaja lelaki untuk menjalankan tugas seperti lelaki dewasa bukannya tanpa resiko...!.

Hormon2 kelelakian yang berkembang tak terkendali dan darah muda yang bergejolak secara liar membuat pikiran Toro hanya dipenuhi keinginan untuk melampiaskan kebutuhan biologis setiap saat.

Akibatnya fatal...!!

Kalau awalnya aku yang merayu2, membujuk2, menjerumuskan dan mencabuli Toro, sekarang situasinya berbalik drastis....!. Justru Toro yang selalu lebih dahulu mengambil inisiatif...!.

Tanpa kusadari, aku seperti telah merawat dan membesarkan bayi macan yang sekarang telah tumbuh jadi seekor harimau buas yang siap menerkam mangsa yang tak berdaya dan mencabik2 tubuhku dengan taringnya.

Kami gampang menemukan waktu untuk berbuat cabul. Setiap Toro pulang sekolah, tak pernah sekalipun dia sempat istirahat, mandi dan makan dulu..., Toro pasti sudah langsung memanggil aku dan langsung membujuk aku masuk ke kamarnya....,

Ya awalnya dia cuma membujuk, tapi lama2 dia mulai menuntut,

Adalah kesalahanku lupa menyembunyikan video2 gay seks yang berada dilaci samping tempat tidur Toro sehingga tanpa kuketahui Toro rupanya sering menonton video2 tersebut saat aku sedang di bekerja di rumah dan dari situ dia mempelajari berbagai tehnik seks para lelaki gay.

Aku sungguh terkejut memperhatikan adanya perubahan besar dalam tatapan dan sikap Toro terhadapku.

Tidak...., sikap Toro sehari2 kalau sedang berada diluar kamar sebenarnya tidak ada perubahan dan dia tetap bersikap sopan terhadapku, tapi perobahan yang drastis terjadi kalau kami sudah masuk kedalam kamar tidur,

Dan ada satu lagi yang mengkhawatirkan aku Adalah saat nafsu birahi Toro sedang terbakar...

Masalahnya kalau Toro sedang bernafsu, tanpa basa basi dia berani menarik tanganku kedalam kamar tidur dan minta diisep..., bahkan itupun dia lakukan kalau aku sedang bekerja membersihkan halaman, sehingga kadang kurasakan para tetangga seperti dengan tatapan mata yang penuh keheranan.

Yang mengagetkan juga, kudapati Toro sekarang sering hanya memakai boxer, celana pendek longgar tanpa celana dalam sehingga kulihat batang penisnya tercetak jelas di balik kain tipis boxernya.

Aku berusaha sedapat mungkin untuk berupaya cuek terhadap segala perubahan gelagat yang sedang berlangsung pada Mbak Tari namun dalam beberapa hari kemudian gairah Toro menjadi semakin tak terkendali.

Saat itu Toro sedang bersandar di lantai ruang keluarga sedang nonton TV, iseng kutanya:

”Kenapa Mas Toro tidak pakai celana dalam?”

”Supaya Gue gampang masukin titit Toro ke lubang Mamie” katanya...,

”Iya tapi Mas Toro pakai celana dalam saja”

”Mamie kan suka titit Toro?” tanyanya lagi...

Aku cuma mengangguk.. Dan tak diduga, Toro memelorotkan kolornya

”Bener kan Mamie suka ditusuk titit Toro?”

Sambil berkata begitu, Toro meraih tanganku dan mengajak aku masuk kedalam kamar.

Aku tak ingin menolak: Inilah resiko yang harus kutanggung, aku selalu mematuhi perintah Toro. Karena itu yang kuinginkan. Dan aku sekarang sudah mendapatkan semuanya.

Ooohh Toro... Mas-ku, Papie-ku!.

TAMAT

No comments:

Post a Comment