My Blog List

Saturday 13 March 2010

Petualangan Aji 2, Part 1

1 Akhir April 1998. Suntuk! Semua tugas kuliahku yang sebarek-abrek belum satupun kukerjakan. Aku betul-betul disibukkan dengan segala macam aksi demonstrasi seiring dengan situasi politik yang semakin memanas sejak krisis moneter melanda Indonesia Juli 1997 lalu. Sebagai aktivis mahasiswa tentu saja tak pernah kulewatkan berbagai aksi turun ke jalan yang kami lakukan. Aksi-aksi ini telah membuatku terlupa dengan kegiatan perkuliahan. Barusan aku ketemu Rini di depan sekretariat fakultas, selesai acara audiensiku dan kawan-kawan dengan Dekan sehubungan dengan rencana menggelar orasi politik di kampus. Si kutu buku teman seangkatanku itu, mengingatkan kalau dua hari lagi tugas-tugas kuliah sudah harus dikumpulkan. Ah, Rini, Rini situasi lagi rame begini dia masih sempat aja dia untuk ngerjain tugas. Sedangkan aku tak pernah punya kesempatan untuk itu. Hampir setiap hari aku baru tiba di rumah tak kurang dari pukul 10 malam. Capek. Selesai mandi dan makan aku langsung terlelap, tak sempat untuk menyentuh apalagi membaca segala macam diktat dan text book. Untung Bapak dan Ibu ngerti banget dengan aktivitasku.

Aku berjalan ke kantin di belakang kampus. Laper. Perutku udah keroncongan sejak di ruangan dekan tadi. Di rumah aku tak sempat sarapan, karena harus buru-buru ke kampus supaya gak telat menghadiri audiensi tadi. Kulirik jam tanganku, sudah hampir pukul 11 siang. Pantes perutku sudah berteriak-teriak sejak tadi. Kupercepat langkahku menuju kantin. Aku harus segera mengganjal perut nih.

"Mbok Nah, nasi goreng satu. Telornya di dadar ya," kataku. Nasi goreng Mbok Nah paling nikmat sekampusku.

"Minumnya apa Mas Aji?" tanya Nuning, pegawai Mbok Nah, dengan gaya centilnya seperti biasa.

"Jus jeruk," jawabku tanpa menolehnya. Kalo dia manis seperti Mbak Ayu sih gak papa, pasti bakalan kukerjai dia. Ini tampangnya pas-pasan gitu mana bisa aku selera dengannya. Nuning berjalan meninggalkanku. Dasar genit, ngapain juga tuh pantat digeol-geolkan kayak gitu.

Kunyalakan rokok mildku. Daripada bengong nunggu nasi goreng buatan Mbok Nah selesai mendingan ngisep rokok. Mataku mengitari ruangan kantin yang penuh dengan mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kedokteran. Ada yang datang memang untuk tujuan makan, tapi banyak juga yang sekadar ngobrol doang sambil minum. Contohnya Bimo dan genk borjunya yang ngumpul di pojok kantin. Ada 7 orang personil genk nya. Empat cewek dan tiga cewek jadi-jadian, hehehe. Alias banci (ups sorry). Si Bimo itu termasuk tiga yang terakhir plus Gita dan Setyo. Tiga cowok itu lebih mirip cewek daripada cowok. Centil, gak berhenti ngerumpi dan suka godain cowok cakep seperti aku (bukannya ge er lho, tapi fakta). Pojok kantin rame dengan suara tawa mereka yang cekikikan kayak Mak Lampir.

Bimo itu sebenarnya ganteng lo. Tubuhnya tinggi ramping. Lumayan terbentuklah bodynya. Kayaknya dia rajin fitness juga. Rambutnya sengaja digondrongkan. Kegondrongannya itu tidak malah menjadikannya macho tapi membuatnya semakin manis kayak cewek. Gitu juga dengan Bimo dan Setyo. Empat cewek yang selalu menyertai mereka adalah Fiona, Uci, Reny, dan Rosa. Keempatnya manis-manis. Dulu di awal perkuliahan aku pernah naksir sama si Rosa. Anaknya mungil. Tapi karena ternyata kuketahui dia doyan ngerumpi, seleraku hilang padanya. Ditambah lagi dia begaul dengan tiga cewek jadi-jadian itu, membuatku semakin jengah melihatnya. O ya aku lupa ngenalin diriku nih. Aku Aji, Sangaji Dewantara. Masih ingat kan? Kini aku sudah kuliah lho. Semester VI Fakultas Kedokteran. Dino sekarang kuliah di Australia bersama-sama dengan Grace, dan pasti Kevin, adik kandung Grace, yang sekaligus selingkuhannya si Dino. Mereka bertiga tinggal satu apartemen dengan Mas Doni, kakak kandung si Dino satu-satunya. Mas Doni itu sebenarnya sudah menyelesaikan kuliahnya tahun lalu. Tapi rupanya dia betah tinggal di Australia, buktinya dia lebih memilih untuk mencari pekerjaan disana dan tidak mau pulang ke Jakarta.

Sejak keberangkatan Dino menyusul Mas Doni ke Australia, aku jadi semakin disayang oleh Ibu dan Bapak Arifin Wijaya. Apalagi setelah aku lulus UMPTN di Fakultas Kedokteran. Eksistensiku sebagai anggota keluarga Arifin Wijaya semakin kuat. Segala kebutuhanku semuanya dipenuhi, mengendarai mobil kemanapun pergi kini sudah merupakan bagian dari keseharianku.

Aku tidak ingin mengkhianati kepercayaan mereka kepadaku. Karenanya aku berusaha untuk kuliah dengan baik sehingga dapat lulus dan menjadi kebanggaan mereka. Siapa lagi yang dapat mengecap kebanggaan dari apa yang aku peroleh jika bukan mereka. Kedua orang tuaku sudah tidak ada lagi. Kakak laki-laki dan adik perempuanku juga entah sudah berada dimana sekarang.

Sejak orang tuaku meninggal akibat tanah longsor di kampungku 5 tahun lalu, kami bertiga bersaudara sudah tercerai berai. Kemiskinan yang menjerat kerabat kami di kampung menyebabkan kami tiga bersaudara harus bersedia dibawa ke kota oleh agen pencari pembantu untuk menyambung hidup.

Aku merasa beruntung tinggal di keluarga Arifin Wijaya ini. Kadang aku suka berfikir bagaimana ya nasib dua saudaraku itu. Apakah mereka juga seberuntung diriku? Aku selalu berharap suatu saat aku dapat bertemu dengan mereka kembali.

2 "Ji," seseorang menepuk bahuku. Kutolehkan kepalaku kebelakang, "Eh, elo Rick," Ricky rupanya. Cowok ganteng itu memamerkan senyuman manisnya padaku. Dia bersama Andrea, ceweknya. Andrea juga tersenyum padaku. "Sendiri Ji?" tanyanya. "Yoi, laper gua. Belum makan sejak pagi," sahutku.

"Lo sibuk banget sekarang Ji, sampe gak ada waktu lagi buat kongkow-kongkow dengan kita," kata Ricky.

"Iya Rick, sorry. Kapan-kapan deh gua ngumpul lagi. Poskonya masih tetap kan?" tanyaku.

"Pastilah, sekarang kita suka hiking juga Ji. Lo ikutan lagi deh. Gak bakalan nyesel pasti,"

"Iyalah,”

"Oke Ji, gua makan dulu,"

"Oke,"

Ricky dan Andrea meninggalkanku mencari meja mereka sendiri. Kupandangi mereka dari belakang. Sebenarnya pandanganku lebih terkonsentrasi pada si Ricky itu, hehehe. Mataku tak lepas menatap pantatnya yang bagus terbungkus jeans biru ketat. Mmmmm, sudah lama juga tak menerobos lobang sempit milik Ricky. Kontolku terasa bangun dari tidurnya, membayangkan apa yang sering aku lakukan dengannya di semester satu dan dua dulu.

Ricky adalah seniorku di kampus. Wajah oke, tubuh tinggi atletis, anak orang kaya lagi. Ricky itu idola banyak cewek di kampus. Sampai hari ini, kalau aku tak salah hitung, sudah lebih sepuluh cewek yang pernah dipacarinya di kampus. Andrea tadi yang terbaru. Dan dari ceritanya, semua cewek itu pasti sudah menyerahkan tubuhnya ke Ricky. Bener-bener playboy maniak si Ricky itu.

Satupun dari semua cewek itu tak pernah tahu kalau Ricky ini juga doyan banget namanya ngentot dengan sesama jenis. Ricky adalah pimpinan dari sebuah genk mesum di kampusku. Anggotanya adalah cowok-cowok ganteng yang doyan memek cewek sekaligus maniak silit cowok. Setiap tahun anggotanya bertambah terus karena mereka secara kontinyu merekrut anggota baru.

Aku jadi ingat saat Ricky merekrutku dengan dalih bergabung dalam kelompok belajarnya. Waktu itu aku baru seminggu ngampus, tiba-tiba ada seorang cowok ganteng mengaku senior mendekatiku ketika sedang mencatat jadual perkuliahan yang ditempel di papan pengumuman depan sekretariat fakultas. Dia memperkenalkan namanya kepadaku, Ricky Antonius Lee. Katanya dia turunan Cina dan Manado. Pantes matanya sedikit sipit gitu, kulitnya putih dan wajahnya keren abis.

Dia bercerita banyak hal tentang dunia perkuliahan. Katanya belajar di kampus akan lebih efektif bila dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah kelompok belajar. Jadi kalo seorang mahasiswa baru menemukan masalah dalam pelajarannya maka ia bisa berdiskusi dengan seniornya sehingga dapat ditemukan pemecahan masalah tersebut. Selain itu juga perlu untuk membangun jaringan antara senior dan junior. Kemudian dia menanyakan apakah aku sudah bergabung dengan sebuah kelompok belajar. Ketika kujawab belum, dia menawarkan agar aku bergabung saja dengan kelompok belajarnya. Aku tak menolak ajakannya. Dia memberikan jadual acara kegiatan kelompok belajar itu padaku.

Dua kali seminggu kami ngumpul di salah satu ruang kelas di kampus untuk mendiskusikan berbagai masalah. Ketika pertama kali mengikuti acara itu, aku agak bingung juga, kok anggotanya cowok semua. Aku yang memang dasarnya juga udah doyan cowok tentu saja senang dengan kelompok belajar ini apalagi anggota ganteng-ganteng. Bersamaku ketika itu juga ada 4 orang mahasiswa baru. Aku merasakan belajar berkelompok seperti ini memang banyak manfaatnya. Seniorku yang jumlahnya ada 7 orang itu sangat banyak membantu dalam memecahkan permasalahan kami. Selain ganteng-ganteng, seniorku itu otaknya ternyata emang encer-encer juga.

Sebulan kemudian Ricky mengumumkan acara penyambutan resmi untuk kami berlima sebagai anggota baru kelompok belajar itu. Katanya ini adalah tradisi yang dilakukan secara turun temurun di kelompok tersebut. Dalam acara itu kami juga akan dikenalkan dengan senior yang sudah lulus sarjana kedokteran dan juga dokter penuh. Acaranya diselenggarakan di sebuah villa milik keluarga Ricky di kawasan Puncak, Bogor. Hari Sabtu pagi kami berangkat dengan mengendarai beberapa mobil, salah satunya mobilku. Rencananya acara tersebut berlangsung hingga minggu sore. Dari Jakarta kami dipandu oleh dua orang senior. Sedangkan senior yang lainnya sudah berangkat duluan ke Bogor untuk mempersiapkan segala sesuatunya disana.

Villa itu terletak di lokasi yang cukup jauh dengan villa-villa lainnya. Sepi. Aku tak melihat ada pesuruh di villa ini. Biasanya yang namanya villa kan selalu ada orang suruhan pemilik villa yang ditugaskan untuk menjaga dan merawat villa. Tapi di villa ini tidak ada. Yang kelihatan hanyalah seniorku semua.

Saat makan siang kami diperkenalkan dengan tujuh orang senior yang belum pernah kami lihat di kampus. Tiga berpredikat Sarjana Kedokteran dan yang empat orang lagi sudah berpredikat dokter penuh.

Ricky mengatakan bahwa mereka adalah mantan anggota kelompok belajar kami. Semuanya masih muda-muda dan ganteng-ganteng, tidak ada yang kelebihan lemak. Tubuh mereka bagus-bagus semua. Yang tertua dokter Angga namanya, berusia 26 tahun. Keempat dokter itu mengaku sudah menikah, bahkan dokter Angga yang paling senior mengatakan telah memiliki seorang putra berusia satu tahun. Dokter muda sekaligus bapak muda nih. Sedangkan senior yang masih sarjana kedokteran semuanya belum menikah.

Sehabis makan siang kami berkumpul di ruang tamu villa itu. Acaranya adalah mendengarkan pengalaman para seniorku ketika masih kuliah. Selain itu mereka juga memberikan motivasi kepada kami. Acara yang bagus, banyak hal yang bisa kuperoleh dari mereka. Sorenya kami diajak untuk melakukan kegiatan olah raga. Pertandingan basket. Kata para senior menjadi dokter tidak identik dengan menjadi kutu buku. Berolah raga tetap diperlukan agar tubuh segar dan kondisi selalu fit. Cukup seru juga pertandingannya karena kelihatannya semuanya mahir bermain basket, termasuk dokter-dokter yang sudah menikah itu. Tubuhku rasanya benar-benar segar setelah selesai bermain basket.

Malamnya, selesai makan kami kembali berkumpul di ruang tamu. Setelah semuanya berkumpul, Ricky berkata, "Seperti yang biasa kita lakukan dalam tradisi penyambutan anggota baru, maka malam ini kita juga menghadirkan acara hiburan. Tentu saja karena kita cowok semua disini acara hiburannya yang sesuai dengan selera kita para cowok," Ricky terdiam sejenak sambil tersenyum. Apa maksud kata-kata terakhirnya tuh. Aku jadi mulai curiga. "Oke, tanpa perlu berpanjang kata lagi, silakan menikmati deh." Ricky kemudian kembali duduk di kursinya.

Lampu neon yang menerangi ruang tamu dimatikan. Yang tetap menyala hanya lampu kristal yang tergantung ditengah-tengah ruang tamu. Suasana menjadi remang-remang. Kecurigaanku semakin bertambah. Kulirik Dito, mahasiswa baru yang duduk disebelahku, dia juga melirikku dengan kebingungan.

Musik instrumental lembut terdengar. Tak lama nongol dua cewek abg berpakaian SMU lengkap termasuk tas dan sepatu sekolah. Keduanya benar-benar masih muda dan cantik! Aku yakin mereka masih duduk di bangku SMU dan tidak berpura-pura. Selanjutnya mereka mulai menari dalam gerakan yang erotis di tengah-tengah kami. Gila, hiburan begini rupanya. Kuperhatikan sekeliling, semua mata mahasiswa baru melotot menyaksikan kedua cewek itu. Sedangkan yang senior hanya senyum-senyum saja melihat kami. Ketika mataku sampai di dokter Angga, kulihat dia tersenyum sambil memandangku lekat. Aku segera membuang pandanganku kembali menyaksikan hiburan di depanku. Tarian kedua penari itu semakin hot, pelan-pelan mereka berdua mulai melepaskan pakaiannya satu persatu.

Tanpa malu-malu mereka mempertontonkan tubuh mereka yang putih mulus itu didepan kami. Langsing, dada berisi, pinggul berlekuk. Ahhhh…, gila aku ngaceng nih liat mereka. Selanjutnya mereka berlesbian ria. Saling mencium, dan menjilat-jilat tubuh temannya diiringi musik instrumental yang memenuhi ruangan. Sedang asik menonton pertunjukan lesbianisme itu, dua remaja cowok, juga berseragam SMU memasuki ruangan. Berpakaian lengkap, termasuk dasi dan topi. Keduanya masih muda, ganteng, dan tinggi. Mau apa nih?

Keduanya mendekati cewek-cewek itu. Tangan mereka bergerak-gerak meraba tubuh kedua cewek itu. Mulut mereka mencium-cium dan menjilat-jilat. Benar-benar pertunjukan yang hebat. Baru sekali ini aku melihat sex live show seperti ini dan gilanya dilakukan oleh anak-anak SMU.

Kedua cewek itu berdiri, masing-masing menghadap ke tubuh satu cowok yang masih berseragam lengkap itu. Berdiri rapat. Kedua cewek itu kemudian melumat bibir cowok dengan penuh nafsu. Tangan mereka meraba-raba dengan kasar di punggung, dada, perut dan selangkangan cowok-cowok yang masih terbalut seragam itu. Para cowok berdiri tegak membiarkan cewek-cewek melakukan aksinya.

Kemudian sang cewek membuka kemeja sang cowok. Mmmm kedua cowok SMU itu memiliki tubuh yang lumayan bagus juga untuk remaja umur belasan tahun, dada bidang dan perut rata. Kemudian dilanjutkan dengan membuka celana panjang serta celana dalam.

Setelah kedua cowok itu telanjang bulat mereka berdiri tegak menghadap semua penonton dengan tangan berkacak pinggang dan paha membuka sedikit. Mereka mempertontonkan keindahan tubuhnya kepada kami. Sungguh sebuah pemandangan yang indah. Kontol keduanya masih tertidur menjuntai diantara bulu jembut lebat yang tumbuh subur di pangkal batang kontol itu. Kedua cewek itu kemudian berdiri di belakang masing-masing cowok. Dari celah paha sang cowok, tangan sang cewek menggenggam batang kontol itu untuk kemudian menggoyang dan mengocoknya. Kulihat semua mata melotot tak berkedip menyaksikan suguhan mesum itu. Bersambung...

No comments:

Post a Comment