My Blog List

Saturday 13 March 2010

Basic Instinct #7

#7

“hey!” teriak andi. Lalu dengan sigapnya, ia lari mendekat ke arah ranjang dan langsung menubruk tubuh bowo sehingga keduanya sekarang bergulat di atas ranjang. Keduanya sama-sama telanjang. Karena tenaga andi lebih kuat, andi sepertinya yang akan memenangkan pergulatan tersebut. Ia menindih tubuh bowo. Andi memegang kedua tangan bowo dan membekapnya.

“jangan harap kamu bisa lari. Kamu akan mati!” cerca andi. Namun, saat itu juga bowo membalikkan keadaan. Ia dengan sisa-sisa kekuatan mendorong tubuh andi sehingga andi terjerembab di bawah ranjang. Bowo berusaha untuk turun dari ranjang dan keluar kamar. Ia tahu, harus segera mencari senjatanya untuk melumpuhkan andi. Namun, karena bowo sudah tidak mempunyai tenaga, ia tak mampu untuk keluar kamar. Baru sampai di depan pintu, kaki bowo sudah di pegang oleh andi dan langsung menjatuhkannya. Keduanya lagi-lagi bergumul, kali ini di atas lantai. Andi yang lebuh kuat, kembali menindih tubuh bowo. Kali ini, ia membawa bolpoint yang tadi ditunjukkannya kepada bowo. Bolpoint itu akan ditusukkan ke leher bowo. Dengan susah payah, andi mengarahkan bolpoint tersebut ke leher bowo. Tangan andi dipegangi oleh bowo, sehingga terjadi saling adu kekuatan. Bowo berpikir bagaimana ia bisa melepaskan diri dari dekapan andi. Karena ia sudah lemas tidak punya kekuatan lebih. Akhirnya, dengan sisa-sisa kekuatan, bowo mendorong tubuh andi sekali lagi. Memang, dorongan itu tidak sampai membuat andi terjerembab seperti tadi. Akan tetapi paling tidak, dorongan itu bisa membuat dirinya lepas dari tindihan andi. Untuk sekali lagi, bowo berusaha keluar kamar. Kali ini dengan merangkak karena ketidakmampuannya untuk berdiri. Andi sendiri kembali mengejar bowo.

“mau kemana kau?” teriak andi. Ia berdiri dan mengejar bowo. Bowo dengan sekuat tenaga merangkak sambil mencari dimana senjatanya berada. Bowo melihat senjatanya berada di bawah meja. Dengan susah payah ia mendekati senjata tersebut dan mengambilnya. Bowo akhirnya memang bisa mendekati senjata tersebut dan hampir saja mengambilnya, sayang sebelum itu terjadi andi sudah menubruknya lagi.

“brukkk...!!!” tubuh bowo lagi-lagi ditindih oleh andi. Dengan posisi tengkurap dan ditindih oleh andi, tangan bowo masih berusaha untuk meraih pistolnya.

“hahahaha...saatnya kamu merasakan apa yang dirasakan pria-pria sebelumnya” andi berkata sambil mengarahkan bolpoint ke leher bowo. Andi tidak tahu apabila bowo sedang berusaha untuk mengambil senjata. Hingga, Dorrrr......... Terdengar suara tembakan. Entah apa yang terjadi. Tubuh andi yang masih berada di atas tubuh bowo tiba-tiba tersungkur. Bowo bangkit dan berusaha melihat keadaan andi. Ia melihat andi terkapar dengan luka tembakan tepat di dadanya. Darah mengucur dari dadanya tersebut. Nafasnya masih terdengr sedikit. Kemudian, bowo mengambil telepon. Ia ingin menghubungi polisi. Dengan tenaga yang tersisa sedikit, bowo melaporkan kejadian yang baru saja terjadi dan meminta bantuan segera. Tepat setelah ia menelpon, tenaga bowo habis dan langsung jatuh pingsan.

Bowo tersadar dari pingsan dan mendapati dirinya sudah berada di rumah sakit. Ia tidak tahu sudah pingsan berapa lama dan apa yang selanjutnya terjadi. Saat itulah, masuk polisi, rekannya di kantor. Dari polisi tersebut, bowo baru tahu apabila ia sudah pingsan lebih 12 jam lamanya. Bowo juga diberitahu apabila kasus pembunuhan sudah terungkap dengan kematian andi. Mendengar itu, bowo menjadi lega. Namun disisi lain, ia masih menyimpan rasa trauma dan tekanan. Entah apa penyebabnya. Untuk itu, ia memutuskan untuk cuti dalam waktu tidak terbatas.

Seminggu setelah kasus itu, bowo masih shock. Dia hanya berada di apartemen terus. Rio sudah beberapa minggu tidak pernah terlihat, tiba-tiba muncul. Ia mendatangi apartemen bowo. Dengan pakaian penuh warna dan membawa makanan, ia berdiri di depan pintu. Cukup lama menunggu, akhirnya bowo membuka pintu. Saat itulah, rio melihat sosok bowo yang terlihat kacau. Wajah bowo terlihat kusam dengan bulu kumis dan cambang yang tidak pernah dicukur. Selain itu, saat membuka pintu, bowo hanya mengenakan celana pendek. Pemandangan yang tidak biasa karena sehari-hari bowo selalu berdandan rapi dan necis. Tapi, itu sepertinya tidak jadi masalah bagi rio, ia malah menyukai penampilan bowo yang seperti itu.

“mau apa kesini?” tanya bowo acuh.

“hanya ingin menjenguk”

“aku baik-baik saja”

“tapi, apa yang aku lihat tidak seperti yang kau katakan” kata rio yang masih berdiri di depan pintu.

“sudahlah, aku tidak ingin diganggu” kata bowo sambil mencoba menutup pintu lagi, tapi dihalangi oleh rio.

“paling tidak, perbolehkan aku masuk 10 menit” rayu rio. Bowo masih diam saja.

“5 menit...” rayu rio lagi. Bowo masih diam saja. Tapi akhirnya ia menyerah dan memperbolehkan rio masuk. Di dalam kamar, rio langsung meletakkan tas plastik berisi makanan di atas meja makan.

“mau makan?” rio coba melumerkan hati bowo. Tapi, hati perasaan bowo masih tak bergeming. Ia tak menghiraukan rio. Ia malah keluar dari kamar menuju balkon, duduk di kursi untuk merokok sambil melamun. Akhir-akhir ini, itulah yang sering dilakukan oleh bowo. Melihat bowo seperti itu, rio jadi merasa kasihan. Tetapi, ia menepis jauh perasaan kasihan tersebut karena ada rencana yang harus ia lakukan.

Setelah selesai meletakkan makanan, rio keluar munyusul bowo di lobi. Ia kemudian duduk di sebelah bowo. Rio menggeser sedikit duduknya sehingga berdempetan langsung dengan bowo. Bowo masih diam saja tak mempedulikan.

“kok dari tadi diam saja?” tanya rio. Tak ada jawaban dari bowo.

“tidak suka dengan kehadiranku ya?” tanya rio lagi yang diikuti dengan meletakkan tangan kirinya di atas paha bowo. Rio sedikit mengusap-usap paha bowo itu. Bowo lalu menengok dan memandang mata rio. Mereka berpandangan selama 10 detik tanpa ada yang berbicara. Rio ternyata melihat kesempatan dalam kondisi seperti ini. Ia menyorongkan mukanya dan mencoba mencium bibir bowo. Namun sebelum keinginan rio tercapai, bowo sudah memalingkan muka. Bahkan ia beranjak dari tempat sofa dan berdiri menjauhi rio.

“kalau sudah tidak ada urusan, pulang saja” kata bowo datar. Merasa tersindir, rio bangkit dari kursi. Tapi bukan untuk pulang, melainkan tetap berusaha untuk menggoda bowo lagi.

“kenapa kamu berubah, apa salahku?”Tak ada jawaban dari bowo.

“apa aku yang telah menyebabkan kamu menjadi seperti ini?lalu kemudian kamu marah padaku?” tanya rio lagi setengah memberondong. Rio lalu mendekati bowo lagi, sekarang dari belakang bowo yang sedang berdiri. Dengan lembut, ia meraba punggung bowo yang bidang dengan tangannya. Ia usap dengan lembut ke seluruh bagian. Bowo masih saja terdiam, namun tidak melepaskan diri dari tangan rio. Bowo kemudian setengah menengok.

“sudahlah, lupakan saja. Semua ini tidak ada hubungannya denganmu” ucap bowo yang kemudian membalikkan badannya mengahadap rio. Sekarang mereka berdua berhadap-hadapan. Mata mereka saling memandang.

“jadi, apakah masih ada kesempatan bagi kita berdua?” tanya rio dengan sedikit tersenyum manis ke arah bowo. Ia juga menaikkan tangannya dan menyentuh dada bowo yang sedikit berbulu. Rio memainkan bulu-bulu halus tersebut. Bowo masih saja terdiam. Dan rio sepertinya merasa bahwa keterdiaman bowo adalah jawaban iya. Lalu, dengan lebih berani, rio mulai beraksi. Bukan tangan yang menyentuh dada bowo, sekarang lidah dan mulutnyalah yang berada di dada bowo. Ia jilati dada dan kedua puting bowo. Seperti sudah tersihir, bowo diam saja.

“aaahhh...” bowo mulai terangsang. Namun itu tidak berlangsung lama. Bowo kemudian tersadar dan mencoba melepaskan diri dari rio. Tapi rio sepertinya sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi. Ia pegangi tangan bowo dan menahannya supaya tidak beranjak.

“please...” ucap rio dengan muka sedikit memelas. Bowo tak bereraksi apa-apa. Rio kemudian menuntun tubuh bowo dan merebahkannya ke atas sofa. Lalu rio duduk dia atas tubuh bowo, dan mulai mencium bibir bowo. Awalnya bowo belum membalas ciuman tersebut, namun karena ganasnya ciuman rio, ia akhirnya terangsang dan mau melayani permintaan rio. Ia mengimbangi ciuman rio dengan memainkan lidahnya. Sekarang mereka sudah berciuman dengan panasnya. Tangan mereka juga sudah saling meraba tubuh pasangannya. Tangan rio memilin-milin puting bowo, sedang tangan bowo meremas-remas buah pantat rio. Puas dengan berciuman, rio mengalihkan bibirnya untuk memagut leher bowo.

“arggghhh...” birahi bowo semakin naik. Ia hanya mendesah untuk mengekspresikan kenikmatan yang ia dapatkan. Puas dengan bagian leher, bibir rio makin turun ke bawah. Ia sekarang menjamah dada dan puting bowo. Tidak hanya dijilati, tapi juga disedot kuat-kuat.

“ough...ouh...” tubuh bowo menggelinjing. Rio memang lihai dalam mengoral. Tidak lama rio bermain-main dengan dada bowo, sekarang ia mulai mendekati bagian paling penting, yaitu kontol bowo. Kontol bowo masih terbungkus celana hitam pendek. Sudah terlihat besarnya karena kontol bowo menegang. Rio awalnya meraba halus kontol dibalik kain hitam tersebut. Ia juga menjilati sebentar sebagai sensasi.

“please, suck my dick...” pinta bowo yang sudah tidak tahan. Sambil tersenyum, rio kemudian menari celana hitam tersebut. Menjulurlah kontol super gedhe milik bowo. Kontol coklat tua, dengan urat yang terlihat karena kontol tersebut sedang menegang, serta dihiasi dengan bulu jembut yang lebat namun rapi disekitar kontol. Rio benar-benar suka dengan kontol milik bowo.

“i like it...” kata rio manja. Ia mengusap seluruh bagian kontol, termasuk meraba-raba biji pelernya. Lalu ia mulai menggunakan lidahnya untuk menjlati bagian demi bagian kontol bowo.

“aahhh...ahhh...” desah bowo. Jilatan rio makin ganas, ia sekarang juga mengocok pelan kontol tersebut, dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Ia menelannya mentah-mentah. Lalu setelah dikocok dengan mulutnya, ia menyedot kontol tersebut saat berada di dalam mulut.

“argggggghhhhhhh...........” bowo merasakan nikmat sampai tubuhnya menggelinjing. Rio dengan sigap, mengoral kontol bowo. Kontol bowo berdenyut-denyut karena sedotan yang dilakukan oleh rio.

“ough..shit...ough....” berulang kali bowo hanya bisa mendesah karena nikmat taktala kontolnya disedot dari dalam mulut rio. Rio bahkan memainkan jari-jarinya di sekitar lobang anus bowo.

“ah...lagi rio, lagi...ough....” desah bowo. Rio semakin bersemangat mengoral. Hingga sekitar 5 menit kemudian, bowo akan mencapai klimaks.

“rio, aku mau keluar, ough....” ucap bowo tersenggal-senggal. Rio semakin bersemangat mengoral.

“ough..ough..ough...arrggghhhhhh...!!” bowo sampai berteriak saat mencapai klimaks. Crot...crot..crot.... pejuh putih kental keluar dari kontol bowo dan mengenai muka rio. Rio dengan senang menerima semburan pejuh tersebut.

“ah..ah..” bowo masih mendesah karena kenikmatan yang tersisa. Kemudian, rio membersihkan sisa pejuh yag tumpah di sekitar perut dan paha bowo. Ia menjilatinya dan kemudian menelannya. Bowo sendiri masih mengatur nafas. Kontolnya sudah kembali ke ukuran biasa. Setelah selesai, rio memandang wajah bowo dengan tersenyum. Bowo membalas senyuman itu. Dengan penuh kemesraan, Bowo menarik tubuh rio ke atas dan memeluknya erat. Mereka kembali berciuman dan bergumul di atas sofa. Sepertinya ronde ke dua tidak akan lama lagi berlangsung. Puas bergumul di atas sofa, bowo menggendong tubuh rio dan membawanya masuk ke apartemen. Ia lalu merebahkan tubuh rio di atas ranjang. Kemudian, ia melucuti pakaian rio satu demi satu hingga telanjang bulat. Tanpa bisa menahan gairahnya, bowo langsung menindih tubuh rio dan mereka kembali bergumul. Dua sosok tubuh pria telanjang berada di atas ranjang sedang melampiaskan nafsu birahinya. Dengan posisi di atas, bowo menciumi leher rio.

“ough..ough...” rio mendesah pelan. Setelah itu, bowo berhenti dan berkata sesuatu kepada rio.

“sudah lama aku ingin melakukan ini lagi padamu”

“aku juga?” jawab rio tak kalah romantis. Lalu, bowo bergerak turun dan mengarah di lobang pantat rio. Penuh kelembutan bowo mencium lobang anus rio.

“ah...” rio lagi-lagi mendesah pelan karena rasa nikmat. Setelah itu, bowo langsung bersiap-siap untuk memasukkan kontolnya ke lobang rio.

“iyah, masukkan saja” pinta rio yang sepertinya sudah tidak sabar. Dan bles...

“arghhh..” keduanya sama-sama menggerang saat kontol bowo memasuki lobang anus rio.

“lebih dalam..please...fuck me...!”

“oh yeah...oh yeah...” bowo mulau mendorong maju mundur pantatnya. Kontolnya keluar masuk dari lobang rio. Wajah keduanya merah padam bercampur keringan karena kenikmatan yang di dapat.

“ough..ough..ough...” erang bowo.

“yeah..yeah..fuck me...fuck me...” erang rio tak mau kalah memberi semangat kepada bowo. Bowo yang disemangati, seperti mendapat angin semakin mempercepat gerakan kentotannya. Kontolnya yang keluar masuk dari lobang anus rio sangat memberikan sensasi yang luar biasa. Sesekali ia menundukkan badan untuk sekedar mencium bibir seksi milik rio. Dan selanjutnya, ia kembali mengobok-obok pantat rio dengan kontolnya.

“yeah..yeah...ough...ough....” gerakan pinggul bowo sangat luwes.

“ough..ough..ough..” rio yang terlentang menerima kentotan bowo, juga terlihat sangat menikmatinya. Tangan kanan rio mengocok sendiri kontolnya. Hingga akhirnya, keduanya akan mencapai klimaks.

“ough...ough..” bowo mempercepat gerakan pinggulnya.

“ough..ough..arghhhhhhhhh..........!!!”crot..crot... pejuh keluar dari kontol bowo. Ia benamkan kontolnya dalam-dalam di lobang anus rio sehingga pejuh yang keluar seperti tertanam di “rahim” rio.

“ah..ah..ah..” bowo menikmati sisa-sisa kenikmatan sambil mengatur nafas. Sementara itu, rio masih saja mengocok kontolnya sendiri, tak berapa lama.

“ough..ough..oughhhhhhhhhh....” crot..crot..pejuh keluar dari kontol rio sambil mengenai perutnya. Keduanya lalu saling berpandangan sambil tersenyum. Kemudian bowo merobohkan tubuhnya ke rio. Ia Memeluk erat rio dan merebahkan kepalanya di dada rio. Keduanya bisa mendengar deru nafas dan detak jantung mereka satu sama lain. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Saat itulah, tanpa bowo sadari, tangan rio mengambil suatu barang dari saku celananya. Barang itu adalah bolpoint.

The end ..................................................

No comments:

Post a Comment