3 Didepan kami kini terpampang adegan oral sex yang dilakukan oleh sang cewek kepada sang cowok. Mulut kedua cewek itu begitu lihai menyelomoti kontol sang cowok. Kudengar sang cowok mulai mengerang-erang keenakan. Selanjutnya dengan posisi doggy style menghadap ke penonton sang cowok mengentot sang cewek. Rintihan, erangan, desah nafas mereka memenuhi ruangan.
Sambil mengentot begitu sang cewek saling berciuman dan sang cowok juga saling berciuman. Malah selanjutnya terjadi pertukaran aksi mengentot. Sang cewek saling tindih menindih menggesekkan memek mereka satu sama lain. Sementara kedua cowok itu melakukan aksi sodomi doggy style. Ahh....., kontolku makin ngaceng. Aku remas-remas selangkanganku. Dito yang duduk disebelahku juga melakukan hal yang sama. Sedang asik meremas kontol sambil menyaksikan adegan sex lesbianisme dan gay, tiba-tiba aku merasakan tanganku yang sedang meremas ditepis seseorang. Kulihat kebawah, astaga! Diantara selangkanganku jongkok dokter Angga yang sedang sibuk membuka resleting celanaku. Disebelahku Dito juga mendapat perlakuan yang sama dari dokter Calvin. Tanpa minta ijin keduanya segera memasukkan batang kontol kami yang sudah tegak itu kedalam mulut mereka.
Rupanya hiburan ini merupakan perangsang bagi kami. Setelah kami terangsang selanjutnya kami akan jadi sasaran nafsu senior-senior ini rupanya. "Mmppp…besar banget kontolmu dik, mmpppphhh," kata dokter Angga. Mulutnya penuh dengan kontolku. Dia mengoral batangku dengan penuh nafsu.
Dalam sekejap ruangan itu telah menjelma menjadi ruangan isap kontol, masing-masing cowok sedang dioral oleh cowok yang lain. Para dokter sepertinya diberikan kehormatan untuk mencicipi kontol mahasiswa baru. Sedangkan senior yang lain saling mengoral diantara mereka.
Kulihat Ricky mendekati para penari sex remaja itu. Sebentar saja kedua cewek penari itu sudah ditungganginya bergantian. Sementara mengentot sang cewek tangannya meraba-raba sang cowok yang sedang melakukan doggy style dengan temannya. Ketika akhirnya sang penyodom sudah menuntaskan nafsunya, cowok yang tadi disodomi menuju ke belakang Ricky. Kemudian dia menyodomi Ricky yang sedang asik mengentot dengan seorang cewek penari. Ricky mengerang-erang keras, kayaknya dia keenakan banget. Malam hingga keesokan harinya kami, para anggota baru, menjadi bulan-bulanan para senior. Satu persatu para senior menggilir kami. Dalam waktu kurang dari 48 jam, lobang pantatku sudah dirojok oleh 14 batang kontol milik para seniorku. Tak ada satupun yang menggenakan kondom, sperma mereka bersemburan di dalam rongga pelepasanku. Mereka mengentot kami dengan berbagai gaya dan di berbagai tempat. Kamar mandi, ruang tamu, kolam renang, halaman villa, dalam mobil, di atas tempat tidur, diatas meja makan, di lapangan basket, pokoknya di setiap sudut villa itu. Masing-masing dari mereka memiliki kekhasan sendiri saat ngentot. Ada yang suka menjerit-jerit, ada yang mengerang-erang seperti banteng ngamuk, ada yang merintih-rintih, juga ada yang suka mengeluarkan kata-kata kotor saat kontolnya menghujam-hujam lobang pantat pasangannya.
Disodomi terus menerus aku bosan juga. Aku pengen menyodomi juga. Maka ketika ada kesempatan, kubawa dua cowok SMU menjadi penari sex itu ke mobilku. Kusodomi mereka bergantian. Sialnya ketika aku hampir menyelesaikan ngentotku yang ketiga kalinya dengan cowok-cowok itu, Ricky memergoki kami. Disuruhnya kedua cowok itu meninggalkan kami. Aku bakalan dihukumnya nih kayaknya.
4 Ricky segera menelanjangi dirinya yang hanya memakai celana dalam. Sejak kami digilir satu persatu oleh para senior maka semua peserta acara ini tidak ada lagi yang memakai pakaian lengkap. Kalo tidak sekalian bugil maka paling enggak mereka memakai celana dalam saja. Tentu saja tidak ada yang kedinginan, karena kalau merasa kedinginan mereka kan bisa ngentot untuk memanaskan tubuh.
Ricky mendorong tubuhku untuk bersender ke mobil. Kemudian ia membelakangiku, mengangkangkan pahanya yang berotot sekaligus menyibakkan belahan pantatnya yang bagus. Kontolku ditancapkannya ke lobang pantatnya. Pantatnya digoyang-goyangkan mengeluar masukkan batang kontolku ke lobang pantatnya. Ohoh….seret banget rasanya. Berulang-ulang aku menyodominya sambil mengocok batang kontolnya yang besar. Ricky kelihatannya sangat suka disodomi sambil dikocok. Ketika kami istirahat sebentar setelah orgasme yang ketiga kalinya, aku bertanya padanya, "Kamu suka banget dianal ya Ky?" tanyaku.
"Iya," jawabnya.
"Kenapa?"
"Kenapa? Karena itu yang gak gua dapetin dari ngentot dengan cewek," jawabnya kalem. Bener juga sih, hehehe.
Selanjutnya diselipkannya kembali batang kontolku ke lobang pantatnya yang semakin licin karena telah berulang-ulang dibasahi oleh spermaku. Kini dia menduduki kontolku sedangkan tubuhku tertidur telentang di atas rumput taman villa itu. Ricky menggenjot pantatnya penuh nafsu. Aku mengerang-erang keenakan dibuatnya.
Sejak itu kami selalu rutin menyelenggarakan acara ngentot bareng. Yang pasti setelah kegiatan belajar kelompok selesai pasti kami lanjutkan dengan acara memuaskan nafsu. Ricky pasti selalu memintaku untuk menyodominya. Dia sangat ketagihan dengan kontolku. Karena dibandingkan anggota yang lain, katanya kontolkulah yang paling besar sehingga gesekan di lobang pantatnya sangat terasa. Aku tidak pernah melakukan hubungan sex dengan teman seangkatanku dalam kelompok belajar itu. Karena ada larangan yang mengatur bahwa sesama anak baru tidak boleh mengentot. Anak baru hanya bertugas untuk memuaskan seniornya saja.
Aku aktif di kegiatan kelompok belajar itu hingga semester dua. Selama setahun itu diantara para senior aku paling sering bermain sex dengan Ricky. Pernah sekali waktu ketika ada acara ulang tahun teman kampus, Ricky memintaku menyodominya di kamar mandi hotel tempat pesta dilangsungkan. Padahal saat itu ia sedang bersama Vina, pacarnya waktu itu. Dia permisi kepada Vina untuk ke kamar mandi. Dan dia baru kembali menemui Vina satu setengah jam kemudian.
Aku benar-benar kangen dengan lobang pantatnya itu. Tapi kesibukanku di kegiatan kemahasiswaan sejak semester tiga lalu, menyebabkan aku semakin jarang ngumpul dengan kelompok belajarnya Ricky. Hingga akhirnya aku tak pernah datang lagi kesana. Mataku masih terus memandangi Ricky yang sedang makan dengan Andrea pacarnya. Ricky yang merasa sedang diperhatikan menoleh padaku. Tanpa diketahui oleh Andrea, ia mengedipkan matanya padaku. Dasar nakal.
5 "Ji, nasi gorengnya," kata Mbok Nah. Dihadapanku sudah terhidang sepiring nasi goreng plus telor dadar dan potongan-potongan tipis daging ayam. Segera kulahap nasi goreng buatan Mbok Nah yang rasanya memang oke, se-oke nasi goreng buatan Mbak Ayu di rumah. Perutku yang tadi keroncongan kini mulai kenyang. Benar-benar nikmat makan nasi goreng sambil nyeruput jus jeruk seperti ini.
"Assalamualaikum Ji," sebuah suara menegurku. Suara satu ini tak bisa kulupa. Ini suara Zaki. Teuku Zaki Adriansyah, teman seangkatanku yang sangat baik, pintar, alim, dan banyak mengingatkanku.
"Alaikumsalam," jawabku sambil mendongak memandangnya yang berdiri tegak di depan mejaku.
"Duduk Zak," kataku padanya. Zaki duduk didepanku, matanya menatapku teduh. Aku selalu suka dengan tatapannya. Bukan hanya tatapannya saja yang kusuka, seluruh yang ada di dirinya aku suka. Wajahnya yang putih bersih dihiasi rambut hitam lurus halus yang selalu dipotong pendek, hidung mancung tegas, alis tebal, bibir tipis kemerahan dan janggut hitam lebat di dagunya. Zaki tidak suka memelihara kumis dan cambang. Kumis dan cambangnya selalu dicukur meninggalkan bekas cukuran yang berwarna kebiruan diatas bibir dan rahangnya. Tubuhnya tinggi proporsional. Bulu-bulu halus lembut, tumbuh di pergelangan tangan dan betisnya yang putih bersih. Bulu-bulu ini hanya bisa aku lihat ketika kami sama-sama mengambil wudhu karena Zaki selalu menggenakan celana panjang dan kemeja lengan panjang.
"Makan jangan terburu-buru seperti itu, meskipun kita dalam keadaan lapar luar biasa. Kalau keselek kan kita sendiri yang rugi," kata-kata mengingatkan darinya keluar lembut dari bibir tipis kemerahannya itu. Zaki benar-benar cowok yang bagus. Aku selalu berdebar bila berada didekatnya. Aku sangat menyukainya, tapi tak pernah bisa menjangkaunya. Dia terlalu baik, terlalu alim. Aku suka dengan gayanya, bicaranya, wawasannya, dan tentu saja fisiknya, hehe.
Aku mengenalnya pertama kali pada acara penataran di kampus. Kami satu kelas. Saat itu kami selalu bersama-sama karena dialah orang yang pertama aku kenal. Zaki berasal dari Aceh. Katanya dalam tubuhnya mengalir darah Arab, Spanyol, dan Aceh asli. Sejak kecil hingga menamatkan SMA, Zaki tinggal bersama orang tuanya di Medan. Ayahnya adalah dosen di Universitas Sumatera Utara. Lulus UMPTN di Fakultas Kedokteran inilah yang membawanya tinggal di Jakarta dan mempertemukan kami.
Memasuki masa awal perkuliahan, seusai penataran, kami masih selalu bersama-sama. Aku sering mengantar pulang Zaki ke kosnya. Meskipun sebenarnya aku agak malas, tapi aku tak pernah kuasa untuk menolak ajakannya mendengar pidato tokoh-tokoh Islam di Mesjid Al Azhar. Karena aku suka berada didekatnya. Mencium harum tubuhnya sering membuatku terangsang. Padahal parfumnya hanyalah parfum murah non alkohol yang sering dijual di mesjid-mesjid.
Seringkali aku menyusun rekayasa agar bisa melihat tubuh dibalik pakaiannya yang selalu tertutup itu. Tapi sial men, gak pernah bisa. Aku ajak renang, jawabnya lari pagi cukup. Aku ajak fitness ke fitness centre, jawabnya di kos dia punya dumble. Pernah aku menginap di kosnya dengan fikiran bisa ngelihat dia pake handuk doang saat keluar atau masuk kamar mandi, juga gak bisa. Dia masuk dan keluar kamar mandi selalu dengan pakaian lengkap! Bahkan tidurpun dia pake celana panjang. Hawa Jakarta yang luar biasa panas kurasakan, tak mengganggunya sama sekali. Padahal kamar kosnya tak memiliki pendingin ruangan seperti kamarku.
Aku pernah mencoba untuk mengajaknya bergabung dengan kelompok belajar Ricky. Ketika itu pikiran kotorku muncul untuk menjebaknya. Jawabnya dia sudah bergabung dengan kelompok belajar yang anggotanya aktivis mesjid kampus. Sial! Rekayasaku tak pernah berhasil. Selalu gagal total.
Lalu perlahan-lahan aku mulai menjaga jarak dengannya. Aku tak dapat menggapainya dan aku tak mau terus menerus terbuai angan-angan membayangkannya. Setiap dia mengajakku untuk ikut dengannya aku selalu menghindar, menolak dengan beribu macam alasan. Tapi dia tak pernah jauh dariku. Zaki selalu datang meskipun aku selalu menghindar darinya. Seperti saat ini.
“Mas Zaki makan?” suara cempreng Nuning membuyarkan lamunanku tentang Zaki. “Mmmm boleh deh, nasi goreng seperti punya Aji satu ya,” jawabnya. Duh bibir merahnya yang tipis itu sangat menggodaku. Nuning segera berlalu tanpa perlu menanyakan Zaki minum apa. Soalnya minuman Zaki tak pernah berubah sejak dulu, air putih tok. Tidak seperti kepada mahasiswa lain, Nuning tak pernah berani bergenit-genit ria menggoda Zaki. Nuning kapok menggoda Zaki. Pertama kali menggoda, dulu di awal perkuliahan, Nuning langsung dinasehati panjang lebar oleh Zaki, lengkap dengan segala dalil agama. Akibatnya tuh cewek hanya bisa menunduk tanpa bisa ngomong apa-apa lagi. Aku yang saat itu duduk tepat di depan Zaki seperti saat ini, hanya tertawa tergelak-gelak melihat Nuning. Setelah itu giliranku yang kena masehat Zaki karena menertawakan Nuning. Hehehehe.
“Ji, anak-anak merencanakan aksi demo besar-besaran nih. Ikut ya?” kali ini suara Zaki yang membuyarkan lamunanku. Aku tercekat dengan pertanyaannya. Dia benar-benar tak pernah bosan mengajakku.
“Kayaknya gua gak bisa deh Zak. Gua sama anak-anak juga sedang repot nih,” jawabku menunduk menghindari tatapannya.
“O ya? Gak papa deh kalo gitu. Masih gabung dengan anak-anak di kelompok nasionalis Ji?” tanyanya. Aku hanya menjawab dengan mengganggukkan kepalaku.
“Tawaranku yang kemaren gimana Ji?”
“Tawaran yang mana?”
“Kok bisa lupa sih Ji? Itu lo tawaran bergabung dengan kita,”
“O, mmmm entar deh masih gua pertimbangkan.”
“Dari kemaren-kemaren jawabnya gitu terus deh. Kenapa Ji? Apa karena kamu gak bisa deketin cewek kalo gabung dengan kita?” tanyanya.
Aku nyengir. Bukan itu alasannya. Alasannya karena aku gak bisa dapetin elo, kataku dalam hati. “Enggaklah Zak. Hari gini mikirin godain cewek, gak mutu” itu jawaban yang keluar dari mulutku.
“Jadi kenapa?”
“Mmmm gimana ya Zak, gua rasa gua gak pantas gabung di kelompok elo. Gua anaknya kan elo tau gimana. Gua banyak dosa Zak,”
“Kok mikirnya gitu. Jangan gitu Ji, kita semua sama aja kok di depan Tuhan. Kamu gak boleh mikir kayak gitu. Emangnya kamu fikir aku gak punya dosa? Gaklah Ji, aku juga punya dosa, sama seperti kamu.” Aku hanya diam menunduk mendengar kata-katanya. Andai kamu tau dosa-dosa yang kulakukan Zak, kataku dalam hati.
“Aku harap kamu tidak terlalu lama mempertimbangkannya Ji,” kata Zaki mengakhiri pertanyaannya. Nasi goreng sudah terhidang di depannya. Zaki tak berkata-kata lagi padaku, dia mulai melahap nasi gorengnya, merupakan kebiasaannya untuk tidak berbicara saat makan.
Bersambung............
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment