My Blog List

Saturday 13 March 2010

Petualangan Aji 2, Part 3

6 Pukul satu siang aku kembali ngumpul dengan teman-temanku sesama aktivis mahasiswa yang disebut Zaki kelompok nasionalis itu. Kami berkumpul di salah satu ruangan kampus. Kami akan mematangkan rencana acara orasi politik yang telah kami audiensikan dengan Dekan tadi pagi. Ketika aku datang seluruh anggota tim sukses acara telah hadir dan sedang serius membicarakan sesuatu. Aku segera duduk di sebelah Bram, aktivis mahasiswa katolik. “Dari mana Ji? Kok telat?” sambil tersenyum manis Bram berbisik menegurku. Aku memang telat hampir setengah jam. Sehabis makan tadi aku tak sanggup menolak ajakan Zaki untuk sholat dzuhur dulu di masjid fakultas. “Sorry Bram, gua tadi ketemu teman lama. Jadinya keasikan ngobrol,” jawabku juga dengan berbisik dan membalas senyumannya. Selanjutnya aku sudah larut dengan pembahasan rencana acara kami. 7 Pembahasan selesai pukul 8 malam. Banyak sekali yang kami bicarakan tadi. Aku bersiap-siap untuk pulang. Syukurlah hari ini pembahasan tidak terlalu lama seperti biasanya sehingga aku punya kesempatan untuk beristirahat lebih banyak. Aku segera beranjak meninggalkan ruangan, tiba-tiba ada yang mencekal lenganku dari belakang. Kutolehkan kepalaku, Bram rupanya. “Mau langsung pulang?” tanyanya. “Iya, kenapa?” tanyaku. “Entar aja deh, temani gua ngetik dulu,” katanya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku. “Iya Ji, lo temani Bram ngetik dulu deh, entar kan dia bisa numpang pulang dengan elo,” kata Yuda sang koordinator. Bram adalah sekretaris kegiatan orasi politik yang kami adakan, karena itu setiap habis rapat dia wajib mengetik notulen rapat. “Oke deh,” jawabku. Bram segera mengetik di depan komputer, aku duduk disebelahnya sambil menghisap rokok mildku, sementara anak-anak yang lain satu persatu pamit kepada kami untuk pulang. Tak sampai sepuluh menit kemudian tinggallah kami berdua di ruangan itu. Bram serius mengetik, aku diam memperhatikan layar monitor komputer. Ruangan sepi. Tiba-tiba tanpa permisi lebih dulu Bram melumat bibirku dengan penuh nafsu. Aku segera membalasnya dengan penuh nafsu juga. Gak usah kaget. Kami udah biasa kok begini. Kedipan matanya tadi adalah sandi ajakan Bram untuk berhubungan sex denganku. Kalau udah begini terpaksa rokokku kumatikan dulu deh. Bram ini orang Semarang. Nama lahirnya sih sebenarnya Suryanto. Tapi kemudian ia mendapatkan nama baptis Abraham dari gereja. Maka jadilah namanya kemudian menjadi Abraham Suryanto. Sehari-harinya ia dipanggil Bram, singkatan dari Abraham. Penampilan cowok satu ini benar-benar macho. Rambutnya ikal gondrong sebahu. Rahangnya kukuh dan selalu tercukur rapi. Hidungnya mancung tegas. Tubuhnya ketat berotot. Kulit sawo matang dan boros dengan bulu-bulu, di dada, ketiak, perut, dan tentu saja di pangkal kontolnya yang tidak disunat itu. Pada mulanya aku tidak pernah membayangkan kalau Bram ini juga doyan ngesex dengan cowok. Aku sudah mengenalnya sejak semester pertama di kampus. Kami sama-sama ikut kegiatan karate. Sejak pertama mengenalnya, yang aku tahu Bram sudah memiliki cewek yang cantik. Namanya Margaretha, mereka sudah pacaran sejak SMU di Semarang. Margaretha juga kuliah di Fakultas Kedokteran. Dalam keseharian di kampus, mereka berdua selalu kelihatan mesra. Aku baru mengetahui rahasia Bram pada awal semester tiga. Ketika itu pukul 10 malam. Latihan karate sudah selesai setengah jam lalu. Kampus sudah sangat sepi. Selesai latihan aku tidak langsung pulang tapi singgah sebentar ke ruangan Senat Mahasiswa. Sebagai anak baru di kepengurusan waktu itu aku begitu bersemangat, sehingga diperintahkan untuk mengerjakan apa saja aku mau padahal badanku lumayan letih selesai latihan karate tadi. Sorenya aku dimintai tolong oleh Sekretaris untuk mengetikkan job deskripsi para pengurus. Selesai mengetik saat akan pulang aku ke kamar mandi dulu untuk pipis. Saat itulah aku mendengar suara-suara lenguhan dari satu ruangan kamar mandi yang pintunya tertutup rapat. Aku segera menuju kamar mandi di sebelahnya. Dengan memanjat di water closet duduk, aku bisa mengintip ke kamar mandi sebelah. Betapa kagetnya aku ketika melihat di kamar mandi sebelah dua orang cowok telanjang bulat sedang bergumul sambil berdiri. Yang satu gondrong sedangkan yang satu lagi cepak. Itu adalah Bram dan Andreas. Dua temanku satu latihan karate dan keduanya aktivis mahasiswa katolik. Bram sedang menggenjot pantatnya dengan sangat cepat mengeluar masukkan kontolnya ke lobang pantat Andreas sambil tangannya memeluk erat pinggang Andreas. Andreas sendiri berdiri merapat ke dinding dengan paha merenggang dan pantat agak menungging sedikit ke belakang. Sambil menggenjot, Bram menyusup-nyusupkan wajahnya ke leher dan punggung Andreas yang lebar dan berotot itu. Pasti dia sedang menciumi atau melumat-lumat leher dan punggung Andreas. Tubuh keduanya basah kuyup oleh keringat. Andreas mengerang-erang sambil memejamkan matanya. Sedangkan Bram melenguh-lenguh. Cukup lama juga Bram menggumuli Andreas hingga akhirnya Bram ngomong, “Ndrehh...mo di tumpahin dimanah nih mani gua?! Ahh..ah...ah....,” “Di pantathh ajah...erghhhhhh,” jawab Andreas. “Gak mauhh...ditelenhh mulut lohhh...ajahhhh....hoh..hoh..hoh..,” “Ya di telen jugahhherghhhh kan..di telenhhhh pantat guahhh,” 8 Begitulah. Malam itu kubiarkan keduanya menuntaskan hasrat cabul mereka. Aku tak mau mengganggu atau ikut bergabung dengan mereka. Besoknya saat ketemu Bram setelah kegiatan perkuliahan selesai, kubisikkan padanya apa yang kusaksikan semalam. Bram sangat terkejut. Ekspresinya sangat ketakutan. “Ji, plis jaga rahasia gua ya,” katanya bermohon. “Mmm..., ada dua syarat yang lo harus penuhi baru gua bersedia nyimpan rahasia elo,” jawabku tegas. “Oke gua akan penuhi apapun syaratnya,” suara Bram terdengar sangat lirih, pasrah. Baru kali itu aku melihat seorang Bram yang jantan, begitu pasrah dihadapan orang lain. Aku tersenyum dalam hati melihatnya. “Syarat pertama lo harus ceritakan ke gua kenapa lo bisa begitu?” “Trus syarat kedua?” “Entar setelah syarat pertama lo penuhi baru gua bilangin syarat keduanya,” “Oke deh, tapi kita ceritanya jangan disini deh,” “Trus dimana?” “Di kos gua aja. Lebih private,” “Oke deh,” Hari itu Bram tidak mengantarkan Margaretha pulang ke kos seperti biasanya, ia beralasan pada ceweknya itu kalau ada urusan penting denganku. Selanjutnya dengan mobilku kami segera menuju kos Bram. Suasana kos Bram sepi, hari masih siang mungkin teman kosnya masih pada kuliah atau ada urusan lain. Biasanya mahasiswa memang baru balik ke kos kalau sudah sore atau malam. Kami segera menuju kamar kos Bram yang terletak di pojok. Kamarnya cukup berantakan juga, khas kamar laki-laki. Bram kemudian mulai bercerita padaku. Bram mengenal Andreas di organisasi mahasiswa katolik. Andreas berasal dari Manado. Karena merasa memiliki banyak kesamaan dalam prinsip dan hobi, mereka jadi akrab satu sama lain. Mereka sering bersama-sama, karena dua-duanya sudah punya gandengan maka tak jarang juga mereka melakukan kencan ganda. Margaretha dan Fiona, cewek Andreas yang anggota genknya Bimo, juga akrab. Kalau tidak ada urusan dengan cewek masing-masing keduanya suka melakukan aktivitas laki-laki bersama-sama, travelling, naik gunung, dan juga latihan karate. Tiga bulan persahabatan mereka Bram tidak menemukan hal yang aneh dengan diri Andreas. Hingga pada suatu malam. Sepulang dari latihan karate keduanya seperti biasa tidak langsung pulang seperti anggota klub karate yang lain. Mereka berdua beristirahat sambil ngobrol. Setelah keringat di tubuh terasa hilang, keduanya menuju kamar mandi kampus untuk bertukar pakaian. Kampus sudah sangat sepi. Keduanya segera menanggalkan pakaian karate mereka hingga tinggal celana dalam saja. Tidak seperti biasanya Andreas memperhatikan dengan sangat serius tubuh Bram yang telanjang. Bram merasa jengah dengan pandangan Andreas itu. “Kenapa Ndre, ada yang salah dengan badan gua?” tanya Bram. “Enggak, tubuh lo sexy banget Bram,” kata Andreas pelan. “Maksud lo?” Bram semakin bingung. “Gua suka liat tubuh lo ini,” jawab Andreas sambil meraba dada Bram. Bram kaget, segera ditepisnya tangan Andreas. “Lo homo ya?” tanya Bram, segera ia memasang kaosnya. “Enggak Bram, gua gak homo. Cuman gak tau sejak pertama kali kita tukar pakaian berdua gua terangsang lihat body elo,” jawabnya lirih. “Gila itu homo namanya,” “Gak Bram, gua rasa gua biseks. Buktinya gua juga doyan ngentotin Viona,” jawabnya. “Mo homo kek, mo biseks kek, pokoknya lo jangan ganggu gua Ndre,” Bram kemudian mencoba memasang celana jeansnya dengan terburu-buru. Dia pengen segera kabur dari hadapan Andreas. Namun dia agak kerepotan memasang jeansnya yang ketat itu. Tiba-tiba saja Andreas sudah mendorong tubuhnya ke arah wastafel. Tubuhnya kemudian ditindihnya oleh tubuh Andreas yang gak kalah atletisnya dengan tubuh Bram, tangan Andreas mencekal kedua tangan Bram kuat-kuat sambil bibirnya segera melumat dada bidang Bram yang ditumbuhi bulu-bulu halus. “Gila lo Ndre,” Bram berusaha menghindari Andreas. Namun ia cukup kerepotan juga. Bibir Andreas terus menari-nari di puting dada Bram. Bram merasakan sebuah perasaan aneh pada dirinya. Dadanya berdesir dan bulu kuduknya merinding. Usahanya melepaskan diri dari Andreas mulai melemah. Jilatan lidah Andreas membuatnya terangsang. Tanpa disadarinya kontolnya mulai bangkit dan mulutnya mengerang-erang pelan. Namun tiba-tiba Bram tersadar. Kembali ia mencoba melepaskan dirinya dari himpitan tubuh Andreas. Namun Andreas semakin meningkatkan kualitas permainan bibirnya. Puting Bram dikulumnya kuat. Kontol Bram yang tersimpan dalam celana dalam terus bergerak semakin besar. Ia semakin menikmati permainan Andreas. Andreas sendiri semakin bernafsu mengerjai puting Bram karena merasa mendapatkan angin. Perutnya mulai bergerak-gerak pelan menggesek-gesek kontol Bram yang terasa semakin membesar dan mengganjal di perutnya. Bram semakin terangsang. Tanpa disadarinya pantatnya mulai bergoyang pelan ikut menggesek-gesekkan kontolnya di perut Andreas yang berotot. Menyadari perkambangan pada diri Bram, Andreas mulai melepaskan cekalan tangannya di tangan Bram. “Ji, gak tau bagaimana tiba-tiba celana dalamku sudah lepas dari selangkanganku, kontolku yang tegak mengacung sudah terbenam dalam mulut Andreas yang hangat,” kata Bram. Lidah Andreas menjilat-jilat batang kontol Bram yang bersarang nyaman dalam mulutnya. Kedua tangan Bram tanpa disadarinya meremas-remas rambut Andreas. Bram sangat menikmati oral yang dilakukan Andreas pada kontolnya itu. Erangannya semakin keras. “Begitulah Ji, malam itu aku menumpahkan spermaku dalam mulut Andreas. Gila Ji, dia menelan semua spermaku dengan nikmatnya. Aku gak tau kenapa, malam itu aku sangat menikmati perbuatan mengoral kontolku. Tapi setelah peristiwa itu tiga hari aku berusaha menghindar darinya,” “O ya,” “Iya. Aku benar-benar syok, tapi dia selalu berusaha mendekatiku. Dia meminta maaf atas kekurangajarannya padaku,” “Trus, kenapa lo bisa kembali berhubungan sex dengannya?” “Mmmm. Aku gak tau Ji, mungkin nafsu sexku memang gede. Setelah tiga hari berselang tiba-tiba aku kepengen lagi mengulangi kejadian malam itu,” Bram nyengir padaku. “Dasar lo. Terus gimana lagi?” “Maka aku telepon dia menyuruhnya datang ke kosku. Aku katakan aku sudah memaafkan dia,” Setibanya di kos Bram meminta Andreas untuk mengulangi perbuatannya. Tentu saja Andreas dengan sangat gembira melakukannya untuk Bram. Setelah malam itu kemudian keduanya semakin sering melakukan acara oral kontol itu. Malah kemudian hubungan sex mereka semakin berkembang, Bram mulai bersedia untuk gantian mengoral kontol Andreas yang juga tak kalah gede dan panjangnya dari milik Bram itu. Keduanya pun semakin jauh dalam hubungan sex sesama jenis. Mereka mulai mencari-cari vcd bokep gay dan menontonnya bersama-sama. Akibat terpengaruh tontonan yang membangkitkan birahi itu, keduanya mulai ingin untuk mencoba melakukan hubungan sex anal. Andreas kemudian mengikhlaskan lobang pantatnya untuk diperjakai pertama kali oleh Bram. Ranjang di kamar kos Andreas adalah saksi bisu keuletan Bram menjebol lobang pantat Andreas untuk pertama kalinya. Diatas tempat tidur itu, pada suatu malam, Andreas tidur tengkurap sedikit merenggangkan paha, sebuah bantal mengganjal perutnya sehingga pantatnya sedikit menungging ke atas, sementara diatas pahanya Bram duduk mengangkang menggenggam batang kontolnya yang sudah dilumuri oleh baby oil mencoba membenamkannya di lobang pantat Andreas yang sempit. Setelah beberapa kali gagal akhirnya kontol Bram tertelan dalam lobang pantat Andreas yang mencengkeram dengan sangat kuat. Kemudian tanpa ampun kontol Bram menyodok-nyodok lobang pantat Andreas. Jeritan kesakitan dari mulut Andreas tak dihiraukan oleh Bram. Andreas sendiri yang sangat kesakitan ketika itu juga tidak berupaya untuk menghentikan kegarangan kontol Bram merenggut keperjakaannya. Keduanya mungkin sangat memahami makna dari pribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Kali pertama itu keduanya melakukan perbuatan itu berulang-ulang hingga akhirnya Andreas tidak lagi merasakan sakit di lobang pantatnya. “Begitulah Ji, sejak saat itu kami semakin sering melakukannya. Tak peduli dimana saja dan kapan saja. Meskipun tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu baik secara lisan apalagi tulisan dalam setiap hubungan sex anal kami, maka yang berperan sebagai penganal adalah gua sedangkan yang dianal adalah Andreas. Andreas tidak pernah berusaha untuk meminta ku bersedia dianal olehnya demikian juga aku tidak pernah mengarahkan Andreas untuk melakukan anal terhadapku,” “Mmmm, gitu ya,” aku berkomentar singkat. Aku yakin saat itu suaraku sangat bindeng saking hornynya mendengar cerita Bram. “Aku udah ceritakan semuanya ke elo, berarti syarat yang pertama sudah terpenuhi kan? Sekarang syarat yang satunya lagi apa Ji?” tanya Bram. “Syarat yang kedua, lo harus mau gua anal,” jawabku tegas. Bram terlongo mendengar jawabanku. “Maksud lo?” “Ayo siap-siap,” tak menghiraukan kebingungan Bram, aku berdiri sambil menanggalkan seluruh pakaianku. Bram semakin terlongo memandangi tubuh kekarku dan kontolku yang mengacung tegak tanpa malu-malu. “Kok masih bengong gitu, nunggu apa lagi? Buka baju deh, terus nungging disitu,” kataku padanya. “Lo homo juga Ji?” tanyanya. “Gak usah banyak tanya, ayo cepetan horny nih gua,” kataku lagi. Bram segera melepaskan pakaiannya. Benar-benar nafsuin deh bodynya si Bram ini. Kulit sawo matang bersih, rambut gondrong ikal, kekar, liat. Bulu-bulu halus lebat tumbuh dibeberapa daerah tertentu seperti di ketiaknya dan dadanya yang bidang. Bulu-bulu didadanya itu membentuk alur ke perutnya yang kotak-kotak terus ke bawah perut didaerah pangkal kontolnya yang masih tidur begitu aja udah segede pisang kepok terjuntai melewati dua buah pelirnya yang hitam berkerut-kerut. Bram tidak disunat, kulit kulup menutupi kepala kontolnya. Kedua pahanya yang kokoh tak berlemak juga ditumbuhi bulu-bulu halus hingga betisnya. “Tunggu apalagi sih? Nungging dong,” suaraku bergetar menahan nafsu. “Ji, aku belum pernah digituin,” kata Bram. “Makanya sekarang elo musti cobain, enak kok. Buktinya aja Andreas ketagihan lo anal kan,” “Mmmmm, oke deh, tapi pelan-pelan ya,” “Iya,” Bram mulai mengambil posisi nungging di atas ranjang. Lobang pantatnya dihadapkannya kepadaku. Benar-benar indah pantat Bram. Lobangnya sangat sempit berwarna kemerahan keriput dihiasi dengan bulu-bulu halus. Kudekatkan mukaku ke lobangnya itu. Tanganku meremas belahan pantatnya yang empuk. Lidahku kuleletkan menyentuh lobang pelepasannya, mmmm, slurup. Saat jilatan pertamaku mengenai lobangnya Bram menggelinjang. Pasti gelinjang itu disebabkan rasa geli yang dirasakannya disekitar lobang pelepasannya. Jilatan keduaku datang dilanjutkan dengan jilatan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Bram menggelinjang-gelinjang keenakan. Bersambung...........

No comments:

Post a Comment