Setiba di rumahnya, Calvin tak mampu memandang wajah Andre saat menyuruhnya masuk. Ia takut Andre menyadari perbesaran ukuran kontolnya sepanjang perjalanan mereka. Andre sendiri kelihatan sangat cuek. Sepertinya ia tak menyadari apa yang terjadi dengan Calvin sepanjang perjalanan tadi. Seperti juga kemaren sore.
Rumah Calvin terlihat sepi. Saat itu jam menunjukkan pukul 18.30 wib. Pada Andre, Calvin mengatakan bahwa kedua orang tuanya belum pulang dan biasanya baru kembali saat ia sudah tertidur lelap nanti.
“Enakan kita makan dulu ya Ndre, supaya belajarnya enggak terganggu,” kata Calvin.
“Boleh aja. Tapi gue mau numpang mandi dulu nih Vin. Badan gue rasanya lengket nih,” jawab Andre.
“Gitu ya. Gue juga rasanya memang perlu mandi nih Ndre. Kalo gitu kita ke kamar aja yuk. Biar elo mandi disana aja,” jawab Calvin.
Calvin membawa Andre menuju kamarnya di lantai dua. Kamar Andre luas. Peralatan lengkap tersedia didalamnya. Televisi 29 inchi, plus DVD player dan Play Station. Juga seperangkat komputer model terbaru. Disudut kamar terdapat kamar mandi besar.
“Itu kamar mandinya. Ini handuk bersihnya. Elo mandi duluan, setelah itu gua. Gua mau ngomong ke Mbak Sum, supaya nyiapin makan malam kita,” kata Calvin. Ia menyerahkan handuk bersih pada Andre.
“Oke,” jawab Andre. Calvin segera meninggalkan Andre. Ia menuju dapur dan kemudian menyuruh Mbak Sum, pembantunya, mempersiapkan makan malam untuknya dan Andre. Kemudian ia segera kembali ke kamarnya di lantai 2.
“Deg!” jantung Calvin berdebar keras saat ia membuka pintu kamarnya. Ia mendengar suara air yang memancar dari shower yang terletak di dalam kamar mandinya. Suara shower hanya bisa terdengar keras memenuhi kamar bila pintu kamar mandi tak ditutup. Perlahan-lahan ia masuk ke dalam kamar. Jantungnya semakin berdebar kencang. Pintu kamar mandi terkuak lebar. Calvin terpaku, matanya menatap lurus tak berkedip ke dalam kamar mandi. Didalam sana Andre yang telanjang sedang asik melakukan gerakan tangan mengocok batang kontolnya sendiri yang sudah mengacung tegak.
Tiba-tiba Andre menoleh ke arahnya. Calvin kaget. Ia gelagapan, dan langsung mengalihkan pandangannya dan berpura-pura menghidupkan televisi. Duduk bersila diatas karpet, matanya menatap layar televisi tapi ia tak memperhatikan siarannya. Jantungnya berdegup keras.
Degup jantung Calvin semakin bertambah keras saat kemudian ia merasakan jemari tangan yang basah membelai lehernya, kemudian melepaskan kaca mata minusnya. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Ia merasakan telinganya seperti digelitik oleh sebuah daging kenyal hangat yang basah disertai dengusan nafas hangat membelai pipinya.
“Gue tau, ini yang selalu elo impikan Calvin,” parau suara Andre membisik di telinganya. Selanjutnya telinga Calvin dengan sukses bersarang dalam kuluman bibir dan gelitikan lidah Andre. Calvin membiarkan saja apa yang dilakukan Andre padanya. Ia tak ingin melarang Andre. Jantungnya terus berdegup semakin kencang.
Jemari tangan Andre kini melepaskan kemeja sekolah Calvin. Tubuh Calvin bagian atas tak menggenakan apa-apa lagi. Dadanya yang cukup bidang kini telanjang.
“Buka mata elo Vin,” bisik Andre. Perlahan-lahan Calvin membuka matanya. Dan betapa kagetnya ia, saat kedua matanya telah terbuka ia menemukan sebuah kontol besar mengacung tegak dihiasi rimbunan jembut lebat berada tepat di depan wajahnya.
Sesaat kemudian kontol besar itu sudah menggesek-gesek mukanya. Dirasakannya geli pada kulit wajahnya akibat gesekan jembut lebat milik Andre. Calvin mengendus-endus batang kontol itu. Wangi sabun, harum menyegarkan.
Tak berlama-lama kontol besar kemerahan itu sudah bersarang dalam mulut Calvin. Calvin menyelomoti batang itu dengan penuh semangat. Meski tak punya pengalamannya sebelumnya, tapi Calvin mengetahui apa yang harus dilakukannya dengan batang kontol besar yang sangat dirindukannya selama ini. Andre menggoyangkan pantatnya maju mudnur dengan gerakan perlahan, penuh kelembutan, mengeluar masukkan batang besar miliknya itu di dalam mulut Calvin.
“Elo menyukainya kan Calvin? Elo suka kontol gue didalam mulut elo kan?” tanya Andre diantara genjotannya.
“Suka bangeth.. Hmmppp...Sreuppssss.....mmpppp...,” jawab Calvin sembari melanjutkan kulumannya pada perkakas Andre dengan penuh semangat. Ludahnya berceceran membasahi batang itu, membuatnya mengkilap indah.
****
Keduanya kini berbaring di lantai, berlawanan arah. Mulut mereka asik mengulum batang kontol milik temannya. Calvin memuluti batang Andre. Sedangkan Andre memuluti batang Calvin yang nongol dari resleting celana sekolahnya. Dari mulut keduanya terdengar suara kecapan-kecapan basah yang semakin membangkitkan birahi mereka.
Setelah puas memuluti batang kontol Calvin, Andre melanjutkan dengan melakukan rimming pada lobang pantat perjaka milik temannya itu. Lidahnya menjilati celah sempit penuh bulu itu. Sesekali lidahnya menusuk-nusuk disana, membuat Calvin mengerang-erang keenakan. Sembari memainkan lidah, jari-jari Andre menyibak celah sempit itu. Menguakkannya selebar mungkin, lalu menyusupkan jarinya ke lorong sempit kemerahan milik Calvin. Calvin mengerang keras. Ia merasakan lobang pantatnya terasa hangat dan penuh. Berulang-ulang Andre menyusupkan jarinya kesana. Ia meludahi lobang itu agar lebih licin, sehingga sodokan jarinya tidak terlalu seret.
Andre merasa celah sempit Calvin sudah dapat beradaptasi dengan baik. Buktinya tiga jarinya sudah dapat menyusup dan merojok disana. Kalaupun Calvin mengerang-erang oleh rojokannya itu, menurut Andre itu merupakan hal yang wajar, sebab Calvin baru pertama kali merasakannya. Andre kini ingin melanjutkan aksinya dengan penetrasi di lobang pantat Calvin.
Andre mengarahkan Calvin agar terlentang di atas karpet. Ia meminta temannya itu untuk mengangkang, membuka pahanya yang kokoh itu selebar-lebarnya. Andre menaiki tubuh Calvin. Meletakkan selangkangannya tepat didepan buah pantat Calvin.
“Elo tahan sakitnya ya Vin. Cuman sebentar doang kok,” katanya, ia tersenyum manis pada Calvin. Temannya itu membalas senyum Andre sambil menganggukkan kepalanya.
Perlahan-lahan Andre mulai menancapkan batang kontolnya yang besar itu ke celah sempit milik Calvin. Tak ada jerit kesakitan dari mulut Calvin. Sekuat tenaga ditahannya rasa sakit pada lobang pantatnya saat senti demi senti batang besar milik Andre memasuki lorong sempitnya. Matanya dipejamkan, tetesan keringat didahinya merupakan pertanda betapa betapa Calvin sangat kesakitan oleh penetrasi itu.
Andre terus berjuang menjebol benteng keperjakaan Calvin. Matanya merem melek, tangannya mencengkeram erat pinggang ramping Calvin. Pantatnya terus mendorong ke depan menyusupkan batang kontolnya menyusuri lorong sempit milik Calvin. Andre merasakan kontolnya seperti diremas-remas dengan kuat oleh dinding lorong lobang pantat Calvin. Dari mulutnya terdengar deru nafas yang keras, “Hohhh...hohhh...hohhhh...,”
Akhirnya, perjuangan Andre membenamkan seluruh batang kontolnya ke dalam lobang pantat Calvin berhasil juga. Ujung kepala kontolnya terasa mentok menyentuh daging empuk yang terasa hangat dan basah, berdenyut-denyut membuat kepala kontolnya terasa geli-geli nikmat.
“Hohhhhhhhh.....,” Andre mendengus keras.
“Udah masuk semua Ndrehhhh?” tanya Calvin.
“Udah Vin. Enak banget men, sempit banget. Lobang pantat elo benar-benar sip. Elo juga benar-benar hebat. Elo sanggup menahan sakitnya,” Andre memuji temannya itu. Calvin tersenyum bangga dipuji seperti itu. Selanjutnya mereka berciuman dengan penuh nafsu.
“Sekarang elo tahan lagi ya Vin, gue akan menggenjot lobang pantat elo,” kata Andre setelah bibir mereka tuntas saling melumat.
“Oke Ndre,” jawab Calvin parau.
Andre meremas buah pantat Calvin yang berkeringat. Kemudian ia menarik buah pantatnya ke belakang, sehingga batang kontolnya tertarik keluar dari lobang pantat Calvin. Belum sampai separuhnya keluar, Andre mendorong pantatnya maju secara perlahan. Kontolnya pun kembali terbenam ke lobang pantat Calvin. Ia merasakan betapa seretnya batang kontolnya bergerak ke luar masuk lobang pantat temannya itu. Calvin mengerang tertahan saat batang kontol Andre dirasakan bergerak keluar masuk lobang pantatnya. Andre terus bergerak berulang-ulang. Lobang kencing pada kepala kontolnya terasa mengeluarkan precum yang mengurangi rasa seret gerakan maju mundurnya.
“Heh...heh..hohh...hohh....enakhhh...bangethhhh...hehh...hohhhh...,” racau Andre. Gerakan pantatnya semakin cepat. Tangan kirinya sibuk meremas-remas tubuh atletis temannya yang licin karena basah oleh keringat, terutama pada buah pantat Calvin yang montok. Sementara tangan kanannya sibuk mengocok batang kontol Calvin yang juga tak kalah besarnya dari milik Andre.
Dari cermin besar yang ada dikamarnya, Calvin bisa melihat pantulan bayangan persetubuhan mereka. Pemandangan yang sangat indah. Tubuh yang bertindihan sama-sama bergoyang seirama. Simbahan keringat yang berkilauan oleh cahaya lampu kamar menunjukkan dengan jelas meregangnya otot-otot mereka yang mulai terbentuk itu. Calvin tersenyum bahagia melihat Andre yang mengerang-erang dengan mata merem melek sedang asing menggenjotkan pantatnya menyodomi dirinya yang menungging pasrah dan melakukan gerakan pantat membalas. Calvin tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan disenggamai oleh cowok sejantan Andre seperti hari ini. Tiba-tiba ia tersadar, mengapa cowok sejantan Andre bisa menyenggamainya dengan penuh nafsu seperti ini. Apakah Andre seorang gay? Lalu bagaimana dengan Cindy, kekasihnya? “Mengapa elo lakukan ini pada gue Ndrehhh?” tiba-tiba terlontar saja pertanyaan itu dari bibirnya. Ia sebenarnya tak mengharapkan Andre akan menjawab pertanyaannya itu. ia khuatir Andre akan menghentikan genjotannya oleh pertanyaannya yang tak pantas pada momen indah seperti ini. Namun tanpa diduganya, diantara genjotannya yang tak berhenti Andre berbisik di telinganya, ”Karena gue tahu elo menginginkannya Calvin manisshhh...,”
“Maksudhh elohhhkhhh,” Calvin kembali bertanya.
“Jangan purah-purah..ssshhhhh..., Vin..., Oh. Guehhh, tahuuhhh, kontol elo selalu ngaceng setiap gue boncenghhh...ohhhh. Danhh eohshhhh.....eloh selalu, salah tingkahkhhh...setiap ngomong ke guehhhhshhhhh. Itu artinya elohh...minta gue entotthhhh...ahhhh,”
Calvin tersenyum malu, ternyata Andre menyadari sikapnya selama ini.
“Untunglah ternyatahhhh elo gay Ndre...kalo enggakhhh...aouhhhh.....gue maluhhhh bangethhh...,”
“Ohhhh...ahhhhhh...siapa bilanghhh..gue gayhhhh....ouhhhhhh..,”
“Buktinya elohhhhhh entotihhhh guehhh nihhhh...ouhhhhhhhh,”
Tiba-tiba Andre menghentikan genjotannya, ia mencabut kontolnya dari Calvin.
“Kok diberentiin Ndrehhh?” tanya Calvin bingung. Ia menyesal mengeluarkan kata-kata itu sehingga akhirnya Andre menghentikan perlakuannya. Andre duduk di lantai menatap Calvin tajam. Calvin salah tingkah dan merasa sangat menyesal. Tiba-tiba Andre tersenyum. Calvin menjadi bingung. Ia menatap mata Andre dengan takut-takut. Ada apa ini?
“Calvin, lo jangan salah sangka ya. Bukan berarti kalau sekarang gue ngentot elo itu artinya gue gay kawan,” kata Andre sambil mengelus dagu Calvin.
“Maksud elo?”
Andre tersenyum lagi. Diambilnya celana dalam putih miliknya dari lantai, lalu ia mengusap keringat di dahi Calvin dengan celana dalam itu.
“Gue boleh cerita ke elo?”
“Terserah elo, tapi entar elo lanjutin lagi kan?” jawab Calvin malu-malu. Andre tertawa, diciumnya bibir Calvin lembut. “Pasti sayang. Lobang pantat elo bikin gue gila tau,” Calvin tersenyum senang mendengarnya.
Kemudian Andre mulai bercerita pada Calvin, tentang anak-anak anggota Tim Basket sekolah yang sering melakukan kegiatan sex sejenis.
“Meski bukan homosex, gue dan temen-temen tim basket doyan ngentotin lobang pantat cowok Vin. Apalagi kalo cowoknya masih perjaka dan ganteng kayak elo,” kata Andre cengar-cengir.
“Biasanya abis latihan basket, anak-anak yang nafsu berat langsung aja ngentot di kamar mandi sekolahan. Mereka cuek aja, meskipun di sekitarnya yang lagi mandi ngeliatin sambil ketawa-ketawa. Soalnya udah biasa,”
“Masak sih? Bebas banget ya.”
“Kan cowok semua. Ngapain malu. Semuanya juga sama-sama punya kontolkan. Yang paling seru kalo kita ngentot rame-rame abis latihan di tengah lapangan basket Vin. Masih keringetan semua tuh. Wuihh, asyik banget Vin.........., hehehe,”
“Semuanya ngentot?” Calvin terangsang banget membayangkan anak-anak tim basket yang ganteng-ganteng dan atletis itu, rame-rame ngentot dalam keadaan tubuh penuh keringat di lapangan basket. Ia jadi gak sabaran pengen gabung juga.
“Yup,”
“Termasuk si Randy?” tanya Calvin dengan mata mengernyit tak percaya. Selama ini ia mengenal Randy sebagai seorang anak yang alim di sekolah. Kalau ada kegiatan keagamaan ia paling rajin jadi panitia.
“Hehehe, pastilah. Awalnya sih dia gak mau, sama kayak gue dan anak-anak yang lain. Tapi sekarang dia paling doyan tuh,”
“Kok bisa begitu sih Ndre?”
“Awalnya dari kegiatan penerimaan anggota baru Vin. Setiap awal semester kan ada seleksi bagi murid-murid yang pengen gabung ke tim basket. Setelah lulus seleksi kemampuan basket yang sangat ketat, calon anggota baru wajib mengikuti inaugurasi. Acaranya kita buat tengah malam di sekolah. Nah disanalah anggota baru diperkenalkan dengan sex sejenis Vin. Kebiasaan seperti ini udah sejak kapan tahu Vin. Gue juga cuman nerusin doang,”
“Gak pernah ketahuan?”
“Kalo Tim Basket bikin acara di sekolah, kan urusannya gampang. Guru-guru udah percaya banget sama kita Vin. Jadi gak pernah diawasin,”
“Pak Hendro yang jaga sekolahan gimana?”
“Setiap acara dia kita kasih duit. Jadinya dia gak peduli kita mau ngerjain apa di sekolah. Dia percaya anak-anak Tim Basket bisa jagain sekolah. Lagian kalo kita ada kegiatan di sekolah, dia lebih punya kesempatan untuk tidur pulas di rumahnya di samping sekolahan,”
“Oo, gitu ya. Terus?”
“Di acara inaugurasi itu, setiap anggota baru dilarang untuk berpakaian. Semuanya wajib telanjang bulat selama acara. Mereka dikumpulin di dalam ruangan kelas, diputerin film bokep sambil disuruh minum minuman keras sampe mabok. Elo bayangin aja, cowok horny dalam keadaan mabok, disuruh apa aja kan mau, hehehe. Nah pas begitulah mereka dikerjain sampe senior puas,”
“Diapain aja mereka?”
“Terserah seniornya. Ada yang disuruh ngulum-ngulum batang kontol. Ada yang dientotin. Biasanya kalo kontol mereka gede, para senior paling suka. Enak buat dikulum dan rasanya enak banget kalo kita bisa merasakan kontol gedenya nyodok-nyodok lobang pantat kita. Lo tau Wisnu kan?”
“Anak Bali yang ganteng itu?”
“Yoi,”
“Taulah. Dia kelas dua kan sekarang, kenapa dia?”
“Tuh anak, paling disukai ama kita-kita. Kontolnya gede banget Vin, kalo gua gak salah panjangnya sampe dua puluh senti. Bentuknya gemuk dan urat-uratnya jelas banget,”
“Gila. Elo pernah ngerasain punya dia juga? Gak sakit?”
“Hehehe, udah dong. Semua anak basket udah pernah ngerasain punya dia. Sakit sih awalnya, tapi kalo udah dikocok di dalem lobang pantat, enak banget Vin. Gua nagih sampe sekarang.”
“Dasar lo. Ngomong-ngomong, waktu elo jadi anggota baru dulu, yang ngerjain elo pertama kali siapa?”
“Si Doni. Tau kan?”
“Doni? Yang mantan Ketua OSIS sebelum elo itu?”
“Yoi. Gue kan di kader ama dia. Doni itu, suka banget manggil gue ke kelas pas sedang belajar. Paling enggak seminggu bisa tiga kali. Alasannya ke guru mau bicarain soal kegiatan sekolah yang diperintahkan Kepsek. Padahal begitu nyampe di ruangan OSIS gak ada yang dia kerjain selain ngembat lobang pantat gue aja. Kalaupun emang ada rencana kegiatan sekolah, ya dia bicarainnya sambil genjot pantat gue,”
“Dasar. Gak nyangka deh gue. Padahal kan dia pacarnya banyak,”
“Iyalah. Dia doyan banget sama memek. Semua anak basket juga doyan memek. Gue aja doyan banget ama memek Cindy. Tapi gue dan teman-teman gue yang lain juga doyan ama yang namanya lobang pantat cowok ganteng kayak elo,” kata Andre sambil nyengir. Calvin mesem. “Abisnya lobang pantat tuh rasanya lebih seret dari memek. Lagian kalo ngembat lobang pantat gak ada resiko hamil kan. Tapi kalo ngembat memek harus hati-hati, salah-salah gue disuruh nikah masih sekolah gini. Ngentot ama cewek juga gak bisa disembarang tempat dan waktu kan. Lagian jarang-jarang cewek yang mau diembat lobang pantatnya. Tapi kalo ngentot ama cowok bisa kapan aja saat nafsu kita naek. Siapa yang curiga kalo dua cowok masuk kamar mandi sekolahan bareng-bareng. Paling dikirain mau kencing doang, padahal mau kencing enak, hehehe,” Calvin nyengir dengan komentar Andre.
“Lo gak merasa risih ngentot ama cowok Ndre?”
“Awalnya sih iya. Tapi kalo udah dirangsang yang namanya kontol kan pasti ngaceng. Kalo kontol udah ngaceng ya mau gimana lagi. Lobang apa aja bakalan kena embat,”
“Lo gak takut apa, kalo keseringan dientot menyebabkan lobang pantat elo dower. Gimana kalo cewek lo tau?”
“Cuek aja Vin. Cewek gak doyan ama pantat. Lobang pantat kan buat konsumsi cowok. Kalo cewek dia doyannya sama yang ini,” jawab Andre sambil mengacung-ngacungkan kontolnya ke muka Calvin.
“Hehehe, bener juga Ndre,”
“Siniin lobang pantat lo. Gua pengen ngelanjutin, yang tadikan nanggung banget,” kata Andre. Ia menarik pinggang Calvin dan mendudukkannya berhadapan diatas pangkuannya. Mereka tertawa mesra, saling mengelus tubuh masing-masing, dilanjutkan dengan saling melumat bibir dengan penuh nafsu. Pelan-pelan Calvin menduduki batang kontol Andre yang berdiri tegak sekeras kayu, memasukkannya ke dalam lobang pantatnya. Setelah batang kontol itu masuk seluruhnya, Calvin mulai menggerakkan pantatnya naik turun. Andre membalas dengan menggoyangkan pantatnya juga. Mereka bergoyang seirama dengan cepat dan keras. Menimbulkan bunyi tepukan yang memenuhi ruangan. Mereka mengerang, mendesah, menjerit.
“Ouhhh...ouhhhh...lo makin pinter Vin,”
“Ndre...ohhhhh......enak..bangethhhh..........Ndrehhh...ohhhhhhh,”
“Vinhh....ohhhhhhh, ....... jangan bilang-bilang...................ihhhhhh.......... kehhh..... Cindy ya Vinhhhh....shhhhhhh......ouhhhhhhhhh.....,”
“Bilangin....ohhhhhhhh............apahhh...Ndrehhh?”
“Bilangin....ahhh.....ahhhh...kalohhh............guehhh.....entot...elohhhh......,”
“Gue bilanginhhhhh....ahhhh..........shhhh......shhhhh...,”
“Janganhhhh...donghhhhh.......,”
“Enakahnannn..manahhh..ama..memek..Cindyhhh..?”
“Enakan memek cindyhhh.....ouhhhhhh....,”
“Gue bilangin ke diahhhhh.........kalohh.....gituhhh......ouh........,”
“Sorryhhhh......salah....aouhhhh....enakan pantat elohh............... kokgkhhh......ohhh..ohohhh....,”
“Gombal...,ohhhhh............yahhh...disituhhh...... Ndrehhh,....ohhh...,”
“Suer...ohhh...ohhhh...ohhh...,”
Rencana belajar bersama terlupakan sudah oleh mereka. Andre akhirnya menginap di rumah Calvin malam itu. Berkali-kali mereka mengulang persenggamaan memuaskan birahi yang menggelora hingga pagi menjelang. Lidah mereka sudah sangat mengenal lekuk tubuh masing-masing. Bergantian mereka saling menindih dan menyelipkan batang kontol di lobang pantat temannya. Saat orgasme datang, sperma remaja mereka berceceran membasahi karpet dan sprei tempat tidur, mengalir turun melalui paha kokoh mereka dari lobang pantat yang mendenyut-denyut.
Mereka baru tersadar bahwa persetubuhan itu harus dituntaskan ketika tiba-tiba telepon genggam Andre berdering di pagi hari. Saat itu Andre sedang menungging pasrah dengan kedua tangan memegang tepi ranjang, sementara diatasnya Calvin sedang merem melek keenakan, pantatnya bergoyang-goyang mengeluar masukkan batang kontolnya di lobang pantat Andre.
“Halohhh,” kata Andre
“Ndre, lo gak jemput gue pagi ini? Ini udah hampir jam tujuh tahu,”
“Cindy yah?!! Sorry Cin, shhhhhhh.......gue baru bangun nih. Soalnyaahh gue kemaleman abis belajar bareng Calvinshhhhh. Elo berangkat sendiri aja ya. Soryy banget sayang...shhhhhhhh,”
“Lain kali kasih tahu dong, jadinya gue kan telat juga nih. Elo lagi ngapain sih? Kayak kepedesan gitu?!!,”
“Iyah..shhhh...., pedessshhhhh. Lagi makan rujak sayanghhshhhhhhhh.....,”
“Makan rujak kok pagi-pagi sayang? Nanti mules perutnya,”
“Iyahh..ohh..perut guehhh........rasanya mulas banget..nihhhhhhh...........shhhhh..,”
Calvin hanya tersenyum-senyum mendengar pembicaraan Andre melalui telepon. Andre tak berbohong mengatakan bahwa perutnya sedang mules saat itu. genjotan Calvinlah yang membuat perut Andre terasa mules.
Andre masih berbicara dengan Cindy melalui ponsel. Sementara Calvin tak menghentikan genjotannya. Ia malah semakin mempercepatnya, karena ia ingin segera mencapai orgasmenya. Calvin tak ingin telat tiba di sekolah. Sambil memegang ponsel di tangan kanan, Andre mengocok batang kontol dengan gerakan yang cepat menggunakan tangan kirinya. Tak sampai semenit akhirnya kedua cowok itu mengerang keras. Batang kontol mereka berdenyut-denyut menyemprotkan sperma.
“Ohohohhhhhhhhhhrrrhgggggh...............,” erang Andre dan Calvin berbarengan.
“Kenapa Ndre? Kenapa?” suara Cindy diseberang sana.
“Udah keluar sayanghhh...ohhh...udah keluar...,” desah Andre.
“Udah keluar? Syukurlah. Lebih longgar kan rasanya?”
“Iya sayanghhhh....ohhhhhhhh........,”
Cindy mengira Andre sedang buang air akibat mulesnya. Ia tak mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada Andre saat itu. Ia tak mengetahui bahwa saat itu kekasihnya sedang menikmati orgasmenya diantara semburan sperma Calvin didalam lobang pantatnya.
“Kalo gitu oke deh. Sampe nanti ya sayang,” Cindy menutup teleponnya di seberang, klick.
Andre langsung melemparkan ponsel ke atas ranjang. Selanjutnya tubuhnya yang berkeringat ambruk diikuti oleh tubuh Calvin yang juga basah kuyup menindihnya. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, hanya deru nafas mereka saja yang terdengar memburu memenuhi ruangan.
Akhir Bab I
[BERSAMBUNG...]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment