My Blog List

Saturday, 13 March 2010

Petualangan Aji 2, Part 7

15 “Ärghhhhhhhhh........” aku melenguh keras diatas tubuh telanjang Mas Doni yang berbaring telentang dibawahku. Kedua pahanya terkuak lebar mengangkang. Baru saja kusemburkan spermaku ke dalam lobang pantatnya yang empuk dan penuh dengan bulu-bulu halus. Setelah pembicaraan yang cukup mengagetkan tentang kakak beradik ini, kusenggamai Mas Doni dengan berbagai gaya. Mulai dari gaya duduk, tidur, berdiri, nungging pokoknya semua deh. Aku benar-benar bernafsu mengentotinya. Gimana enggak nafsu, udah ganteng, atletis, putih bersih, macho lagi. Nafsuin banget kan. Setelah kutuntaskan urusanku padanya, ku baringkan tubuhku yang terasa lelah disebelahnya. Mas Doni pun tak beda denganku. Ia kelelahan setelah kukerjai secara marathon tadi. Tak kuberikan kesempatan padanya untuk break sebentar. Ia tadi sempat memuntahkan spermanya dua kali saat kontolku mengaduk-aduk lobang pantatnya. Keringat membanjiri tubuh kami berdua. Kuelus-elus punggungnya yang basah. Sesekali kukecup dengan lembut. Kulirik jam dinding di kamarku, sudah jam 2 pagi. Tapi kami berdua belum mengantuk. “Lapar gak Ji?” bisik Mas Doni. “Iya, Mas Doni lapar juga?” balasku berbisik langsung ke telinganya yang bersih. Lidahku sesekali menjilat nakal disana. “Cari makan ke dapur yok,” ajaknya. “Ayok,” jawabku. Selanjutnya diam. Nafas kami saja yang masih terdengar pelan-pelan mulai normal. Kami masih berbaring menyamping menikmati sisa-sisa orgasme tadi. Aku masih mengelus-elus punggungnya. Sesekali tanganku turun membelai perutnya yang ramping dan berotot. Mas Doni juga mengelus-eluskan tangannya di pahaku yang kokoh. Rasanya malas untuk beranjak dari tempat tidur. Padahal baru kusadari kalau perutku keroncongan. Memang tadi aku sudah makan malam sebelum balik ke rumah. Tapi olahraga malam yang kami lakukan hampir empat jam lebih tadi cukup menyita stamina. Dan karenanya wajar bila kemudian aku menjadi lapar lagi. Kami berdua masih tetap diam diatas ranjang. Belum ada yang berkeinginan untuk bergerak. Suasana masih hening. Tiba-tiba perutku berbunyi, “kriuk....,” “Hehehe, lapar banget ya Ji,” kata Mas Doni. Aku tersenyum malu. Dasar perut gak bisa diajak kompromi, bikin malu aja. Mas Doni segera bangkit dari tempat tidur, dipukulnya pantatku, “Äyo ke dapur,” katanya. Kemudian ia mengambil celana dalamnya yang tadi berserakan di lantai dan menggenakannya. Aku mengikutinya menggenakan celana dalamku. Hanya dengan menggenakan celana dalam kami berjalan menuju dapur. Siapa yang bakalan ngelihat, tengah malam begini. Lagian kalo ada yang ngelihat ya cuek aja, di rumah juga yang tinggal hanya pesuruh. Mana berani mereka protes atau melaporkan apa yang mereka lihat. Kalau yang ngelihat si Jono, malah asik. Satpam berkulit hitam manis itu bodynya lumayan juga. Sudah lama memang aku pengen mencicipi barangnya yang kelihatannya gede bersembunyi dibalik celana panjangnya yang ketat. Atau sekarang aja ya aku ngerjain dia, mumpung ada Mas Doni. Hehehe. Setelah mengambil makanan dan minuman dari lemari es di dapur Mas Doni mengajakku untuk balik ke kamar. Katanya abis mengisi perut dia pengen melanjutkan acara gulat mesum denganku. Tapi di kepalaku muncul ide lain. Aku pengen merealisasikan rencana bejatku pada Jono. “Enakan kita makannya di teras Mas,” kataku. “Di teras? Dingin Ji,” katanya protes. “Kita cari kehangatan di luar,” “Lo ngajakin ngentot outdoor nih?” “Iya, asik kan. Sekalian bisa ngajak si Jono gabung,” “Jono?” “Yoi, gak pengen nyobain dia?” “Lo dah pernah ya sama dia?” “Belomlah. Gua udah lama pengen nyobain dia,” “Boleh juga. Kayaknya dia masih perjaka ya. Ayo deh soalnya selama ini gua belom pernah dapat lobang perjaka,” “Belom pernah?” “Iya. Elo, Kevin dan Doni kan udah pada jebol semua,” jawabnya nyengir. “Hehehe,” Segera kami membawa makanan dan minuman ke teras. Lampu teras remang-remang, sehingga kami tidak terlihat dari pos satpam tempat Jono berjaga. Angin malam yang dingin segera menerpa tubuh kami yang hanya dibalut kain secuil penutup kontol. Duduk santai di kursi kami menikmati biskuit coklat dan jus jeruk plus merokok (yang ini rokok beneran lho) sambil mengamati Jono yang duduk di dalam pos satpam di dekat pintu gerbang yang berjarak sekitar 30 meter dari posisi kami duduk. Sendiri Jono sedang merokok sambil nonton televisi, dia tidak menyadari keberadaan kami di teras. Satpam di rumah ini ada tiga orang. Jono, Sony, dan Robert. Secara bergiliran mereka menjaga rumah majikanku ini. Ketiganya masih muda-muda. Paling tua si Robert, umurnya hampir 26 tahun. Sedangkan Jono dan Sony masih berusia 23 tahun. Kayaknya Jono ini doyan sex, juga kedua temannya itu. Seringkali aku memergoki mereka sedang nonton bokep di ruangan satpam. Ketiganya sudah menikah. Malahan si Jono ini istrinya sedang mengandung 6 bulan, anak mereka yang ketiga. Lulus SMU Jono langsung dinikahkan setelah ketangkap basah sedang mengentot dengan seorang gadis yang sekarang menjadi istrinya. Aku rasa sekarang ini pun si Jono sedang nonton bokep, soalnya serius banget dia melototi layar televisi sampai tidak menyadari keberadaan kami di teras. Kami benar-benar kelaparan. Semua makanan dan minuman yang kami bawa dari dapur ludes. Selesai makan kami mendekati pos satpam. Kata Mas Doni ngentot di ruang pos satpam yang sempit itu, sekitar 2 x 2 meter, kayaknya seru juga. Aku setuju dengan pendapatnya. Pelan-pelan kami berjalan mendekati pos satpam, pengen memergoki apa yang sedang di tonton Jono. Benar dugaanku, Jono sedang nonton bokep. Sepertinya dia sudah horny berat, tangannya sibuk meremas selangkangannya. Rupanya dia sedang merangsang kontolnya yang berada dibalik celana satpamnya yang ngepas itu. “Malam Jon,” tegur Mas Doni. Jono kaget melihat kami berdua sudah berdiri di depan pintu pos satpam. Semakin kaget lagi dia setelah menyadari bahwa kami berdua hanya menggenakan celana dalam. “Eh, Mas Doni dan Mas Aji. Ngapain Mas, malam-malam gini belum tidur?” tanyanya. Jono memandangi kami tanpa kedip. Mungkin dia bertanya dalam hati kenapa kami berdua tak memakai pakaian. Atau dia terpesona melihat dua cowok cakep berbody atletis yang hanya memakai celana dalam dihadapannya? “Kepanasan Jon,” jawab Mas Doni asal menjawab kebingungan Jono. Jawaban yang gak nyambung, di dalam rumah kan pake pendingin ruangan. Hehehe. “Oh,” jawabnya masih bingung. “Seru juga filmnya ya,” kataku tak peduli dengan kebingungannya. Dilayar televisi terpampang adegan seorang wanita sedang mengoral dua cowok. Kedua cowok itu memiliki kontol yang besar, wanita itu agak kesusahan memasukkan batang perkasa itu kedalam mulutnya. Tapi meski demikian ia tetap memaksa malahan dia mencoba untuk memasukkan kedua batang kontol itu secara bersamaan kedalam mulutnya. Dasar bokep. “Kok nonton ginian Jon?” tanya Mas Doni. Aku sekarang berdiri tepat dibelakang Jono yang sedang duduk di kursi. Tubuhku kurapatkan ke badannya, tonjolan kontolku lekat dipunggungnya yang lebar. Jono agak risih, tapi dia tak berani menghalangi ulahku. “Iya mas, lagi nafsu nih. Udah lama gak ngerasain bini,” kata Jono lirih, malu-malu ia menjawab pertanyaan Mas Doni. “Kok malu-malu gitu sih jawabnya. Ya wajarlah, istri kamu lagi hamil kan?” tanyaku, kini tanganku mulai membelai rambutnya yang cepak, sementara selangkanganku asik menggesek punggungnya. Mas Doni hanya tersenyum melihat ulahku. Kepala kontolku mulai menyembul ke atas melewati karet celana dalamku. “Mas Aji, ngapain Mas?” tanya Jono mulai ketakutan. “Elo sih, nonton ginian, gua kan jadi nafsu,” jawabku santai menyalahkannya. Wajahnya yang ketakutan itu membuatnya semakin menarik dilihat. Mas Doni tertawa kecil mendengar jawabanku dan juga ulahku. Ia kemudian berjongkok di depan Jono. Berganti-ganti Jono memandangi aku dan Mas Doni, kebingungan, ketakutan. Tangan Mas Doni mulai meremas selangkangan Jono yang sudah membengkak. “Pernah digituin istri Jon?” tanya Mas Doni sambil melihat layar televisi. Jono menggeleng ketakutan. “Pengen nyobain?” kataku. Dia mengangguk, masih ketakutan. “Istri kamu kan sedang berhalangan, kalau kami bantuin mau?” tanya Mas Doni lembut, matanya memandang Jono sementara tangannya masih terus meremas-remas. “Gak usah Mashh,” jawabnya. Hei dia mulai mendesah, sepertinya dia mulai terangsang oleh ulah kami yang nakal. “Kok gak usah?” tanyaku sambil membungkuk, menjilat telinganya. Tanganku membelai leher belakangnya. Jono merinding. “Nantihh, sayah cari perekhh ajahh,” katanya mendesah. “Sayang duitnya Jon, kamu kan harus ngumpulin duit buat istrimu melahirkan,” jawab Mas Doni membujuk. Tangan Mas Doni mulai membuka sabuk dan resluiting celana panjang Jono. Kulihat Jono terdiam. “Kami bantuin ya?” kata Mas Doni lagi. Ragu-ragu Jono mengangguk. Aha, akhirnya gak sanggup juga dia melawan godaan kami berdua. Begitu mendapat persetujuan Jono, segera Mas Doni mempreteli celana panjang Jono. Sekejap saja celana panjang dan celana dalam Jono telah turun melewati kedua pahanya yang berotot dan bertengger tertahan di kedua betisnya yang berbulu lebat. Jono masih menggenakan sepatu larasnya. Kontolnya yang disunat itu mengacung tegak perkasa ke atas. Besar. Batangnya gemuk berwarna gelap dan penuh urat. Kepala kontolnya besar kemerahan. Dengan lobang kencing yang sempit. Buah pelirnya menggantung ketat dipenuhi bulu jembut yang kasar dan keriting. Jembut itu juga memenuhi daerah pangkal batang kontolnya hingga mendekati perut. Mas Doni segera menyeruput batang kontol itu dengan penuh nafsu. Meniru adegan di televisi Mas Doni memaksa seluruh batang itu memenuhi rongga mulutnya. Sementara dibagian atas aku memereteli baju Jono. Kulepaskan kemeja putih satpam dan kaos dalamnya. Dadanya kencang dan bidang. Puting susunya tegang terangsang, warnanya lebih gelap dibanding kulit tubuhnya. Bulu-bulu halus tumbuh didadanya yang kecoklatan. Dengan tubuh membungkuk kumain-mainkan puting susunya dengan lidahku. Tanganku membelai perutnya yang ramping dan berotor. Sesekali jari telunjukku menggelitik pusatnya. Nafas Jono kudengar mulai menderu cepat di telingaku. Birahinya semakin tinggi. Aku tersenyum senang. Kalau sudah seperti ini Jono pasti sudah siap diapain saja olehku dan Mas Doni. Kucium bibir tipis Jono. Ia membalas ciumanku dengan penuh nafsu. Kulirik Mas Doni dibawah. Mulutnya masih terus menyeloti batang kontol Jono yang besar itu. Matanya terpejam, sepertinya ia sangat menikmati batang perkasa milik Jono. Kontol Jono berkilat akibat ludah Mas Doni. Meskipun kepengen mencoba batang kontol Jono, tapi kubiarkan saja Mas Doni memuaskan diri disana. Kalau sudah begini kapanpun aku mau, aku bisa mencoba batang kontol satpam ini. Jono sudah masuk perangkap insting binatangku. Bersambung............

No comments:

Post a Comment