My Blog List

Saturday, 13 March 2010

Basic Instinct #6

#6 Pagi itu, suasana kantor polisi masih sepi. Bowo sudah datang dan langsung masuk ke ruangannya. Masih dengan pikiran yang kacau, ia mulai membuka file-file yang ada. Saat itulah, matanya tertuju pada sebuah novel. Novel tersebut adalah novel yang ditulis oleh Rio. Sempat bowo akan mengambil novel tersebut, tapi tiba-tiba ia urungkan niat tersebut. Bowo sepertinya sudah bertekad untuk melupakan rio.Saat keluar dari ruangan kerjanya, tak sengaja Bowo berpapasan dengan Rio yang baru saja keluar dari ruang interogasi. Keduanya tampak kaget dengan pertemuan tersebut. Mata mereka saling beradu. Tak ada satu patah katapun yang keluar dari mulut mereka. Tetapi, beradunya mata mereka mempunyai banyak makna. Bowo melihat diri rio yang sangat menyedihkan. Ia sebenarnya merasa kasihan dan ingin menolong. Merasa tidak mampu berbuat apa-apa, Bowo-lah yang terlebih dahulu membuang muka. Ia beranjak pergi dan masuk ke ruangannya lagi. Sedangkan Rio masih tetap memandang sosok bowo dengan perasaan yang campur aduk.

Di dalam ruangan, pikiran Bowo semakin bingung. Ia belum mampu memecahkan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Semakin ia berpikir, semakin ia merasa pusing. Namun, satu hal yang masih kuat ia rasakan adalah perasaannya terhadap rio. Ia semakin menyadari bahwa ia sayang pada rio. Bowo berpikir keras, bahwa ia harus berbuat sesuatu untuk rio.

Dengan wewenang yang ia miliki, bowo melakukan sesuatu untuk bisa melegakan hatinya, sekaligus menolong rio. Ia memutuskan untuk membebaskan rio dari tahanan dengan alasan kurang bukti. Apa yang ia lakukan adalah hal yang sangat berani. Akan tetapi, karena ia sudah bertekad dan siap menghadapi semua resikonya, bowo tetap melakukan hal itu.

Rio berbaring di atas ranjang dengan pikiran yang menerawang jauh. Ia masih memikirkan pertemuan dengan bowo tadi. Ia membayangkan mata dan tatapan bowo yang sangat tajam. Hati rio menjadi miris mengingat apa yang sedang dialaminya. Ia mengutuk dirinya sendiri karena berada dalam penjara. Ah, seandainya...pikir rio dalam hati. Dan tiba-tiba saat rio masih dalam lamunan, seorang opsir polisi membuka pintu jeruji. Rio bangkit dan duduk di bibir tempat tidur. Rio berpikir mungkin ia akan di interogasi lagi atau mungkin juga ada tamu yang ingin menjenguknya.

“Sodara rio, silahkan kemasi barang-barangmu” kata opsir tersebut. Rio belum paham dengan apa yang baru saja dikatakan oleh polisi tersebut. Ia masih belum beranjak dari duduknya.

“cepat kemasi barang-barangmua!waktunya tidak banyak!” kata polisi itu lagi dan akhirnya membuat rio bergegas mengemasi barangnya. Setelah selesai, rio langsung keluar dari ruang tahanan. Saat di jalan, ia sempat bertanya pada polisi tersebut.

“saya akan dipindah kemana?” rio menduga ia akan dindahkan.

“tidak kemana-mana. anda bebas” jawaban dari polisi yang membuat rio kaget.

“bebas?” tanya rio keheranan.

“iya, penyidik kurang bukti sehingga anda dibebaskan” jelas polisi sambil menyerahkan beberapa barang sitaan milik rio.

“beruntung kamu, pak bowo sudah membantumu sehingga kamu bisa selamat” kata polisi lagi. Mendengar perkataan itu, rio kaget.

“tapi hanya untuk sementara. Paling nanti kamu kembali lagi jika kami sudah mendapat bukti lebih” kata polisi itu lagi sambil meninggalkan rio sendiri. Dalam hatinya, belum habis keheranan akan kebebasannya dari penjara, rio semakin kaget karena ini berkat bowo yang sudah membantunya. Lebih jauh lagi, rio juga semakin yakin jikalau bowo masih menyimpan rasa kepada dirinya.

Siangnya, Andi datang ke kantor polisi dan langsung menemui bowo. Dengan nada marah, ia menanyakan masalah pembebasan rio. Andi merasa sudah dilangkahi wewenangnya karena ia yang memegang kasus ini. Apalagi ada komitmen dari bowo bahwa ia tidak akan ikut campur dan menyerahkan semua masalah kepada andi.

“pak, kenapa bapak membebaskan rio?padahal....”

“sudah ndi, saya sudah membuat keputusan” kata bowo memotong perkataan andi.

“bapak tidak bisa seperti ini. Bukankah kasus ini saya yang pegang?”

“saya minta maaf soal kelancangan ini. Tapi, bagaimanapun juga saya atasan kamu. Dan saya berhak melakukan apapun”

“tapi mengapa bapak tidak membicarakan dengan saya dulu?” nada bicara andi semakin naik.

“tidak harus saya membicarakan denganmu. Semua ada ditangan saya. Oh iya, mulai saat ini saya yang akan pegang kasus ini lagi”

“pak...” kata andi setengah merayu.

“sudah ndi, tidak ada yang akan dirubah. Ini sudah menjadi keputusan” terang bowo sambil berdiri dan lalu menatap keluar jendela. Andi yang sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, masih berusaha mengambil hati bowo. Ia lalu mendekati bowo. Langsung saja ia memeluk tubuh bowo dari belakang.

“pak...” bisik andi sambil terus mempererat pelukannya. Bowo yang kaget dengan perilaku andi, menjadi merasa jengah. Tanpa berkata apa-apa, ia melepaskan diri dari pelukan andi dan kemudian keluar ruangan. Andi untuk kesekian kalinya merasa disakiti.

Pagi harinya, kepolisian dihebohkan dengan penemuan sosok mayat. Ada tanda-tanda kekerasan dari tubuh tersebut. Sepertinya mayat laki-laki tersebut disiksa terlebih dahulu sebelum di bunuh. Dan yang lebih mengagetkan adalah, laki-laki tersebut mati karena ditusuk lehernya dengan bolpoint dan diketemukan dalam keadaan telanjang seperti penemuan mayat laki-laki beberapa hari lalu yang sempat menjadi kasus besar. Pihak kepolisian langsung melakukan penyidikan. Bowo yang kembali menangani kasus-kasus pembunuhan, berusaha untuk mencari petunjuk lebih. Meskipun bukti sudah meyakinkan bahwa mayat yang ditemukan sama persis dengan yang dulu, akan tetapi bowo belum berani memastikan apabila kedua kasus tersebut berkaitan.

“pak, sudah pasti dua mayat tersebut berkaitan. Dan saya juga yakin, pelakunya adalah rio yang kemarin kita bebaskan” bujuk andi. Bowo masih saja diam.

“pak..apa lebih baik kita menangkap lagi rio. Ini tindakan jaga-jaga”

“jangan...bukti-bukti yang mengarah ke dia belum cukup. Nanti akan sia-sia seperti kemarin”

“kurang bukti bagaimana pak?kemarin saat ia ditahan, tidak ada kejadian pembunuhan. Tapi lihat, baru 1 hari bebas sudah ada pembunuhan lagi. Itu kan bisa dijadikan bukti kalau dia pelakunya!” andi semakin sengit mempertahankan argumennya.

“belum..belum saatnya. Kita harus cari bukti lain dulu”

“arghhh.....!!! bapak kenapa sih? Jangan-jangan, bapak masih berhubungan dengan, sehingga...”

“jangan bahas itu lagi” potong bowo dengan nada yang terlihat marah.

“ingat, saya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya”

“maaf pak...” andi berkata pada bowo. Karena jengkel, bowo pergi meninggalkan andi.

Bowo keluar kantor untuk mencari udara segar. Ia benar-benar dibuat pusing dengan kasus ini. Bowo mengambil mobil dan langsung memacunya di jalanan. Tanpa ia sadari, ada mobil yang membuntutinya. Dan seperti sudah bisa ditebak, yang berada di dalam mobil adalah rio. Rio mengikuti bowo dengan tujuan yang tidak jelas. Ia hanya membuntuti tanpa ada keinginan untuk menyalip apalagi menemui bowo. Ia hanya membuntuti. Mobil bowo berhenti di depan sebuah coffe shop. Ia lalu memesan sesuatu dan duduk di tempat yang dekat dengan jalan. Bowo sepertinya ingin menikmati jalanan untuk bisa melepaskan kepenatan yang ada dipikirannya. Di tempat lain, rio masih membuntuti bowo. Dari kejauhan ia memandang sosok bowo dengan penuh kerinduan. Ingin rasanya ia mendekat dan menyapanya. Namun, ia ragu-ragu. Ia merasa bowo masih belum memaafkannya. Untuk sesaat, rio ingin melihat bowo dari dekat. Dengan hati-hati, ia turun dari mobil dan berjalan mendekati dimana bowo duduk.. Rio mengenakan kacamata dan topi untuk mengelabui. Saat sudah merasa dekat, rio berhenti dan kembali memandang bowo dari jauh. Rio memandang bowo dengan pikiran yang menerawang jauh. Saat rio sedang asyik memandangi bowo, tiba-tiba saja bowo melihat sosok rio. Memang bowo belum yakin kalau itu adalah rio. Bowo memandang sosok dikejauhan yang memakai kacamata dan sedang mengamatinya. Sesaat ia pandang dengan seksama. Rio yang menyadari keberadaannya diketahui bowo, bergegas pergi karena takut ketahuan. Ia lari menuju mobil. Bowo melihat rio lari menjadi semakin penasaran. Ia mengejar, tapi sayang gagal. Rio sudah masuk mobil dan pergi dari tempat itu.

Pagi harinya, ditemukan lagi mayat dengan kondisi tubuh yang sama dengan kemarin. Dan yang lebih menghebohkan, mayat yang ditemukan adalah mayat anggota kepolisian. Penemuan mayat tersebut membuat kasus ini semakin rumit saja. Bowo menjadi sangat pusing. Belum ada petunjuk jelas tentang kasus ini. Terlintas dalam pikirannya untuk melakukan saran andi untuk kembali menahan rio. Ia ragu, apakah rio benar tidak melakukan pembunuhan. Bowo mengingat perkataan rio saat mereka habis bercinta bahwa ia sama sekali tidak membunuh. Kata-kata rio tersebut sangat tulus dan tidak terlihat sedang berbohong. Larut malam ia baru pulang dari kantor. Dalam perjalanan, ia mendapat sms bahwa andi mendapat info penting. Bowo diminta untuk menemuinya di apartemen andi. Sebenarnya bowo malas untuk ke sana, tapi karena berpikir ini adalah tugas, ia pun segera menuju apartemen andi.

“masuk pak..” andi mempersilahkan bowo masuk kamar.

“maaf, menghubungi bapak selarut ini. Silahkan duduk” kata andi. Bowo duduk di sofa yang sudah tidak terlalu empuk.

“tidak apa-apa” jawab bowo singkat.

“saya ambil minum dulu” andi bergegas ke dapur. Saat sendirian, bowo mengamati kamar andi. Ia menilai kamar tersebut sudah berubah. Jauh berubah dari saat terakhir ia datang ke apartemen ini. Bowo merasa kamar ini semakin gelap saja. Tak berapa lama, andi datang dengan membawa minuman. Ia lalu duduk di samping bowo.

“apa yang kamu dapat ndi?” tanya bowo tanpa basa-basi. Ia sepertinya tidak ingin berlama-lama.

“oh itu....” jawab andi sekenanya. Ia ternyata tidak serius dengan ini. Ada maksud lain saat ia memanggil bowo ke apartemennya. Andi masih saja diam saat bowo menunggu jawaban darinya.

“sudahlah...” kata bowo sambil bangkit dari sofa dan berniat keluar. Tapi tangannya di pegang andi.

“sebentar pak. Tolong, ada yang ingin saya bicarakan” bujuk andi. Beberapa saat, bowo masih saja berdiri. Tapi akhirnya mau duduk lagi. Namun, raut mukanya menunjukkan ketidaknyamanan. Andi membenahi duduknya mendekat ke arah bowo.

“pak..apa perasaan bapak terhadapku?” tanya andi. Mendengar pertanyaan tersebut, bowo kaget. Ia kembali memandang ke arah wajah andi.

“pak..jawab?”

“hm..tidak ada apa-apa. Saya menganggap kamu sebagai rekan kerja, atau paling tidak teman” jawab bowo diplomatis.

“benarkah itu?” andi seperti bersedih.

“iya, tidak ada keraguan dalam diriku”

“lalu, soal itu. Hubungan seks yang sudah saya dan bapak lakukan?” tanya andi lagi.

“lupakan soal itu, anggap saja itu tidak pernah terjadi” terang bowo yang membuat andi semakin bersedih. Tidak hanya itu, perasaan andi seperti dicabik-cabik. Andi tidak menyangka bowo akan berkata seperti itu. Dengan menahan perasaan yang campur aduk, andi tetap bersikap normal.

“maaf ndi, jika saya sudah membuatmu sakit hati. Tapi hanya itu yang bisa aku katakan. Itu lebih baik daripada nanti-nanti”

“iya. Oh, silahkan diminum pak..” pinta andi. Bowo mengangguk pelan. Ia lalu mengambil cangkir dari meja dan meminumnya.

“bapak kelihatan capek?” tanya andi. Bowo yang sudah minum sedikit, mendengar perkataan andi samar-samar. Ia juga mulai merasa pusing. Pandangan matanya mulai kabur.

“pak...kenapa pak?” bowo masih mendengar suara andi, tapi sudah semakin kabur. Hingga akhirnya...

Bowo membuka mata dengan berat. Kepalanya sangat pusing. Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi. Beberapa saat, ia baru menyadari sesuatu. Ia ternyata sudah dalam keadaan terikat di atas ranjang dan mulut terbungkam. Selain itu, ia mendapati juga apabila ia telanjang bulat. Bowo bingung, apa yang sedang terjadi. Ia hanya mengingat bahwa ia berada di apartemen andi. Dan sekarang ini masih berada disini. Saat itulah, andi masuk ke kamar dan mendekat ke ranjang. Melihat andi, bowo kaget. Andi hanya tersenyum. Ia duduk di bibir ranjang. Ia mendaratkan tangannya di wajah bowo. Ia mengelus-elus wajah tampan bowo dengan lembut. Bowo tidak mau, ia membuang muka. Tapi andi memaksa. Dengan kasar, andi memalingkan muka bowo ke arahnya. Sambil tersenyum licik, andi berkata sesuatu:

“kenapa?kaget?” tanya andi. Ya, bowo kaget dengan diri andi. Ia tidak menyangka bahwa pria yang ada dihadapannya adalah andi. Ia seperti tidak mengenal sosok tersebut karena sangat berbeda dengan biasanya. Sosok yang sehari-hari terlihat biasa, jarang berbuat kasar, dan tidak pernah menunjukkan sifat licik. Namun saat ini, itulah yang dilihat bowo dari andi. Sosok yang penuh kebencian dan kemarahan.

"heran dengan diriku?” tanya andi pada bowo seperti bisa membaca pikiran bowo.

“tidak perlu heran, karena ini juga karena kamu!” andi berkata sambil berdiri dari ranjang. Ia menuju meja dan mengambil sesuatu dari laci. Lalu ia menunjukkan barang tersebut ke arah bowo. Melihat barang tersebut, bowo sangat kaget.

“hahahahaha.... ini khan yang selama ini kamu cari?” andi kembali mendekat ke arah bowo. Barang itu adalah bolpoint. Ya, hanya sebuah bolpoint tapi penuh dengan jawaban.

“sebentar lagi kamu akan merasakan bolpoint ini juga” andi mendaratkan bolpoint itu di kulit leher bowo sambil tertawa kecil. Bowo sekarang sadar, bahwa andi adalah pangkal dari semua permasalahan yang terjadi. Meskipun begitu, bowo masih belum percaya ini semua.

“oke, sebelum semuanya mulai, aku akan sedikit bercerita mengapa aku bisa seperti ini”.

Kemudian, andi menceritakan semuanya dari awal. Ini semua karena dendam. Rio, penulis novel yang menjadi ide pembunuhan adalah pria yang sudah merebut cinta pertama andi. Pria yang dicintai andi berpaling ke rio dan meninggalkannya. Oleh sebab itu, andi ingin balas dendam dengan menjerumuskan rio. Dengan membunuh orang seperti dalam novel yang ditulis rio, semua kesalahan akan ada pada diri rio. Dari situlah dendam andi akan terbalaskan karena bisa melihat penderitaan rio. Akan tetapi, kebebasan rio telah membuat dendam andi semakin memuncak. Oleh sebab itu, ia mulai melancarkan aksinya lagi. Satu demi satu rencana ia lakukan. Andi membunuh pria seperti yang pertama dulu ia lakukan. Dengan begitu, rio akan menjadi tersangka lagi.

“begitulah ceritanya..” bowo mendengarkan penjelasan dengan sedikit rasa takut. Ia belum bisa menebak apa yang akan dilakukan andi terhadapnya. Andi lalu membuka penyumbal mulut bowo.

“lalu, apa hubungannya dengan ini semua?” tanya bowo langsung.

“jelas ada. Karena kamu adalah penghalang untuk bisa membalas dendamku. Selain itu, kamu sudah menyakitiku berulang kali. Tidak ada salahnya jikalau aku bisa menghilangkan nyawamu”

“tapi, apa yang kamu lakukan tidak akan menghasilkan apa-apa”

“siapa bilang, aku akan bisa tidur nyenyak jika kamu dan rio tersiksa”

“aku gak yakin dengan itu”

“diam kamu! Sepertinya sudah saatnya untuk memulai. Tapi sebelumnya, ada sesuatu darimu yang ingin aku dapatkan” andi berkata sambil memasang muka nakal.

“apa yang akan kamu lakukan” bowo penasaran. Andi mendekat tubuh bowo yang tergolek tak berdaya di atas ranjang. Andi ternyata ingin menikmati tubuh bowo untuk terakhir kali. Ia mencium bibir bowo dengan kasar. Bowo tidak mau berusaha melepaskan diri. Andi tetap saja memaksa, sehingga terjadi pertarungan bibir. Puas dengan itu, mulut andi menciumi leher bowo.

“arghhh...” sontak birahi bowo naik. Andi semakin gila saja. Ia menciumi leher bowo sambil meremas-remas kontol milik bowo.

“argh..arghh...” bowo menggerang karena rasa sakit. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tapi sia-sia saja karena ikatan yang begitu kuat. Bibir andi semakin ke bawah. Sekarang, bibir itu menikmati dada milik bowo. Ia kulum kedua puting bowo yang hitam nan ketat. Kemudian ia hisap kuat-kuat.

“ough..ough..” bowo tetap saja menggerang pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Puas dengan puting, andi sudah siap untuk memainkan kontol milik bowo. Kontol panjang yang sangat indah. Dengan lembut, andi memegang kontol bowo yang masih lemas. Ia mulai meraba dan mengelus-elus pelan kontol tersebut. Bowo hanya bisa menikmati itu, meskipun ia sebenarnya tidak ingin menikmati itu. Hingga akhirnya, kontol bowo pun menegang. Saat itulah, andi mulai menggunakan mulut untuk mengoral. Ia masukkan kontol bowo ke dalam mulut dan mulai menyedotnya.

“ahhh....” bowo menggelinjing saat kontolnya di sedot dari dalam mulut andi. Selain itu, kocokan tangan andi, semakin membuat rasa nikmat yang begitu hebatnya.

“argh..arghh...argh...” erang bowo. Andi sendiri begitu menikmati kontol bowo. Sudah lama ia merindukan ini. Ia memasukkan dan mengeluarkan kontol bowo dari mulutnya. Ia jilati dengan penuh kelembutan seperti makan es krim. Ia sangat begitu memuja kontol bowo.

“argh...argh...” untuk beberapa saat, bowo sudah akan mencapai klimaks. Andi semakin mempercepat kocokannya pada kontol bowo.

“agh..arghh..argh...” bowo menggerang semakin lama semakin keras karena rasa nikmat yang memuncak.

“oh..oh..arghhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!” crot..crot... akhirnya, kontol bowo mencapai klimaksnya. Kontol tersebut mengeluarkan pejuh yang cukup banyak, hingga mengenai muka andi.

“oh..oh..oh...” bowo terlihat berkeringat. Ia merasakan rasa antara sakit dan nikmat. Andi sendiri setelah sukses membuat bowo muncrat, menjilati sisa-sisa pejuh yang tercecer disekitar selangkaan bowo. Andi seperti kucing yang menjilati sisa-sisa makanan.

Selesai dengan itu, ternyata andi belum puas sampai disitu. Ia bangkit dari ranjang dan mulai membuka bajunya satu persatu.

“kamu mau apa lagi ndi?” tapi andi tidak menjawab pertanyaan bowo. Ia sepertinya sudah kesetanan. Tapi saat akan beraksi, tiba-tiba hp milik andi berbunyi.

“ah..sialan” andi dengan kesal mengangkat telpon. Andi lalu keluar kamar. Saat andi sedang mengangkat telpon itulah, bowo berusaha untuk melepaskan ikatan pada tangannya. Dengan susah payah, ia berhasil melepaskan ikatan tali di tangannya. Ia juga bisa melepaskan ikatan pada kakinya. Namun, saat akan turun dari ranjang, andi sudah masuk ke dalam kamar lagi. Keduanya sama-sama kaget.

Bersambung

...............................................

No comments:

Post a Comment