My Blog List

Saturday 13 March 2010

Cerita Remaja (4)

Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu.

Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah mamanya dan Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa lemas, jantungnya seperti mau copot.

Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang mama sedang ditindih oleh Mas Dharma. Mama Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas meja, sedangkan diatasnya Mas Dharma melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Dharma, karena terhalang oleh paha mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang memek mamanya tanpa ampun. Baik mamanya maupun Mas Dharma sama-sama mengerang-erang keenakan.

Andre tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah menyangka mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya. Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri!

Andre tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah, tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar racauan-racauan mesum dari mulut mamanya dan sang ajudan.

“Ohhhhh........ohhhhhhhhh.............................enakkkkhhhhh....terusssssshhhhhh....,” racau mamanya.

“Hihhh...hihhh...apahhh...yang enakhhh...hihhh.....buh...,”

“Konthollllsshhhhh.....kamuhhhh...Dahrmahhh.......ouhhhhhhh...........,”

“Ibuh sukahh......hihhh....ouhhh.....ouhhh....sukahhh??....”

“Sukahhh.....besar....bangethhhh.......ouh......Dharmahh......,”

“Hihh...mememkhhhh...ibuhhh....jugahhh....enakkk....buhhh...ohhhh....,”

“Enakhhh?????........benar............. enakhh......Darmahhh..........??”

“Yahhh...iyahhh....buhhh.....”

Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya itu sungguh-sungguh sangat merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Ia kembali mengintip persenggamaan mesum mamanya dan Mas Dharma itu. persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat merangsang, akibatnya Andre tak mampu menahan kontolnya yang mulai mengeras. Tangannya kemudian menyusup ke balik celananya, meremas-remas batang kontolnya sendiri.

“Enakhhh...manah...samah....ohhhh...memmek....bu...menterihh...ohhhhh....,” racau mamanya lagi.

“Enakkhhhhh...mememkhhhh........... ibuhhh........,”

“Mmmasakhhh sihhh.... Dharamahhh........ oohhhh..... yesshhhhh..... disituhhh..... ahhhh...,”

“Iyahh... buhhh.... masih... serethhh.... ohhh... njepithhhh............,”

Andre kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Dharma ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.

“Kalauhhhh.....samahh.....memek.........Fenihhh...........pacarhhhhh......... kamuhh......?”

“Ohhhh.........samah......samahh...enaknyahhhh,..buh....ohh............,”

“Dasarhhhh....sshhhhh....gombalhhhh....ouhhhh.....,”

“Ohhh...ohhhh...ohhhh.....yahhh....ohhh.,......,”

“Kerashhhhh...........oohhhhh...................besarhhhhh bangethhhhh......ohhhh...,”

“Besar manahhh buhhhh.....sama kontolhhhsshhhhh......... Fadlyhhh.....ohhh..............,”

“Samahh...samahh...sayanghhhh......ohhhh....yesshhhh...”

Mas Fadly????!!!! Andre benar-benar tak menyangka. Ternyata mamanya pernah juga ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.

Beberapa saat kemudian sang mama dan Mas Dharma berganti posisi. Mas Dharma tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre sempat melihat barang perkasa Mas Dharma dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter. Pantes aja mamanya keenakan banget.

Andre membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dharma itu membetot lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu.

Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Andre. Ia pengen ngerjain mamanya dan sang ajudan. Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celananya. Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri, Andre merekam persenggamaan mesum mamanya dan Mas Dharma itu.

Sang mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dharma membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar keras. “Plokkk...plokkkk...plokkkk...plokkkk....,” Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut mamanya dan Mas Dharma.

“Hahh...... hahhhh...... hahhhh........ ohhhhhh..........tekan lebihhhh....dalamhhhh,” erangan Mas Dharma kedua tangannya meremas-remas toket Mama Andre.

“Hihhh...beginihhh.....hihhh........,”

“Lagihhhhh....ohohhhh....ahhhh....ahhhh......,”

“Hihhh...beginihh...ohhhhhhhhhh........,”

“Yeshhhhh....yeshhhh....terusshhhhh.......ohhhhh......ohhhhh....,”

Tiba-tiba tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh menekuk, kepalanya bersarang di toket sang mama yang besar dan bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Dharma mengisap pentil toket sang mama yang kemerahan.

“Ohhhh... Dharmahhh....nakalhhhhh kamuhhhh..........ohhhhhhhh.....enakhhh...,” mama meracau semakin menggila. Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh keringat berkibar-kibar. Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan sang mama memeluk punggul lebar Mas Dharma dengan kuat.

Tak sampai lima menit dalam posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan mama berhenti. Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Dharma. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.

“Ahhhhhhhhhh………….akuhhhh sampaihhhhh…ouhhhhhhh……..,” erangnya. Mas Dharma terus menyelomoti toket sang mama. Semenit kemudian kepala sang mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena orgasmenya.

“Saya lanjuthhhh yah buhh..,” kata Mas Dharma minta ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.

“Silakan Dharmahhh..ohh..,” suara sang mama terdengar lemas. Mas Dharma kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya dari lobang memek sang mama, Mas Dharma membopong tubuh sang mama kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang mama. Andre bisa melihat tubuh mamanya yang lemas itu dikentot Mas Dharma dengan penuh keperkasaan.

“Sakit buhhh… ahhh…?”

“Terus sayanghhhhh…… saya istirahat sebentar ahhhh………. Kamuhhh terusshhh ajahhhhhh….. ohhhhhhh…,”

Tak sampai lima menit sang mama kembali bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma. Rupanya sang mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah keringat. Dengan penuh semangat sang mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok batang kontol Mas Dharma dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan. “urghhhh.....urghhhh.....yahhh...yahhh,”

“Ohhhh….. ibuhhhh…. Ohhhh............ buashhhh….. banget........... ohhhhhh…….,” racau Mas Dharma.

“Kamuhhh ……… sukahhh…………. kanhhhhhh……,”

Begitulah. Permainan cabul antara mamanya Andre dan Mas Dharma yang memakan waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang mama ngecret tiga kali, sedangkan Mas Dharma ngecret dua kali saja didalam memek sang mama.

Andre sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang mama dan Mas Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan Andre meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, Andre, masih sempat melirik mamanya dan Mas Dharma yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat lelah.

Andre segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin. Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai mamanya dan Mas Dharma nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.

Setiba di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil duduk santai membaca majalah remaja. Calvin menggenakan t shirt putih polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut kedatangan Andre.

“Kok telat Ndre?” tanyanya.

“Sorry Vin. Ada urusan sama mama tadi,” jawab Andre nyengir. “Kita langsung cabut aja yuk. Udah hampir jam sepuluh nih,”

Calvin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh Andre. Tangannya diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua remaja SMU itu melaju menuju sekolah mereka.

“Kok gak bawa baju olah raga Vin?” tanya Andre di tengah perjalanan.

“Gak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat permainan basket doang,” jawabnya.

“Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?” tanya Andre menggoda.

“Dua-duanya. Hehehe,”

“Vin, ini perasaan gue aja tau emang bener sih?”

“Maksud lo?”

“Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,”

“Enak aja!”

Andre tertawa ngakak. Sementara Calvin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin Andre dari tadi. Ia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.

Selesai Bab II

[BERSAMBUNG...]

No comments:

Post a Comment