My Blog List

Saturday 13 March 2010

Petualangan Aji, Part 9

27

Hampir pukul 12 siang ketika aku dan Irfan kembali ke perkemahan. Dengan sekuat tenaga Irfan berusaha berjalan senormal mungkin. Namun tetap saja kalo diperhatikan dengan serius akan terlihat Irfan berjalan sedikit mengangkang akibat pelebaran pada rongga pantatnya. Berulang-ulang aku mengentoti Irfan tadi, hingga akhirnya dia tak merasakan sakit lagi ketika kontolku merojok lobang pantatnya. Berbagai macam gaya sudah ku ajarkan kepada Irfan. Bahkan Irfan tadi kuberikan kesempatan dua kali mengentotku. Dia sangat senang dan kayaknya ketagihan. Karena ketika kami berjalan kembali ke perkemahan tadi dia mananyakan kepadaku kapan kami akan mengulanginya. Aku hanya tersenyum saja padanya.

Kepada teman-teman kami ceritakan kalo kami tadi menyempatkan menjelajahi arus sungai dan hutan. Teman-teman dapat memaklumi dan tak ada yang curiga. Karena memang kami sering melakukan hal seperti itu. Merekapun tak merasa curiga dengan jalan Irfan yang aneh. Karena mereka fikir Irfan kecapekan setelah penjelajahan tadi.

Siang itu kami memandu acara untuk para junior menggantikan ketiga teman kami yang bertugas sejak pagi sampai siang tadi. Selama memandu acara mataku tak lepas memperhatikan tiga sosok junior yang memang cukup mempesonaku. Yang pertama namanya Anton, turunan Ternate. Tubuhnya tinggi kukuh, dengan kulit sawo matang. Rambutnya ikal pendek. Yang kedua namanya Dwi, turunan Solo. Kulitnya kuning langsat. Diatas bibirnya tumbuh bayangan rambut-rambut halus yang membentuk alur. Ditangan dan kakinya pun banyak bulu-bulu halus. Tubuhnya langsing namun proporsional. Yang ketiga namanya Daniel, turunan Manado. Atletis, macho, putih bersih kulitnya. Di dadanya tumbuh bulu-bulu halus yang lebat. Mereka bertiga sangat kompak dan selalu bersama-sama. Karenanya aku dapat memperhatikan mereka bertiga sekaligus.

Melihat mereka aku ngaceng. Aku memutar otak untuk bisa mengerjai mereka. Gimana caranya ya?

28

Pukul 23.30 malam. Aku dapat jatah jaga malam bergantian dengan Angga. Pertukaran jaga nanti pukul 01.30 dini hari. Angga kulihat tertidur di sleeping bag di depan tenda kami. Sleeping bag itu merupakan tempat tidur yang digunakan petugas jaga malam untuk tidur sejenak menunggu giliran jaga. Aku berpatroli mengawasi tenda para junior. Kulihat di tenda junior cowok ada seberkas cahaya. Siapa nih yang belum tidur, pikirku. Mengendap-endap aku mendekati tenda mereka.

Kemudian dengan perlahan kusibakkan kain penutup tenda. Di pojok tenda kulihat tiga orang cowok berbaring telungkup sedang menyenter sesuatu. Anton, Dwi, dan Daniel. Daniel terburu-buru seperti menyembunyikan sesuatu. Dengan berbisik kuperintahkan mereka keluar mengikutiku membawa apa yang mereka sembunyikan tadi. Kaget meraka, lalu dengan ketakutan mereka mengikutiku. Junior yang lain tertidur dengan lelap tak ada yang tersadar. Nampaknya mereka sangat kelelahan. Malah kudengar ada yang mengorok.

Ketiganya kusuruh berbaris dengan posisi siap di depan tenda mereka. Daniel menggenggam sesuatu di tangannya, "Apa itu?" tanyaku.

Dengan ketakutan Daniel menyerahkan apa yang dipegangnya kepadaku. Ternyata sebuah majalah porno. Kupandangi mereka dengan tatapan yang kubuat sesangar mungkin. Padahal dalam hatiku bersorak gembira. Karena akhirnya aku punya kesempatan. Hehehehehe. Kubuka lembaran-lembaran majalah porno itu. Isinya seram – seram juga, berbagai gambar telajang wanita, juga aneka posisi mengentot lain jenis ada disitu. Kontolku ngaceng jadinya.

"Kalian harus dihukum!" kataku pelan dan tegas. "Saya akan membangunkan semua Senior," kataku mengancam.

"Jangan Kak," kata mereka juga dengan suara pelan takut yang lain terbangun.

"Jadi maksud kalian apa?!"

"Kami siap manerima hukuman dari kakak," jawab mereka. Licik mereka. Kalau hanya satu yang menghukum pasti mereka pikir tidak akan terlalu berat. Tapi aku senang dengan kelicikan mereka itu. Karena dikepalaku sudah ada ide yang lebih licik lagi untuk mereka.

"Baik, kalian siap menerima hukuman apapun dari saya?" tanyaku tegas.

"Siap kak," jawab mereka tegas.

"Ikuti saya," kataku. Kemudian aku membawa mereka berjalan menjauhi tenda, menuju ke arah sungai yang berjarak hampir 150 meter dari tenda. Ditempat yang agak tersembunyi kemudian aku berhenti.

"Mmmm...kalian ini kan lagi panas-panasnya habis ngelihat gambar cewek telanjang. Sebagai hukuman kalian saya hukum berendam telanjang bulat disungai," kataku kejam. Wajah mereka nampak ketakutan. Tapi tak ada yang berani melawan. "Sekarang buka baju kalian seluruhnya!" perintahku. "Cepetan!!" bentakku lagi.

Dengan terburu-buru mereka melepaskan seluruh pakaian mereka. Akhirnya dapat kulihat tubuh-tubuh telanjang mereka. Mmmmm.........sungguh membuatku tarangsang. Kontol mereka yang masih tertidur itu saja sudah besar dan lumayan panjang. Tergantung melewati buah peler mereka yang masih ketat. Kontol Anton yang paling hitam diantara ketiganya. Sedangkan kontol Daniel tak disunat, kulupnya menutupi kepala kontolnya. Bulu jembut lebat tumbuh dipangkal kontol mereka masing-masing.

Segera mereka masuk kedalam sungai, merendamkan seluruh tubuh mereka hingga leher. Bisa dibayangkan betapa kedinginannya mereka. Tak sampai setengah menit ketiganya sudah menggigil kedinginan. Lima menit mereka aku hukum dengan berendam di sungai itu. Selanjutnya masih dalam keadaan telanjang bulat aku suruh mereka berbaris tegak.

"Kalian bertiga memang berotak mesum. Pasti yang ada di otak kalian itu hanya pikiran jorok. Pikiran ngentot. Benar?!!" bentakku dengan suara tak terlalu keras. Mereka mengangguk-angguk dengan bibir menggeletuk.

"Kontol-kontol kalian ini pasti selalu ngaceng, dan gak sabar untuk merasakan bagaimana ngentot," kataku sambil menepuk kontol mereka bertiga dengan tanganku.

"Kamu Daniel! Pasti kontolmu ini setiap hari kamu peras spermanya kan, onani! Seperti ini, ya kan?!!" kataku membentaknya, tanganku mencontohkan dengan menggenggam dan mengocok kontolnya dengan keras. Dia mengangguk ketakutan.

"Jadi kalian pengen merasakan gimana rasanya ngentot itu, bener?!! Pengen ngerasain gimana kontol masuk memek, bener?!! Pengen ngerasain gimana kalo kontol diisep, bener?!!"

Mereka kembali mengangguk meskipun dengan ketakutan. Aku memandangi mereka dengan tatapan sesangar-sangarnya. Kemudian dengan kasar tanganku menekan kepala Dwi memaksanya jongkok dihadapan Daniel dan Anton.

"Hisap kontol mereka, supaya mereka tau gimana rasanya kontol dihisap!" perintahku pada Dwi. Dwi kebingungan juga kedua temannya. Tapi dengan ketakutan Dwi mengerjakan perintahku. Di dekatkan mulutnya ke kontol Daniel. Dengan canggung dimasukkannya kontol Daniel yang masih tidur itu ke mulutnya. Dwi tidak menghisap kontol itu. Dibiarkannya saja kontol gede milik Daniel diam dalam mulutnya.

"Hisap!" bisikku tegas diteliganya. Dwi kaget. Akhirnya meskipun dengan kelihatan terpaksa Dwi mulai menghisap-hisap kontol Daniel. Daniel yang berdiri tegak hanya bisa menatap dengan pasrah ke bawah ke daerah selangkangannya yang sedang dikerjai Dwi. Hisapan Dwi awalnya biasa-biasa saja, tanpa ekspresi. Tapi tak lama kemudian kulihat Dwi mulai menikmati kegiatan hisap kontol yang aku yakin baru sekali itu dilakukannya. Hisapannya mulai bersemangat di batang kontol Daniel yang semakin lama semakin tegak. Mulutnya mulai mengeluarkan suara-suara berkecipak. Kedua tangannya sekarang sudah mendekap buah pantat Daniel. Lidahnya mulai nakal menjilat-jilat batang dan kepala kontol Daniel, berganti-ganti dengan hisapan-hisapan kuat pada batang perkasa itu. Daniel kulihat mulai menggelinjang-gelinjang. Matanya terkadang terpejam-pejam, kakinya sekali-sekali menjinjit tanpa disadarinya. Tangannya mulai meremas, membelai kepala Dwi.

Anton yang berdiri disamping Daniel nampak mulai bangkit juga birahinya melihat aksi oral dua cowok ganteng temannya itu. Kontolnya ngaceng tanpa malu-malu. Matanya tak lepas memelototi mulut Dwi yang terus mengerjai kontol Daniel. Aku mendekati Anton. Aku berdiri rapat dengannya. Kusentuh punggungnya yang lebar dengan jemariku. Kuelus lembut kulit punggungnya itu. Bibirku kudekatkan ke telinganya. "Pengen juga diisep Nton," bisikku sambil dengan sengaja menghembuskan nafasku ke telinganya. "Iya," Anton lirih menjawabku, suaranya bergetar. Matanya terpejam ketika ujung lidahku menyentuh daun telinganya.

Tanganku kini berpindah menyusuri dadanya yang bidang. Kugelitik pentil dadanya yang coklat itu. Dia menggelinjang, kudekatkan mulutku ke pentilnya itu. Lidahku menjilati pentilnya kanan dan kiri bergantian. Tanganku menyusuri perutnya yang rata. Kudengar hidung Anton mengeluarkan suara dengusan. Puas menjilati pentilnya mulutku mulai menjelajah turun ke perutnya. Hingga akhirnya kini aku berjongkok didepan Anton, mulutku tepat dihadapan kontolnya yang keras dan mengacung tegak keatas. Kuleletkan lidahku menyentuh dua buah pelirnya yang menggantung ketat. Lalu seperti menjilat es krim kujilat kontol Anton naik turun. Kujelajahi seluruh sudut kontol Anton dengan mulut dan lidahku. Anton mengerang-erang keenakan.

29

Kini aku dan Dwi sudah berganti tempat. Dwi memuluti kontol Anton, sedangkan aku memuluti kontol Daniel. Kami berempat sudah sama-sama terbuai oleh nafsu birahi. Anton dan Daniel sudah tidak malu-malu lagi untuk saling berciuman dan meraba tubuh.

Daniel lalu kuajak untuk berganti posisi. Aku berbaring telentang diatas tanah, Daniel mengangkangi mukaku, kedua tangannya menumpu tubuhnya. Kontol Daniel tepat didepan wajahku. Tanganku memegang erat pinggangnya. Kubimbing dia untuk menggenjot pantatnya naik turun sehingga kontolnya bergerak keluar masuk dari mulutku. Seperti sedang melakukan push up Daniel mengentoti mulutku sepuasnya. Kulihat Anton dan Dwi pun meniru aksi kami. Kontol Anton dengan ganas mengentot mulut Dwi disebelah kami.

Stamina Daniel dan Anton cukup menakjubkan juga. Tak kurang dari lima belas menit kemudian barulah kedua cowok ini menuntaskan hasratnya dimulutku dan Dwi. Sperma mereka tumpah ruah dalam jumlah banyak dimulut kami berdua. Aku tadi sempat gelagapan dan susah bernafas ketika Daniel orgasme. Pantatnya ditekan kuat-kuat sehingga selangkangan dan perutnya membekap wajahku. Anton dan Daniel nampak sangat puas ketika sudah menuntaskan nafsunya. Tubuh mereka berdua terbaring telentang disebelahku dan Dwi. Keringat mengalir deras dari tubuh keduanya.

Dwi memandangku. Nampaknya dia juga pengen melakukan persetubuhan seperti dua temennya tadi. Kupandangi wajahnya, mulut dan pipinya masih belepotan sperma Anton. Aku bangkit dari rebahku. Pakaianku yang tadi masih melekat ditubuhku saat memuluti kontol Anton dan Daniel kutanggalkan. Dwi akan kuberikan kenikmatan yang lebih hebat daripada sekadar mengentot mulut seperti yang dilakukan oleh Daniel dan Anton tadi. Dengan tubuh telanjang bulat aku tegak diatas tubuh Dwi. Kedua kakiku berada disamping pinggangnya. degan tanganku kuambil sperma Daniel yang belepotan dimulutku. Lalu kusapukan ke lobang pantatku. Dwi, Daniel, dan Anton terus memperhatikan seluruh aktivitasku. Mereka ingin tahu apa yang akan kulakukan. Selanjutnya aku mulai menduduki Dwi.

Kugenggam kontol Dwi yang kini tidak terlalu ngaceng seperti tadi. Tanganku mengambil sperma Anton yang belepotan dipipi Dwi. Lalu kukocok kontol Dwi dengan tanganku yang licin oleh sperma Anton itu. Aku ingin kontol Dwi ngaceng maksimal dulu.

Tak lama kontol Dwi ngaceng sempurna. Pelan-pelan ku masukkan kontolnya kedalam lobang pantatku. Meski tidak sampai sesulit memasuki lobang pantat perjaka, namun diperlukan usaha juga untuk membenamkan seluruh kontol Dwi ke lobang pantatku. Kini aku duduk diatas selangkangan Dwi, dengan lobang pantatku terasa penuh oleh kontol Dwi.

Dengan lembut mulai kugoyangkan pantatku naik turun. Kedua tanganku berpegangan pada bahu Dwi. Anton dan Daniel tak berkedip melihatku. Aku rasa mereka tak percaya melihat sebuah kontol besar dapat menembus lobang pantat yang sempit.

Aku bergoyang-goyang dengan konstan diatas tubuh Dwi seperti sedang menunggang kuda. Dwimeremas-emas kedua pahaku yang berotot itu. Pasti dia merasakan kenikmatan yang tiada tara pada kontolnya, akibat cengkeraman dinding lobang pantatku. Dwi meracau, mengeluarkan kata-kata yang tak jelas. Aku yakin aksi kami telah membangkitkan kembali birahi Anton dan Daniel. Kulihat kedua cowok itu sudah duduk menonton kami sambil meremas-remas kontol mereka yang sudah tegak sempurna kembali. Sambil terus menggoyangkan pantat, aku menyuruh Anton dan Daniel untuk meniru apa yang kami lakukan. "Ohh..ohh...kalian..ohh...jugah..oh..oh....cobah...doghh...," kataku.

Tak perlu disuruh dua kali. Anton segera merebahkan dirinya, dan meminta Daniel untuk mengangkanginya. Daniel mengangkangkan pahanya lebar-lebar lalu mencoba membenamkan kontol Anton ke lobang pantatnya. Tapi usahanya gagal. Lobang pantatnya tak bisa ditembus oleh kontol Anton. "Gimana nih kak, gak bisa," kata Daniel.

"Sinih..oh..kamuh..oh..oh..," kataku pada Daniel. Daniel mendekatiku, berdiri tegak disebelahku dengan sikap sempurna. "Balik kanan grak! Nungging!" perintahku. Daniel segera mengikuti perintahku. Didepan mukaku kini terpampang pantat putih besar milik Daniel. Masih tetap menggenjot kontol Dwi aku menyibak belahan pantat Daniel. Belahan pantatnya sangat bagus. Pahanya putih mulus. Lobang pantatnya berkerinyut dengan warna merah jambu gelap. Disekitar lobang pantatnya itu tumbuh bulu-bulu halus. Aku sangat terangsang melihat lobang pantatnya itu. Segera saja kuleletkan lidahku menjilat lobang pantatnya. Pantatnya ku rimming. Aku akan membuat pantatnya siap untuk menelan kontol Anton.

30

Daniel kini kembali mencoba menduduki kontol Anton. Pantatnya tadi sudah kujilat-jilat, kubasahi dengan ludahku, dan kurojok-rojok dengan jariku. Dikangkangkannya pahanya selebar-lebarnya. Pelan-pelan kontol Anton menembus lobang pantatnya.

"Akhh...sakith...," erangnya. Daniel mencoba menarik pantatnya kembali keatas untuk menggagalkan kontol Anton yang mulai memasuki lobang pantatnya itu. Tapi ternyata Anton segera menahan gerakan Daniel. Dengan paksa diteruskannya usaha benam kontol itu.

"Akhhh............akhhhhhhhhh," erang Daniel lagi, tapi tak dipedulikan Anton. Sedikit demi sedikit kontol Anton terbenam seluruhnya kedalam lobang pantat Daniel. Lalu setelah semuanya dapat masuk, dengan kedua tangannya yang memegang belahan pantat Daniel, Anton memaksa Daniel menggenjotkan pantatnya. Danielpun kemudian bergerak naik turun diatas tubuh Anton dengan ekspresi wajah kesakitan.

"Akhhh...Nton...akh...sakithh...Nton...udah..ahhh.....," erang Daniel mengaduh-aduh. Aku yang juga sedang menggenjot-genjot disebelah Daniel membelai-belai kepalanya menenangkan.

"Sstt...sstt.....udah Niel..............oihhhh, entar jugah...ohh... ilang kok sakitnyahhh...ohhh........, jangan berisik ohh...., entarh.. yang...ohh...yess..disitu .......Dwihh....ohh...yang.....lain....bangunhh...erghhh," bujukku. Pantatku terus mengehentak-hentak. Kini hentakan pantatku semakin cepat. Suara-suara tamparan daging pantatku dengan selangkangan Dwi, juga tamparan batang kontolku pada perutku akibat goyang menghentak yang kulakukan, semakin menambah gairah mesum kami. Kadangkala kuputar-putar pantatku sehingga Dwi merasakan kontolnya seperti dipilin-pilin.

Tiba-tiba kurasakan Dwi menggenjot pantatnya dengan gerakan berlawanan dengan genjotanku. Genjotan pantatnya cepat dan keras. Suara tamparan daging pantat dengan selangkangan kami terdengar semakin riuh. Ditambah lagi erangan dan racauannya yang semakin tak menentu. Kepalanya bergerak liar ke kiri dan ke kanan. Dia mau orgasme kayaknya. Belahan pantatku diremas sekuat-kuatnya oleh Dwi. "Hoh..hoh..hoh..hoh...hoh..hoh...hoh..hoh..." suara dengusan nafas Dwi.

Hingga akhirnya gerakan genjot cepat Dwi terhenti dengan sebuah hentakan keras pantat Dwi yang menekan kearah atas sehingga kontolnya terbenam dalam-dalam menerobos lobang pantatku. Tubuh Dwi bergetar hebat, wajahnya yang putih bersih kemerahan, kedua matanya terpejam, dahinya berkeruut. Dari mulutnya terdengar jeritan tertahan. Kurasakan lobang pantatku disemprot oleh cairan lendir kental hangat. Semprotannya sangat keras menerobos lobang pantatku, hingga rasanya seperti memasuki ususku, aku menggelinjang. Dwi orgasme didalam lobang pantatku.

Bersambung........

1 comment: