My Blog List

Saturday 13 March 2010

Toro - Anak Majikan - 1

Sebut aku bejat, kurang ajar, tak tahu terima kasih atau umpatan lainnya..., aku pasrah!. Aku sadar aku memang bersalah tapi semua sudah terlanjur terjadi.

Walau aku sempat sekolah, namun orang tuaku yang cuma buruh petani tak mampu lagi membiayai sekolahku sehingga aku terpaksa berhenti sekolah di kelas 2 SMP. Bertahun tahun aku ikut ayahku jadi buruh cangkul dari satu sawah ke sawah yang lain dan akhirnya pada umur 25 tahun aku nekad hijrah ke jakarta hanya berbekal ijazah SD.

Berkat bantuan seorang temanku, di jakarta aku beruntung bisa bekerja di keluarga ADINATA sebagai tukang kebun merangkap penjaga malam di rumah yang mewah itu.

Selain aku, di rumah bapak HARYANTO ada juga MBOK MINAH, seorang pembantu wanita tua yang bekerja dari senin sampai sabtu, sekedar masak, cuci, setrika dan beres2. Dirumah itu ada juga MAS DARTO, supir keluarga HARYANTO yang bekerja tiap hari tapi jarang menginap karena dia sudah punya anak istri.

Bapak dan ibu HARYANTO punya 1 orang anak wanita sudah hamper wisuda bernama TARI dan 1 adik laki-laki bernama TORO di kelas 3 SMU dan hampir lulus. Bapak dan Ibu Adinata adalah orang orang yang sibuk dan jarang berada dirumah. Begitu juga mbak Mbak Tari yang jarang pulang ke rumah karena ikut berbagai kegiatan kampus, kursus, olah raga atau jalan dengan teman2nya. Sehingga sepanjang siang dan sore hari di rumah hanya ada aku, mbok minah dan TORO setelah dia pulang sekolah.

Karena seringnya ketemu akhirnya TORO sering mengajak aku nonton TV dan DVD atau main Games di kamarnya. Lama2 Mas Toro jadi akrab denganku dan aku juga senang karena seperti punya adik dirumah yang besar itu.

Toro benar benar remaja yang mandiri dan selama ini dia tak pernah merepotkan siapa2......!. Tapi kedekatan pertemanan aku dengan Toro di rumah ternyata berakibat fatal dan merubah jalan hidupku, dan terutama masa depan TORO...!.

-------------------

Dan inilah cerita selengkapnya....!.

Awalnya tak pernah sedikitpun aku memberi perhatian khusus atau terbersit keinginan ganjil terhadap TORO. Aku selalu menganggap Toro sebagai ADIK aku sendiri, apalagi dia masih remaja yg baru berusia 18 tahun, dan pikiranku masih waras untuk tidak melakukan perbuatan bodoh terhadap pemuda yang masih remaja, apalagi di adalah anak majikan yang amat kuhormati

Tapi suatu hari semua itu berubah total....!.

Sore itu, aku pulang dari warung membelikan kecap untuk mbok minah, kulihat tas sekolah Toro tergeletak di meja, pertanda dia sudah pulang sekolah. Mungkin sekarang Toro tidur karena setiap jumat dia ada pelajaran olah raga yang melehkan apalagi tadi malam dia mengerjakan PR sampai jauh malam.

Ketika ke ruang dalam, kulihat pintu kamar Toro tertutup, lalu kubuka perlahan dan melongok kedalam, melihat Toro sedang terlelap tidur diatas tempat tidur. Posisi tubuh Toro telentang dan seperti kebiasaannya, dia bertelanjang dada dan saat mataku tertumbuk pada selangkangannya, aku terkesiap.....!, kulihat TONJOLAN yang menggelembung besar dan rupanya kontol Toro sedang EREKSI, terlihat amat menggemaskan. Tapi yang amat mengagetkan, kepala kontolnya terlihat sampai mencuat keluar celana kolornya..... , wah!, artinya panjang sekali kontol Toro?.

Jantungku berdegup kuat, tak kusangka aku bergairah pemandangan didepan mataku...., tapi aku masih berpikiran waras dan buru2 meninggalkan kamar Toro sebelum setan menggodaku!..

Tapi heran...., sejak kejadian itu, aku tak mampu menahan keinginan untuk selalu memperhatikan Toro..... dan baru kusadari bahwa Toro sebenarnya remaja lelaki yang cukup tampan... alisnya lumayan tebal, hidungnya yang mancung, senyumnya yang menawan dengan deretan gigi yang putih. Apalagi kalau dia sedang membersihkan kamar atau mencuci motor dengan kebiasaan dia yang selalu bekerja sambil bertelanjang dada... darah muda membuat tubuh perjakanya mulai terbentuk maskulin, terlihat begitu segar dan amat menggiurkan...

Tapi dengan sepenuh hati aku bertekad tidak akan menyentuh Toro dan mengganggu masa depan seorang anak lelaki yang masih remaja!.

Suatu malam, saat bapak & ibu HARYANTO dan mbak Mbak Tari belum pulang, malam itu hujan deras disertai dengan angin kencang dan pertir yang selalu menggelegar saling menyambar di luar sana dan aku hampir tertidur kasur busa ku meringkuk dibawah selimut menahan udara dingin yang ditiup angin yang masuk melalui celah-celah jendela dan rongga bangunan.

Seketika teringat Toro, biar dia seorang pemuda yang mulai tumbuh dewasa, tapi aku merasa perlu melihat keadaan dia yang tidur sendirian di kamarnya, siapa tau dia membutuhkan sesuatu, maka aku segera bergegas ke kamarnya.

Ternyata Toro belum tertidur, matanya menerawang menatap langit langit kamar. “Toro …. Mau aku temani sebentar disini?” tanyaku.

“Ya Bang” katanya setengah ngantuk. Akhirnya aku duduk bersandar di lantai, tapi Toro menyuruh aku ikut naik ke tempat tidur.

Aku patuh mengikuti permintaan Toro dan berbaring disampingnya. Dan karena memang sudah ngantuk, Toro langsung mulai tertidur, dan akupun tak berniat mengusiknya..

------------

Mungkin setelah lebih kurang satu jam aku tidur, aku terbangun dan ahh...!. ternyata tanpa sadar aku tidur sambil memeluk tubuh Toro yang bertelanjang dada sedangkan dia tetap terlelap didalam pelukkanku. Beberapa saat kubiarkan Toro meneruskan tidur dengan kepala yang diatas didalam dadaku dan kurasakan tubuh remaja yang hangat menempel ke badanku.

Berbaring berduaan dengan seorang lelaki remaja yang bertelanjang dada dan hanya memakai kolor, terpaksa membuatku menahan bisikan2 setan yang menggodaku, tapi karena rasa penasaran, tanganku menyelip masuk kedalam kolor dan menggenggam penis Toro yang masih lemas.

Tidak!, aku TIDAK tergoda setan untuk berbuat lebih jauh, aku tidak mengusap, tidak mengelus, hanya sekedar menggenggam penis Toro dan merasakan kehangantan benda kelelakian milik seorang remaja, dan aku meneruskan tidurku.

Pagi harinya, aku bangun terlebih dahulu, dan ahh...!, ternyata aku masih memeluki tubuh telanjang Toro dan tanganku yang satu lagi masih erat menggenggam penis miliknya yang pagi itu ternyata ngaceng secara alamiah.

Tapi yang mengejutkan, ternyata Toro tidur dengan kedua tangannya memegang tanganku, satu tangan sama2 berada dibalik celana dalamnya seolah2 secara bersama kita sedang menggenggam penis Toro, dan tangan yg satu lagi memegangi lenganku seolah tidak ingin aku melepaskan peganganku..... Duuh, betapa lugunya pemuda ini.

Ketika Toro terbangun, awalnya dia kikuk merasakan bahwa penisnya yang nganceng sedang kupengangi didalam genggamanku :

”Malu Bang” katanya setengah ngantuk

”Ssst, tidak apa2, sini Toro juga boleh pegang punya Bang Amir yaa” kataku dan tanpa ragu langsung kuraih satu tangan Toro dan memasukan kedalam kolorku sampai jemarinya menggegam batang kelaminku yang sama2 ngaceng.

Mungkin Toro berpikir impas, dengan lugu dia menggenggam kelaminku dan kami terus berbaring berdua....., sungguh, suatu posisi yang ganjil bagi 2 lelaki beda umur tidur dengan saling memegangi alat kelamin masing2 yang sama2 sedang ngaceng. Aku sendiri merasa itu adalah saat saat yang amat indah.

---------------

Sejak kejadian malam itu, batasan antara Toro sebagai anak majikan dan aku sebagai tukang kebon, sebagai orang dewasa & anak remaja, sebagai sesama lelaki, akhirnya mencair...!,

Sejak itu aku semakin sering mencari cari alasan agar bisa datang ke kamar Toro dan tidur berduaan dengan dia. Tentu saja semua tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, mbak Mbak Tari atau Mbok minah. Toro sendiri mungkin berfikir semuanya wajar2 aja dan mengira perhatianku adalah perasaan sayang, apalagi dia seperti kehilangan figur orang tua yang super sibuk.

Aku mulai memanjakan Toro, mulai sering mencium pipinya dan membelai rambutnya. Hitung-hitung, aku bisa melampiaskan kasih sayangku pada adik adikku di kampung.. Pada saat mengantar Toro, aku sering berjalan sambil memeluk bahunya. Tak ada yang mencurigai kemesraanku terhadap Toro karena orang2, mengira aku sekedar melindungi Toro, padahal setiap bersentuhan dengan tubuh remaja Toro aku selalu merasakan getaran birahi.

Ya, memang semua inisiatif dan salahku!.

Aku secara perlahan menggiring Toro kedalam suatu keakraban yang tak wajar antara dua orang laki laki yang berbeda umur. Kalau sedang tidur di kamarnya sekarang aku bukan hanya memeluk tapi juga aku mulai membelai dan mengusap tubuhnya dan sesekali meremas gemas penis Toro. Aku selalu mengagumi penisnya yang begitu gampang ngaceng setiap kali terkena sentuhan tanganku. Maklum darah muda remaja.

Keakraban yang terlampau dekat di dalam kamar yang tertutup akhirnya membawa konsekwensi yang berakibat fatal..., aku semakin tak mampu menguasai keinginanku untuk memiliki Toro secara seutuhnya, dan aku bertekad untuk jadi orang pertama yang mencicipi kesucian tubuh perjaka Toro.

Aku sudah kehilangan akal sehat.

Pada sabtu siang itu, orang tua Toro dan mbak Mbak Tari pergi menginap di surabaya. Toro baru saja pulang sekolah, hari sabtu adalah hari olah raga dan Toro pulang ke rumah masih berpakaian basket..., celana pendek selutut yang longgar dan kaus singlet secara badan yang masih basah bercucuran keringat.... betapa tampannya Toro.

Siang itu kulihat Toro baru mulai asyik main game di ruang depan.

Akhirnya timbul niat burukku untuk memperdaya Toro, namun bagaimana caranya? aku dihadapkan pada jalan buntu. Akhirnya spontan kumasukkan DVD-DVD porno ke dalam player untuk aku hidangkan kepada Toro. Sambil basa-basi kutanyakan sekolahnya, tampaknya kemampuannya di sekolah lumayan, walau dia terlihat kurang antusias bicara tentang sekolah. Ia lebih suka bicara tentang BASKET atau VIDEO GAME .

Kuraih bahunya dan kupeluk dengan hangat. Dia pun diam saja. Kuraih remote control dan kutekan play untuk CD yang pertama, film-filmnya adalah jenis ringan dengan tema seks gay yang cukup halus. Ya, aku sengaja memilih film gay sebagai siasat untuk menunjukan bahwa hubungan sesama lelaki sudah biasa dilakukan oleh orang2.

Tampaknya Toro memperhatikan dengan seksama, dia tidak bertanya kenapa para pemain disitu semuanya lelaki. Ah pucuk di cinta ulam pun tiba.

Sambil kuraba sekujur tubuhnya, kuamati roman mukanya. Kukatakan tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka Toro tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan).

Sambil bersandar Toro tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai disukainya itu. Kini acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang pemuda melepas pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dalam saja lalu berpelukan dengan pasangan pria.

Sedetik Toro kebingungan melihat kemesraan antara dua manusia yang sama2 berjenis kelamin pria. Toro semakin tegang dan kulihat tonjolan dicelananya semakin menggunung

Walau tetap diam, tapi muka Toro terlihat pucat pasi karena kali ini dia ngaceng akibat adegan panas di dvd, namun kunetralisir dengan mengatakan:

"Tenang Toro, semua lelaki sama, adalah hal yang sangat wajar bila lelaki terangsang karena semua orang mempunyai nafsu."

"Ya Bang ", jawab Toro pelan.

”Kalau didepan orang banyak, ya harus malu, tapi Toro kan cuma berdua sama Bang Amir. Abang juga nggak malu kok. Liat nih Bang Amir mau buka celana”.

Sambil berkata demikian aku membuka sebentar kolorku dan memperlihatkan alat kelaminku kepada Toro seolah2 untuk menunjukkan bahwa semua itu adalah kewajaran yang biasa.

Toro tenang memandang kearahku dan melihat kemaluanku yang juga ngaceng. Aku heran dan sekaligus kagum, pemuda yang masih remaja seperti dia bisa tampak tidak berdaya tapi sekaligus berani, jauh dari sikap sehari-hari yang lumayan sopan. Namun aku menyukainya.

Toro berdiri, mengambil gelas air minum di meja. Tanpa berpikir panjang, kuputar terus film, tubuh Toro terasa hangat, agak gemetaran dan tampak pucat, entah takut atau terrangsang atau bagaimana,

Aku melihat ke arah Toro. Ia sedang terengah-engah. Badannya berdiri kokoh di hadapanku. Badan atletisnya yang berkeringat, berkilat oleh pantulan matahari siang yang menerobos jendela kamar.

"Bang... gue..., gue" Toro bergumam tak jelas

Toro tetap memperhatikan film dengan seksama. Saat kupegang lagi celananya, dia tetap diam saja, tak kusia-siakan kesempatan ini kuremas kemaluan yang masih terbungkus celana itu. Akupun sudah tidak memperhatikan film lagi

Aku tidak tahu apakah Toro ada bakat homo atau tidak, tapi bagi seorang laki laki, segala bentuk rangsangan sekecil apapun tentunya bisa membangkitkan nafsu birahi remajanya.

Aku mengambil DVD itu lalu dengan perlahan kuajak Toro ke dalam kamarnya. Kupikir inilah saatnya!!.

”Yuk, kita nonton di kamar Toro saja”

Aku berdiri sambl merangkul Toro lalu membimbing dia masuk ke dalam kamar tidurnya... ke kamar pengantinku!.

(Bersambung)

1 comment:

  1. untuk cerita selengkapnya dan cerita2 baru yang lain, coba lihat blog ini:

    http://ceritapanaslelaki.blogspot.com/2010/09/santo-anak-majikan-dan-tukang-kebunnya_18.html

    ReplyDelete